AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Kamis, 31 Desember 2009

DEADLY MIST


Kemaren baca buku DEADLY MIST. Buku yang mengungkapkan kejahatan pemerintah Amerika dalam menguasai dunia. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan pembunuhan bahkan pembantaian manusia lewat virus dan penyakit. Mereka menyebarkan racun-racun dalam makanan, pasta gigi dan lain-lain. Juga menyebarkan virus-virus mematikan. Anehnya mereka menyebarkan racun, dan virus tersebut kepada penduduk Amerika Serikat juga. Bahkan kepada para tentara Amerika Serikat sendiri. Buktinya? Baca sendiri bukunya, kau akan tahu. Namun hal tersebut tidak banyak disadari oleh mereka.

Pemerintah Amerika menciptakan virus dan menyebarkannya, lalu beberapa waktu kemudian mereka menjual obatnya. Benar-benar sebuah permainan dan kebohongan yang tak manusiawi. Tak lupa mereka membuat sebuah cerita rekayasa tentang si penyebar virus yang akhirnya ditemukan tewas. Dan media massa pun mengangguk. Yups, media massa bukan lagi sumber berita yang objektif. Namun media doktrin barat. Kok ada ya manusia kayak gtu? Semuanya penuh dengan Kapitalisme.

Parahnya lagi obat-obatan yang selama ini mereka produksi, memang hakikatnya bukan untuk menyembuhkan penyakit. Mereka sama sekali tidak ada niat yang tulus untuk menolong sesama manusia. Dalam setiap obat pasti mengandung efek samping yang tidak ringan yang secara berangsur-angsur dan pelan-pelan dapat menghancurkan sistem organ dan kekebalan dalam tubuh manusia. Sebuah praktek pembunuhan massal yang terselubung.

Kalau melihat dalam Islam, dalam Al-Qur'an dikatakan di antara yang bisa dijadikan obat adalah madu, dan habbatussauda (jintan hitam).

Kalau memang orang-orang barat berniat untuk menolong manusia, mengapa mereka tidak menggunakan madu dan habbatussauda sebagai obat? Mustahil orang-orang barat tidak mengetahui manfaat madu dan habbatussauda'.

Rabu, 30 Desember 2009

Masih Seputar Palestina


Kemaren kubaca Harian Republika. Republika mulu nih yang dibaca. Ya soalnya adanya ntu.

Masih seputar Palestina. Palestina, Masih terisolasi. Ga jauh beda dengan penjara raksasa. Sedangkan pembangunan pemukiman Yahudi di atas tanah Palestina terus berkembang, mau bertukar wilayah katanya. Bertukar wilayah? Wilayah siapa tu yang ditukar? Wilayah hasil jajahan kok mau ditukar?

Lucu ya dunia ini. Sebuah kejahatan yang jelas-jelas nyata di depan mata. Setingkat pembantaian dan pembunuhan besar-besaran yang terjadi di Palestina dapat terjadi tanpa ada perlawanan berarti dari seluruh manusia.

Israel.....
Telah matikah hatimu?
Mana rasa kemanusiaanmu?
Tidakkah kau merasa kasihan kala kau tembakkan rudal kepada manusia?
Tidakkah kau merasa iba kala kau jatuhkan bom-bom di atas ribuan nyawa manusia?
Mana jiwamu sebagai manusia kala kau memerintahkan anjing-anjingmu memakan jasad anak-anak itu?
Hilang kemana perasaanmu ketika kau melakukan penyiksaan terhadap tahanan-tahanan muslim?
Ketika kau mengisolasi mereka hingga kini.
Bagaimana jika keluargamu yang dibom bardir?
Bagaimana jika itu anakmu yang dimakan anjing?
Tidakkah terdetik di hatimu sebuah pertentangan batin terhadap kekejaman yang kau lakukan selama ini?
Atau..... jangan-jangan.... kau bukan manusia?
Atas dasar apa kau mengklaim tanah Palestina sebagai milikmu?
Coba cek ulang lagi sejarah dengan benar.
Jangan hanya dari sudut pandang dan doktrin kejam yang kau anut selama ini.
Pernahkah terlintas di otakmu untuk menciptakan sebuah perdamaian di dunia ini?
Atau.... otakmu hanya diisi dengan kedengkian, rasa dendam, dan ketamakan untuk menguasai dunia?
Lantas kau menghalalkan segala cara?
Ah, kurasa kau tidak mengenal apa itu halal dan haram.
Sungguh kekejamanmu telah menorehkan sejarah pahit yang takkan terlupa sepanjang sejarah peradaban.
Saat ini mungkin kau bisa mengisolasi Palestina...
Namun generasi Palestina sungguh luar biasa.
Kau tidak ada apa-apanya dibanding mereka.
Suatu saat nanti kebenaran pasti akan menang.

HAKIM


Kemaren ku sempat baca Mading sekolah. Disitu terpasang puisi-puisi karya anak-anak kelas 6. Ku tertarik dengan puisi Karya Tuti Alawiyah, salah satu siswi MI Nurussalam kelas 6. Judul puisinya "Hakim". Kalo ga salah gini nih sebagian isinya:



Bapak Hakim
Engkau tidak adil
Mengapa engkau membedakan yang kaya dengan yang miskin?
Ketika orang miskin mencuri semangka
Engkau langsung menghukumnya
Tapi ketika orang kaya yang mencuri
Engkau tidak menghukumnya.

Setingkat anak kelas 6 SD sudah mengerti hal semacam itu. Ia juga tahu berita tentang seorang warga yang dihukum karena mencuri, yang beberapa hari lalu diberitakan di media massa. Ia juga tahu tentang korupsi yang terjadi di Indonesia.

Dulu.... seingatku, ketika aku masih duduk di bangku SD, aku sama sekali belum mengerti dan sama sekali tidak mengetahui masalah-masalah politik yang terjadi di negeriku.

Ikan

Ceritanya, ada temenku yang lagi memelihara ikan hias. Saking cintanya sama ikan, sampai-sampai semua ikan peliharannya punya nama. Satu ikan yang paling ia sayang namanya Ozie. Hmmmm..... maniak ikan, sukanya ngobrol sama ikan peliharaannya. Dan ia tak akan lupa "memandikan ikannya" tiap pagi. Ganti air aquarium maksudnya....

Sebenernya sich ku suka juga sih liatin ikan peliharannya. Cantik sih. Tapi.... kadang ngerasa kasihan juga. Terkurung. Penyiksaan tuh! Tiap kali aku lihat ikan itu..... pasti selalu berenang melek. Kapan ya tidurnya? Kok ga pernah liat ikan-ikan itu tidur ya? Atao.... ikan memang ga pernah tidur? Selalu bergerak dan melek setiap detik?

Selasa, 29 Desember 2009

Jalan Raya.......


Sejenak aku termenung.....
Menatap jalan raya.....
Jalan raya yang tak pernah lelah terinjak roda-roda......
Tiap waktu
Tiap detik
Siang
Malam

Tiap detik manusia beraktifitas.
Subhanallah....

Selepas Hujan

Aku duduk menatap ke luar jendela.
Indahnya suasana setelah hujan.
Awan masih tampak kelabu.
Air masih nampak menetes pelan dari tepi atap.
Angin lembut membelai dedaunan pohon.
Beberapa lubang di atas tanah tampak tergenangi air.
Udara yang segar....
Sebuah lagu jihad Palestina terpantul di telinga.

Disini.... aku bisa merasakan sejuk udara dan damai alam.
Namun.....
Apakah mereka yang berada di Palestina sana juga bisa merasakan hal yang sama?
Atau..... masihkah mereka berada dalam keras kebiadaban Israel?

Ah, aku hanya bisa diam!

Senin, 28 Desember 2009

Rain........

Siang ini hujan lagi. Ketika aku sedang berdiri di depan kelas. Tepatnya sih di beranda masjid. Alhamdulillah, sepatu anak-anak bisa diamankan sebelum hujan deras. Lumayan ribut juga sih.

Dan ketika semua anak telah pulang..... aku melihat sepatuku telah dipenuhi air hujan. "Syoo...rrr", kutumpahkan air yang mengisi sepatuku. Eh, gitu ga sih bunyinya? Ah, terlalu mendramatisir nich!

Pakaian yang dijemur sejak kemaren? hmmm....... kehujanan lagi donk. Bau pastinya.

But, it's OK! kan besok masih bisa pake sepatu kuliah? kalo ga boleh pake sepatu kuliah buat ngajar yaaa... pinjem sepatu temenlah! Teruss...... kan masih ada pakaian yang lain yang bisa dipakai. Alhamdulillah.

Jadi inget waktu hujan-hujanan pulang dari MI. Sudah menunggu sampe jam tiga.... namun hujan tak jua reda. Padahal jam empat harus masuk kuliah. Mau ga mau yaa.... hujan-hujanan. Seru juga bercipratan dengan air yang muncrat terlindas ban bis, mobil, dan truk yang lewat. Ditambah guyuran air hujan. Sehari kehujanan sih..... masih kuat. Tapi.... dua-tiga kali..... flu dech pemenangnya. Never forgotten. It's OK.

Minggu, 27 Desember 2009

Putra Batalion Juga Sang Insinyur


Ayyasy dilahirkan pada 6 Maret 1966. Beliau tumbuh sebagai seorang anak yang sangat pendiam. Namun di balik diamnya, ternyata beliau menyimpan sebuah kecerdasan yang sangat menakjubkan. Dalam sekolahnya, Ayyasy kecil tidak hanya menguasai pelajaran kelasnya saja, namun juga pelajaran kelas di atasnya.

Beliau lulus SMA pada tahun 1984 dengan akumulasi 92,8. Setelah kelulusannya, beliau mulai aktif di gerakan Hamas. Beliau melanjutkan ke Universitas Beirzeit dengan mengambil jurusan tekhnik listrik. Masa perkuliahannya pun beliau sibukkan dengan aktifitas keislaman. Lulus perguruan tinggi pada tahun 1991 dan menikah pada tahun 1992.

Aktifitas militernya sudah beliau mulai pada tahun 1991. Dalam berjuang, beliau mempunyai pemahaman yang mendalam tentang arti sebuah perjuangan. Perjuangan telah menjadi nafas dan darahnya. Seluk-beluk perang pun beliau tekuni, sampai bisa ditentukan titik lemah penjajah Israel dan pusat kekuatan rakyat Palestina.

Maka kemudian dirancanglah sebuah perang yang menggabungkan dua hal di atas. Lahirlah Intifadhah I. Perang yang mempertemukan dua kubu; orang-orang yang takut mati, dan orang-orang yang mencari-cari kematian. Sungguh perang yang tidak seimbang.

Dalam aksi Intifadhah ini, diperlukan bahan peledak yang sangat banyak. Aksi-aksi peledakan diri, atau yang sering disebut bom syahid, dan aksi-aksi lainnya menghabiskan bom rakitan yang tidak sedikit. Perlawanan Palestina tidak mempunyai cadangan yang banyak karena semua jalan masuknya bantuan telah ditutup. Namun dari pikiran beliau, lahirlah ide untuk memanfaatkan bahan-bahan kimia dasar dalam membuat bom. Bahan-bahan ini banyak tersedia di apotik-apotik. Maka, setelah itu ledakan demi ledakan mengucang Israel.

Kerja pertama beliau adalah merakit bom pada sebuah mobil. Namun sayangnya, secara tidak sengaja, hal ini diketahui Israel. Setelah pengangkapan dan pemeriksaan yang ketat dan kejam, tersebutlah nama Ayyasy sebagai Wanted No 1. Ayyasy pun menjadi buron. Pada 25 April 1993, rumah beliau sempat digeledah Israel. Namun mereka tidak menemukan apa-apa. Dan ketika mereka mengancam keluarganya, sang Ibu malah mengatakan, "Yahya telah pergi tanpa meninggalkan apa-apa untuk kami. Sejak dia menjadi buron, dia bukan lagi anak kami, tapi anak Batalion al-Qassam." Sebuah sikap yang sangat menjengkelkan Israel. Sikap yang terbentuk dari sebuah tarbiyah panjang dalam gerakan Hamas.

Kurang-lebih empat tahun masa buron, Israel dengan segala kekuatannya kehabisan akal menangkap Ayyasy. Sebaliknya, empat tahun pula Ayyasy mencapai kegemilangan membuat ledakan di sana-sini. Menciptakan sebuah mitos bahwa bangsa Yahudi selamanya tidak akan merasa aman hidup di tanah jajahan mereka. Masa buronan adalah masa perjuangan beliau. Dalam perjuangan itu, beliau benar-benar mengorbankan kehidupannya untuk Palestina. Seorang insinyur yang seharusnya bisa menikmati kehidupan enak dengan bekerja di luar negeri seperti yang dilakukan kebanyakan rekannya, kini hidup tidak menetap dan selalu terancam. Bahkan dalam masa ini pula, dua orang anaknya lahir. Yang pertama lahir pada awal masa buronnya, dan yang kedua lahir dua hari sebelum beliau mendapatkan syahadah.

Ada beberapa pelajaran yang beliau berikan kepada para pejuang Islam. Pertama, pejuang Islam harus mempunyai pondasi akidah dan iman yang kuat. Karena kedua hal inilah yang membuat manusia selalu merindukan kematian. Kedua, sirriyah dan bisa menjaga lisan. Semua operasi yang dilakukan Ayyasy dan Batalion al-Qassan dilakukan dengan super rahasia sehingga peristiwanya tidak bisa diketahui Israel sebelum terjadi. Dan Israel pun mendapatkan kesulitan untuk bisa menembus tubuh al-Qassam.

Ketiga, keterampilan menghilang dari mata musuh. Semua unsur Israel telah dikerahkan untuk menangkapnya, mulai dari tentara unit-unit militer khusus, kepolisian, tentara perbatasan, dan dinas intelijen, tapi tidak ada yang berhasil meringkusnya. Karena kelihaiannya ini, beliau digelari sang jenius, manusia berwajah seribu, manusia bernyawa tujuh, dan sebagainya. Prestasi gemilang yang pernah diraihnya adalah menerobos ke jalur Gaza dan membuat aksi di sana, padahal untuk sampai kesana beliau harus melewati ribuan tentara dan dinas intelijen. Prestasi ini sampai membuat Yitsak Rabin menggebrak meja dalam sebuah rapat. Keempat, jihad; ‘isy kariman au mut syahidan. Beliau selalu bersikeras melanjutkan perjuangannya dan mempersiapkan diri untuk mati syahid. Tidak beliau hiraukan anjuran-anjuran untuk melarikan diri ke luar negeri.

Empat tahun Yitsak Rabin memasang nama Ayyasy pada urutan pertama dalam file khusus orang-orang yang sangat berbahaya. File ini mendapat prioritas dalam program pemerintahannya. Tapi yang mengherankan, file itu masih ada di tangannya ketika seorang Yahudi fundamentalis memuntahkan peluru di depan mukanya. Peristiwa itu menambah malu dinas intelijen dan keamanan Israel. Belum berhasil menangkap Ayyasy, dihadapkan lagi permasalahan baru. Dalam situasi yang genting ini, direktur SABAK, dinas intelijen Israel, mengajukan pengunduran dirinya. Permohonan ini pun ditolak karena hanya akan menambah rakyat Israel kurang percaya diri.

Oleh karena itu, untuk mengembalikan rasa percaya dirinya, strategi pembunuhan Ayyasy dirancang lebih bagus dengan melibatkan pihak yang lebih banyak lagi. Pembunuhan ini diharapkan akan menjadi permulaan babak baru perjuangan Palestina. Perjuangan tanpa para perusak. Tapi apakah harapan mereka terwujud?

Jum’at, 5 Januari 1996, televisi Israel mengumumkan bahwa Ayyasy telah mati di Beit Lahia, Jalur Gaza. Seluruh Palestina, bahkan umat Islam seluruh dunia menangis. Sebuah bom telah dipasang dalam pesawat HT nya. Pesawat itu diterimanya dari seorang pedagang yang ternyata mempunyai hubungan dengan intelijen Israel.

Kematiannya sungguh sangat memilukan. Seorang pejuang harapan rakyat telah meninggalkan mereka. Tapi setidaknya, hal itu memberi pelajaran baru bagi mereka. Ada tiga hal yang bisa diambil. Pertama, jihad masih menjadi satu-satunya solution bagi perjuangan Palestina. Kedua, perjuangan yang ikhlas akan memberikan pengaruh yang baik bagi rakyat banyak. Ketiga, Israel masih harus berhadapan dengan kemarahan rakyat Palestina yang tidak akan pernah padam.

Ternyata harapan Israel hanya tinggal harapan. Babak perjuangan belum ending. Hanya dalam tempo sepuluh hari setelah kematian Ayyasy, empat kali operasi bom syahid berhasil dilancarkan oleh para penerus Ayyasy. Dan ternyata Ayyasy masih hidup. Bahkan sampai sekarang. Semangat dan namanya akan terus berada dalam benak hati kita. Beliaulah tokoh perjuangan.

Beliau tidaklah berambisi mencatat namanya dalam sejarah, tapi sejarahlah yang mencari sosok-sosok pemimpin pejuang semacam beliau. Beliau bukanlah orang yang gila ketenaran, tapi masyarakatlah yang selalu mencari-cari sosok seperti beliau untuk menjadi panutan dalam berjuang.

Imad Aqil

Imad Aqil, nama yang diambil dari nama pahlawan Islam Imad-ud-din Zanki, itu melegenda dalam sejarah perjuangan Palestina. Ia adalah pemberani yang tidak pernah mau dibicarakan. Imad Hasan Ibrahim Aqil lahir tanggal 19 Juni 1971 di kamp pengungsi di Jabaliya. Sejak kecil, ia sudah menjadi bintang (bukan bintang dangdut,lho!) dengan kecerdasan, keberanian, dan kepemimpinannya. Sampai SMU, ia adalah murid terbaik di sekolahnya. Ia juga sangat dekat dengan aktivitas di keislaman.

Ketika HAMAS berdiri pada tahun 1997, ia bergabung dan menjadi motor birgade Izzuddin Al-Qossam. Kelompok pemberani ini menjadi kumpulan orang yang paling bikin tentara Israel keder. Mereka bergerak cepat dan efektif. Dengan seragam yang khas (rada-rada mirip ninja), mereka bisa muncul, menyerang, dan menghilang tiba-tiba. Pertahanan Israel yag dikenal ketat itu entah bagaimana bisa ditembus. Tentara Israel dilanda kekalutan. Dimana-mana, mereka merasa bahwa brigade Izzuddin Al-Qossam bisa muncul dan mebunuh mereka. Imad Aqil kemudian menjadi pemimpin pasukan elitnya, Unit Syuhada’ Al-Aqsha. mereka melakukan berbagai serangan spektakuler yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Informasi mengenai Imad Aqil baru terkuak ketika salah seorang kader inti HAMAS mengungkapkan hal itu dalam penyiksaan yang amat keji oleh Israel. Imad tidak gentar sedikitpun, walaupun ia menjadi orang yang paling diburu Israel, termasuk intelejennya yang termasyhur sebagai intel paling canggih sedunia. Ketika para saudaranya meminta Imad keluar dari Palestina supaya selamat, ia berkata: "Saya akan tetap di Palestina sampai saya mendapat mati syahid dan masuk ke surga. Inilah jihad…kemenangan atau mati syahid."

Hari-hari dalam penyamaran dijalani Imad dengan ikhlas. Di sela-selanya, ia masih cukup gencar melakukan serangan terencana ke Israel. Israel hampir frustasi menghadapai orang yang satu ini, bahkan setelah syahid pada tanggal 24 November 1993, tahun keempat syahidnya Syaikh Abdullah Azzam, sekaligus hari keempat setelah peringatan syahidnya Syaikh Izzuddin Al-Qossam. Saat itu, ia sedang berpuasa.

Ia diundang berbuka puasa di daerah Syuja’iya, Gaza. Tak lama setelah menikmati buka, pasukan Israel sudah mengepung permukiman itu. Ya, untuk Imad Aqil, Israel mengerahkan ratusan tentara, puluhan panser, 60 bom, dan beberapa helikopter. Mereka rame-rame mengepung tempat Imad Aqil. Para tentara mengepung rumah tempat Imad berbuka, bahkan sampai naik ke rumah orang segala, mengarahkan moncong senjatanya ke rumah itu.

Imad Aqil dengan tenang pada si pemilik rumah, "Sudah satnya bagiku untuk memperoleh syahid." Imad kemudian naik ke atas rumah, kemudian shalat sunah dua rakaat. Israel, sementara itu, memblokade semua jalan keluar dan bahkan mengebom rumah penduduk. Ketika shalatnya selesai, ia turun ke bawah dan berteriak "Allahu Akbar!" sambil menarik picu tembakannya. Serentak, rentetan senjata api memberondong tubuhnya. Sebuah meriam tank akhirnya meluluhlantakkan tubuhnya, mengantarnya menemui Tuhannya.

Setelah itu, Jenderal Amtan Felnay yang memimpin operasi kejam itu memerintahkan pasukannya untuk diam di tempat. Ia tidak yakin Imad Aqil telah mati. Tentara Israel berpandangan satu sama lain, saling mendorong untuk mendekati mayatnya yang sudah bercerai berai. Tidak ada yang berani. Mereka akhirnya malah menodong warga untuk mengambil jasadnya. Nidhal Farahat, kerabat Fathi Farahat yang di masa berikutnya mengikuti jejak Imad, adalah orang yang mengambil potongan-potongan mayat Imad Aqil. Ia dipaksa meletakkan mayatnya di depan para tentara Israel.

Melihat Imad Aqil telah mati, ketakutan mereka berubah menjadi kekejaman luar biasa. Tubuh Imad Aqil yang sudah hancur itu masih diberondong sampai lebih dari 70 tembakan, ada juga yang mencabik-cabik tubuhnya dengan pisau. Setelah itu, mereka bernyanyi-nyanyi gembira: "Imad telah mati…Imad telah mati…." Mereka bangga dengan aksi pengecut mereka: ratusan tentara, puluhan tank, beberapa helikopter hanya untuk satu orang. Bahkan, mayatnya pun masih membuat mereka takut.

Esoknya, Palestina bersatu dalam duka, sekaligus semangat yang membara. Kampung Syujaiya merubah satu sekolahnya menjadi "Madrasah Imad Aqil". Sekolah-sekolah kehilangan murid-muridnya yang ikut berdemonstrasi di jalan-jalan. Langit Palestina bergemuruh, seakan menyatakan bahwa Imad-Imad yang baru akan lahir. Sampai-sampai, Haaretz (media Israel) memuat tulisan Amira Hess: "Tampaknya kehebatan Imad Aqil, komandan Batalyon Izzuddin Al-Qossam itu masih terasa getarnya…saya menyaksikan anak-anak kecil terus-menerus melempari pasukan Israel dengan batu dan berseru: "Kami semua adalah Imad Aqil! Kami semua adalah Imad Aqil!"

Gaza Tonight

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza) Lyrics
(Composed and Copyright 2009 by Michael Heart)

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Sabtu, 26 Desember 2009

Ia

Ia berdiri di pinggir jalan seorang diri dengan tas punggung hitam tergantung di pundaknya. Jilbab putihnya berkibar tertiup angin.

Sebuah bis Sumber Kencono tampak di ujung jalan. Ia segera melambaikan tangan memberi isyarat kepada sopir atau mungkin kondektur bis bahwa ia ingin menjadi penumpang bis. Ia naiki tangga di pintu bis. Penuh. Mau tidak mau, ia harus berdiri sampai di terminal Ngawi. Suasana bis menjelang hari Raya Idul Fitri memang selalu penuh. Ia terdiam dan tak ingin bicara. Seorang laki-laki menawarkannya untuk duduk di atas tas ranselnya. Katanya, ransel itu hanya berisi pakaian, jadi tidak apa-apa kalau dijadikan tempat duduk. namun, ia sama sekali tidak berminat. Ia lebih memilih untuk berdiri di tengah bis sambil menatap pemandangan di luar bis. Jilbab putihnya masih terus berkibar tertiup angin yang masuk lewat jendela bis.

Ia kini berubah. Ia bukan lagi ia yang dulu polos. Keras perjalanan hidup memberikan warna dalam cara pandangnya, cara berpikirnya. Membuatnya menjadi keras. Ia yang dulu iba melihat para pengamen ..... kini rasa iba itu lenyap entah kemana. Ia yang dulu punya rasa kasihan melihat keringat para kondektur dan sopir bis, tukang becak, tukang ojek ...... kini rasa itu menguap. Ia yang dulu suka bertanya kepada sesama penumpang bis yang duduk di sebelahnya, kini menjadi patung dalam bis. Ia kini lebih suka bicara dengan alam, lewat tatapan matanya.

Belum terhapus dari memorinya, ketika ia menumpangi sebuah bis. Dan kondektur bis tampak sengaja tidak memberikan uang kembalian padanya. Dalam hati ia menunggu melihat reaksi sang kondektur bis. Hingga beberapa menit kemudian ia protes kepada sang kondektur. "Pak, mana uang kembaliannya?" Mungkin sang kondektur mengira ia tidak pernah naik bis. Atau entah apa yang dipikirkan sang kondektur tersebut. Sang kondektur memberikannya dua lembar dua ribuan. Ia tahu waktu itu tarif kendaraan umum memang naik. Ia juga tahu berapa tarif yang harus ia bayar. Dan Ia tahu pasti kembaliannya masih kurang. Ia masih setia menunggu. Namun, sang kondektur tampak santai berdiri di sampingnya. Kali ini kesabarannya telah pupus. Kembali ia protes, "Kurang ini pak!". Lalu sang kondektur kembali memberikannya selembar seribuan. Dan lagi-lagi ia protes, "Masih kurang ini Pak!", Kali ini ia benar-benar jengkel. Namun tanpa bicara.... sang kodektur akhirnya melengkapi seluruh kekurangan uang kembaliannya. Apakah sang kondektur hendak melakukan tindakan penipuan?

Ah, sangat disesalkan, sang kondektur tersebut telah menghapus rasa kasihannya kepada seluruh kondektur. Kini tak ada lagi do'a untuk setiap kondektur yang ia lihat dalam setiap perjalanannya. Rasa kasihan telah mati.

Kuliah Tanggal 25 Desember 2009

Tanggal 25 Desember lalu ceritanya aku ada kuliah. Yups, hari Jum'at. Biasanya sih emang libur and going ke MI. Tapi.... kali ini ada hari libur nasional, jadi MI ya.... ngikut libur seperti yang ditetapkan pemerintah. Tapi kali ini aku ada kuliah dan pembekalan skripsi.

Ada peristiwa yang kusesalkan ketika kuliah tadi. Ceritanya kuliah hari ini gabung dengan PAI semester 5. So pasti kelasnya full. Terus tadi ada beberapa mahasiswi yang terlambat datang. Dan ada satu mahasiswi yang ga kebagian tempat duduk. Kebetulan ia tepat berada di sampingku. Yups, ia adik kelasku coz masih semester 5. Entah kenapa aku enggan bergeser. Soalnya pasti ga nyaman duduk sebangku bertiga, karena kapasitasnya memang sebangku buat berdua. dan yang kupikirkan waktu itu ....."Duduk bertiga sama temennya yang seangkatanlah...." Ah, waktu itu aku benar-benar egois. Kotor banget hatiku. Egois. ga punya toleransi.

Untung saja temen yang duduk di sampingku memberiku isyarat untuk geser dan memberikan tempat duduk buat adik kelasku yang ga kebagian tempat duduk tadi. maaf dek.....

Jiwa-jiwa egois semacam ini nih yang harus diberantas. Termasuk jiwa egois dalam diriku.

Supaya aman, kita menabung di bank?

Pernahkah anda membaca buku PKN atau IPS atau Bahasa Indonesia untuk anak-anak SD? Khusunya anak SD atau MI kelas satu? Mungkin anda pernah membaca soal semacam ini: "Supaya uang kita aman, kita menabung di....." Dan jawaban yang paling tepat yang tersedia adalah "di Bank".

Gawat kalau anak-anak sampai tahu kalau akhir-akhir ini banyak bank-bank yang error. Uang di bank ga jelas lari kemana. Berapa banyak nasabah yang kehilangan uang gara-gara ada pencurian oleh pihak bank sendiri. Kemudian sistem pemungutan tiap bulan yang dilakukan di bank, yang ga jelas juga hukumnya.

Kayaknya..... pertanyaan dan doktrin tentang keamanan bank sudah tidak berlaku lagi dech. Dan sebaiknya tidak perlu didoktrinkan ke anak didik kita.

I Proud To Be A Moslem

Alhamdulillah, aku bangga sebagai seorang muslim.
Alhamdulillah, aku dilahirkan dalam keluarga muslim. Seandainya aku terlahir dalam lingkungan non muslim, akankah aku mendapat hidayah lalu memeluk islam? Atau aku akan tetap buta dan tak mengenal Islam?

Barusan baca koran Republika. Sebuah artikel menceritakan tentang seorang mantan pemain sepak bola yang masuk islam. Namanya..... siapa tadi? duh, lupa. Saat ini berumur 37 tahun. Setelah menjalani berbagai alur perjalanan hidup, akhirnya ia masuk Islam. Ia tinggalkan dunia sepak bola yang memberikannya materi dan glamoritas hidup.

Sejenak terpikir, sebagai seorang muslim yang lahir dari keluarga muslim.... seberapa besar kualitas keimanan dan keislamanku saat ini? Tidak tertutup kemungkinan, mereka yang masuk Islam bukan karena keturunan, lebih menikmati iman dan islam mereka dibanding aku yang lahir dari keluarga muslim.

Yups, Islam. Subhanallah. Benar-benar perfect. Islam tidak hanya mencakup dan mengatur masalah ketuhanan saja, namun juga mengatur kehidupan manusia dengan manusia, manusia dengan dengan makhluk hidup lainnya, dan segala macam urusan duniawi. Yups, sebuah aturan hidup dari Sang Pencipta makhluk untuk kemaslahatan makhluknya.

Islam memberikan solusi permasalahan hidup yang sempurna. Satu contoh..... hukuman bagi yang mencuri adalah potong tangan. Memang sih, kalau dipikir secara dangkal oleh akal, hukuman itu seakan ekstrem banget. Dan menjerakan pastinya. Cobalah bandingkan dengan hukuman penjara yang ditetapkan manusia, benarkah hukuman itu menjerakan? tapi.... kayaknya sih banyak juga tuh para pencuri yang keluar masuk penjara. Sudah menjadi hal biasa kali ya? Apalagi untuk para koruptor yang berkantong tebel. Bayar aja dah, selesai masalah. Ga ada namanya penjara-penjara. Enak banget ya..... Ga adil tuch!

Terus sekarang..... bayangkan bila hukum potong tangan bagi pencuri berlaku di negeri ini? wuu.........hhhh..... kemungkinan besar tidak akan ada pencuri. Para koruptor juga mungkin akan berpikir masak-masak sebelum korupsi. Eh, kalau ga salah..... di Cina sendiri sudah menerapkan hukuman mati bagi para koruptor...... How about Indonesia? kalau hukuman potong tangan direalisasikan..... waaa..... berapa banyak tuh pejabat yang kehilangan tangan?

Itu baru salah satu contoh aturan dalam Islam. Selain itu masih banyak. Islam mengatur dalam hal ekonomi, politik, bahkan dalam hal tidur, dan makan pun diatur dalam Islam. Dan masih banyak hal lainnya.

Kalau seseorang benar-benar mempelajari Islam tanpa ada unsur kedengkian dan keinginan untuk menjatuhkan Islam, pasti ia akan berdecak kagum.

Amerika

"Amerika tak pernah menang seutuhnya dalam setiap peperangan sepanjang sejarah. Vietnam, Afghanistan, bahkan dalam perang teluk 1990 lalu, Amerika mendapat pengalaman pahit. Kalaupun tampak menang, ekonomi dan mental mereka porak-poranda".

Jumat, 25 Desember 2009

Hujan


Hujan.....
Alhamdulillah,
Akhirnya hujan mengguyur bumi.
Lepaskan haus tanaman.
Rizki bagi para petani.
Rumput-rumput segar kembali.
Tanah berseri.
Taman-taman seakan tersenyum manis.
Tampakkan senyum hijaunya.
Alam bersyukur.
Alhamdulillah.

Ups,
Bajuku dua hari kehujanan di jemuran.
Belum kering-kering.

Sekilas

Aku duduk sendiri. Menatap ruang ini. Sejenak berpikir. Kulihat pohon ..... apa ya namanya? Lebese kalo ga salah. Kurang tahu juga apa namanya dalam bahasa Indonesia. wuuu........ Subhanallah, so beautiful! Pohonnya sedang berbunga. Banyak banget bunga-bunga warna pink di atas daunnya. Di bawah pohon tampak taman yang cakep banget. Teduh deh pokoknya. Apalagi tadi barusan hujan. Menambah kesejukan.

Selanjutnya kekagumanku terus mengalir. Kulihat kantor KMI cabang. Di depan kantor ada kursi-kursi panjang hijau. Yups, benar-benar peletakan yang tepat. Jadi bisa diduduki buat anak-anak yang sedang belajar. Juga ketika ada pengajar yang duduk disitu, ia bisa menegur anak-anak yang lewat dengan mudah. Ditambah warnanya yang hijau.... u..... ada nuansa beda. Lebih teduh. Tampak serasi dengan cat temboknya. Ma'hadi banget.......

Lalu pandanganku beralih ke lukisan di belakang gedung Sudan, Amazing! Tampak serasi pula dengan bunga-bunga yang ditanam di bawah lukisan. Membuat lukisan serasa nyata. Dan setelah kuperhatikan.... ternyata hampir semua lukisan terdapat taman kecil di bawahnya. Benar-benar menyatu dengan lukisan. Membuat lukisan tampak semakin hidup. Suasana yang asik buat belajar. Mungkin sengaja didesain seperti itu. Semua untuk pendidikan.

Lalu pikiranku semakin luas. Kupikirkan letak rayon-rayon yang menjadi asrama santriwati. Membentuk letter U. Yups, gugusan sebelah timur, selatan, dan barat. Dan yang membuatku berdecak lagi adalah..... tiap gugusan ternyata memiliki lapangan basket. So, kalau mau main basket, ga usah jauh-jauh. Tinggal melangkah ke depan rayon. Letaknya pun juga tidak terhalang jika kita ingin menyaksikan sang pemain basket dari rayon. Yups, all are full of pendidikan.

Inilah tata letak Pondok Modern darussalam Gontor Putri 1. Dan mungkin masih banyak lagi hal yang mengagumkan yang belum tertulis.

Alhamdulillah, masih kurasa detak napas di tempat ini, detik ini.

Senin, 21 Desember 2009

Palestina VS Israel

Kemarin, pulang kuliah aku sempat menyaksikan aksi para mujahid Palestina melawan tentara Israel dan mobil-mobil thanknya yang besar. Melihat lewat layar kaca maksudnya. Yups, benar-benar perlawanan yang tidak seimbang. Batu melawan thank-thank berpeluru plus rudal. namun, meskipun hanya bersenjatakan batu dan bom molotov, para pejuang Palestina tetap berani maju menghadapi rudal-rudal Israel tak berperikemanusiaan itu.

Dapat diprediksikan dengan pasti, jika para pejuang Palestina memiliki senjata juga, mereka pasti menang. Dan aku yakin Israel akan keok tak punya nyali. Israel hanya berani jika beramai-ramai dan bersenjata. Dan kurasa, dalam hati mereka memiliki katakutan menghadapi perlawanan dan semangat juang para mujahid Palestina. (Eh, kok jadi sok tahu gini ya?).

Tembok Pengisolasi Gaza

Semalam baca koran Republika bentar. Koran hari Kamis. Aku tertarik dengan satu judul artikel, "Mesir seperti berjalan di atas kaca". Kurang lebih begitulah judulnya.

Yups, Mesir yang merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Gaza, Palestina. Akibat serangan dan jajahan Israel yang tidak manusiawi, (entah hilang kemana rasa kemanusiaannya), Gaza diisolasi. Tembok penghalang dibangun. Kupikir (dan kubayangkan) tembok itu seperti tembok-tembok pagar /pembatas yang selama ini kulihat. Namun, bayanganku salah. Tadi malam, setelah membaca artikel tersebut, aku baru tahu bahwa kedalaman tembok pembatas itu mencapai 35 meter di dalam tanah. Itu baru kedalamannya. Belum lagi tinggi dan tebalnya.

Jadi ingat waktu KKN kemarin. Kelompokku tinggal di daerah yang lumayan sulit untuk mendapatkan air. Mayoritas penduduk mandi dan mencuci di sungai. Tepatnya aliran sungai dari gunung. Namun, Alhamdulillah, di kediaman yang kutempati terdapat sebuah sumur. Untuk mencuci baju, kami harus menimba dulu. Yups, sumur dengan kedalaman 30 meter. Benar-benar membuat kami ngos-ngosan ketika menimba. Padahal itu baru mendapatkan 3 ember kecil. Tak diragukan lagi, keringat akan bercucuran setelah mencuci. Bukan karena mencucinya, namun karena menimba airnya. Aku membayangkan, mungkin kurang lebih sedalam sumur itulah kedalaman tembok pengisolasi Gaza.

Gaza diisolasi dan hanya dibuka satu jalur oleh Israel. (Emang kok Israel, Capek dech!!!). Jalur yang selalu dijaga ketat oleh tentara-tentara Israel. Akibatnya, penduduk Gaza kekurangan makanan. Namun, Alhamdulillah, penduduk Gaza tidak tinggal diam. Mereka membuat terowongan-terowongan bawah tanah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir. Semua itu dilakukan agar penduduk Gaza masih bisa mendapat pasokan makanan dan persenjataan untuk melawan Israel tak punya perasaan. ga kebayang terowongan dengan kadalaman 30 meter. Subhanallah. Mengapa sampai ada terowongan-terowongan tersebut? Tentu saja ada masalah dengan satu jalur yang dibuka oleh Israel. "Jalur itu tidak selalu dibuka", begitu yang ditulis di koran. Mungkin lebih parah dari itu. Ya, namanya juga penjajah. Israel lagi.

How about Mesir?

Aneh ya, Mesir kan negara Arab yang juga berpenduduk muslim. Tapi.... kok mau sih membangun tembok penghalang itu? Atau apakah Mesir tekut menghadapi Israel dan AS? Mengapa Mesir tidak menunjukkan pembelaan kepada Palestina yang sama-sama Arab dan Islam? Atau mungkin hati kecil Mesir sebenarnya memihak dan ingin membela Palestina, namun kondisi tidak memungkinkan, karena terikat perjanjian dengan Israel? Wallahu 'alam.

"Wa makaruu wa makarallahu. Wallahu khoirul makirin"
Yups, suatu saat nanti islam pasti akan menang.

And how about us? what will we do?

Minggu, 20 Desember 2009

Hari Ini

Hari ini full bersih-bersih. Jadi tukang sapu, tukang pel, tukang cuci piring, sampe nguras bak mandi. Tapi.... seru juga sih. Rame-rame bareng temen-temen. Mungkin lima tahun lagi, atau sepuluh tahun lagi.... semua itu hanya akan menjadi kenangan. Kenangan kebersamaan. Saling bercanda, tertawa, mengejek, makan bareng.... Yups, pada akhirnya semua punya kehidupan sendiri-sendiri.

Jumat, 18 Desember 2009

Apalah Arti Bayangan

Aku selalu menatap ke atas
Mengharap untuk sebuah bayangan
Lalu ku melihatnya
Dengan langkah lemahnya
Namun tetap tegar

Sebuah teguran bagiku
Aku kurang syukur
Atas segala nikmat yang Allah beri padaku
Termakan pikiran dunia
Hingga mengharap bayangan
Yang hanya sementara

Tidakkah kau melihatnya?
Bagaimana kalau kau menjadi dia?
Lihat....
Perhatikan....
Bersyukur.....
Bersyukur.....
Jangan termakan opini dunia.

Coretan dikit:
Puisi ini tertulis setelah aku melihat seseorang yang hampir tiap hari selalu kulihat. Entah siapa namanya, dan dimana tinggalnya. Mungkin tak jauh dari tempatku mengajar. Karena hampir tiap hari aku selalu melihatnya bolak-balik ke masjid untuk mengambil air. Selalu terdetik di benakku untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan padaku, ketika aku melihatnya. Mungkin itu juga teguran buatku, agar aku tak lupa untuk selalu bersyukur.

Dan tadi siang, ketika aku sedang mengajar anak-anak kelas 3A di teras masjid, aku melihatnya entah yang keberapa kali. Ia melangkah berjalan terseok pelan-pelan. Tampak jelas ia kesusahan ketika berjalan. Ya, ada cacat di kakinya, hingga ia tak mampu berjalan normal. Bahkan untuk memakai sendalpun ia nampak kesusahan. Kasihan.

Namun, meskipun ia cacat, ia tetap beraktifitas seperti orang yang lain. Tetap bekerja. Bisa jadi semangatnya melebihi kita yang memiliki kelengkapan fisik.

Yups,
Kesimpulannya:
Kadang, disadari ataupun tidak, kita selalu merasa kurang. Tidak mensyukuri atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita. Melihat orang lain yang lebih kaya, ingin juga kaya seperti dia. Melihat orang lain yang cuantiiikkk or guanteenggg.... heheee.... e... pengen juga seperti ntu. Selalu merasa kurang dan rendah diri dengan kondisi fisik yang ada pada diri kita. Lantas kita lupa untuk bersyukur atas semua itu. Pernahkah kita membayangkan seandainya kita menjadi seperti mereka (yang memiliki kekurangan fisik or cacat)? Sudahkah kita bersyukur?

So, Optimalkan apa yang ada dalam diri kita sekarang! and always bersyukur. Coz, nilai seseorang bukanlah apa yang tampak dimata, namun...... (lanjutin sendiri deh)!

IZZUDDIN AL-QOSSAM


“Wahai kaum muslimin, kalian sudah sangat tahu urusan agama kalian, sampai tak ada satu pun di antara kalian yang tak mengetahuinya. Kalian juga tahu persoalan negeri ini hingga telah sampai kewajiban jihad kepada kalian semua. Atau apakah belum sampai juga pada kalian? Ya Allah, maka saksikanlah!! Berjihadlah wahai umat Islam!! Berjihadlah wahai kaum muslimin!!” Tegas Izzuddin Al-Qossam, imamnya syuhada Palestina, saat khutbah terakhir menjelang syahidnya.

Cahaya matahari menjadi saksi atas syahidnya seorang ulama mujahid. Syekh Al-Qossam, namun semangatnya masih tetap membakar jiwa seluruh rakyat Palestina. Sampai sekarang, namanya bahkan masih bisa membuat pasukan Israel terkencing-kencing, karena ia menjelma menjadi sekelompok ksatria yang mewarisi semangatnya: Brigade Syahid Izzuddin Al-Qossam.

Subuh adalah sepenggal waktu yang nyaman untuk dinikmati. Karena oksigen masih fresh seperti siraman embun yang jatuh ringan menutupi permukaan bumi. Subuh adalah sebening anak pra aqil baligh yang belum berdosa.Tapi perasaan nyaman terhadap subuh tidak terjadi di Akhros sebuah desa di dataran rendah seputar Haifa.

Sungguh, tiba-tiba subuh tidak lagi bening dan hening. Tikar sajadah baru saja dilipat. Lidah masih basah dengan wirid shabah. Tak ada teh panas yang dapat dinikmati, apalagi roti sebagai penganan pagi. Tidak perduli dengan segala burung yang bernyanyi merayakan datangnya matahari yang membagi sinarnya ke bumi. Pagi itu tepat 20 September 1935, Syekh Al-Qossam dan para sahabatnya harus berhadapan langsung dengan para penyerang yang datang tiba-tiba dari tiga penjuru sekaligus.

Dentuman senjata berat dan ledakan-ledakan terdengar mengusik keindahan pagi dan menyapu hawa dingin dengan panas mesiu. Kilatan senjata pembunuh itu merobek keceriaannya dan menggantinya dengan kepulan awan hitam yang meringis. Serangan membabi buta itu tidak meninggalkan sepenggal rasa kemanusiaan sedikitpun. Inggris dan Yahudi membumi hanguskan pemukiman Syekh Al-Qossam untuk mengakhiri perlawanannya.

Setelah beberapa jam membombardir, serangan itu terhenti tetapi serentetan tembakan sporadis masih terdengar, kemudian sepi. Sebuah ledakan mengguncang, kemudian sunyi kembali. Alam menjadi saksi atas pertempuran yang tak seimbang itu. Inggris mengerahkan 400 tentaranya demi menumpas puluhan pengikut Syekh Al-Qossam.

Di ufuk timur deretan awan lengkung seperti alis yang menyiratkan suasana kelam. Serentetan tembakan kembali terdengar, horison pun kini senyap seperti mata yang pejam. Sebuah ledakkan kembali berguncang, namun tiba-tiba langit seolah mengangkat pelupuknya, dan nyalang terbuka. Dipandanglah matahari, muram dan merah. Dengan berat ditataplah bumi, para pejuang tersungkur, tubuh-tubuhnya hancur, tanah bersimbah darah… Mentari yang baru muncul tak menemukan keceriaan pagi selamanya.

“Pasukan kami telah memasuki permukiman itu, dan sekarang mereka telah menguasai. Sekarang tidak ada konfrontasi, siapapun yang membawa senjata akan ditangkap,” kata komandan operasi Kerajaan Inggris.

“Kami sedang mengejar para buronan dan menahan mereka. Dalam beberapa jam ke depan operasi ini akan membawa hasil penuh.”

Sebelum peristiwa penyerbuan tentara Inggris dan sekutunya itu, sebenarnya Syekh telah mengambil ancang-ancang menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dengan melatih para petani dan masyarakat untuk memegang senjata di dataran tinggi Junein. Namun sebelum revolusi sempat dikobarkan, Inggris dan Yahudi lebih dulu menyapu mereka dengan memperalat tentara Arab dan Palestina..

Syekh Al-Qossam bersama para sahabatnya bisa saja meloloskan diri, namun pantang baginya melarikan diri dari medan pertempuran. Pada waktu itu pasukannya berada pada tempat yang tidak menguntungkan untuk mengadakan perlawanan. Saat itu pasukannya berada di dataran rendah sedangkan musuh berada di balik perbukitan.

Inggris yang licik berhasil memperalat badan keamanan Arab Palestina untuk melancarkan aksinya membungkam perlawanan Syekh dengan meletakkan mereka di 3 barisan pertama. Siasat licik ini dijalankan setelah sebelumnya Inggris menuduh Izzuddin dan lainnya adalah perampok yang selalu membajak pedagang yang sering melewati kawasan tersebut.

Sebelum perlawanan dimulai, Syekh mengingatkan agar jangan melukai pasukan Arab karena mereka cuma diperalat dan tidak tahu apa-apa. Lalu ia mengumandangkan syiar: “Hadzaa jihadun fi sabilillah wal wathon, wa man kaana hadza jihaduhu la yastaslim lighoirillah” dan menyerukan: “muutuu syuhada’….!”

Penyerbuan atau lebih tepat sebagai pembantaian itu dimulai pukul 05.30 pagi dan berlangsung selama 4,5 jam. Setelah melakukan perlawanan keras, akhirnya Al-Qassam, Yusuf Al-Zaibari, Muhammad hanafi Al-Misri menemui Syahadah dan 4 orang tertangkap yaitu Arobi Badawi, Muhammad Yusuf, Ahmad Jabir, Hasan Al-Bari dan 2 orang tertangkap karena terluka, Namar bin As- Sa’adi dan As’ad Al-Muflih.

Mendung menyelimuti Haifa, mengiringi kepergian sang mujahid sejati yang dikenal sangat peduli dengan rakyat kecil. Jasadnya dimakamkan di kampung halamannya dekat Haifa.

Muhammad Izzuddin bin Abdul Qodir Mushthofa Al-Qosam, lahir di daerah pegunungan Qadha Al-Ladziqiyyah, Syria pada tahun 1882. Belajar di Al-Azhar dan ketika kembali di kampung halaman, ia langsung terjun ke medan da’wah. Ia sangat lihai berpidato. Kelihaiannya itu ia manfaatkan untuk mendakwahkan Islam kepada orang banyak. Sampai akhirnya menjadi khatib tetap di Masjid Raya Al-Manshur, Jabalah.

Keindahan gaya bahasa yang digunakannya sangat menyentuh hati para hadirin. Muhadharahnya disenangi dan ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin. Kepiawaiannya memilih kata-kata bisa membangkitkan kesadaran hadirin untuk kembali berpegang teguh dengan ajaran agama Islam.

Ia selalu menekankan sifat tawadhu’, akhlak mulia, kecerdasan berinteraksi, istiqomah, pengendalian diri, meluaskan cara pandang, zuhud, sederhana, ikhlas serta siap berkorban tenaga, waktu dan istirahat demi Islam dalam setiap muhadharah yang disampaikannya. Hal-hal yang didakwahkannya ini senantiasa diusahakan agar dapat teraplikasi dalam keseharian dan benar-benar menjadi qudwah yang dicintai masyarakatnya.

Satu hal yang tak pernah lepas dari kehidupannya adalah kepeduliannya terhadap orang miskin dan dhuafa. Para petani diziarahinya sampai ke ladang-ladang tempat mereka bekerja. Para buruh tak lupa disapa dan diajaknya berbincang walaupun hanya sebentar. Ia tak segan-segan menemani mereka di meja makan atau membantu menyelesaikan pekerjaan mereka sekalipun hanya sesaat.

Menjalin ukhuwah dan gemar bermu’ayasah (berinteraksi di tengah-tengah masyarakat) benar-benar dihayati dan diterapkan dalam kehidupannya. Karena melalui jalan inilah seorang da’i mengerti dan memahami kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Inilah salah satu kunci keberhasilan Syekh Izzuddin dalam da’wahnya mengenalkan Islam kepada masyarakat di sekitarnya yang patut diteladani.

Beliau juga adalah salah seorang pemimpin gerakan revolusi Syria saat melawan Prancis antara 1918-1920, dan pindah ke Palestina setelah revolusi berakhir dan tinggal di Haifa.

Al-Syekh dikenal juga sebagai seorang pemberani. Beliaulah ulama yang paling banyak bersentuhan dengan jihad, suatu hari ia berkata di atas mimbar “Saya melihat seorang pemuda membawa sapu untuk menyapu jalan dan ia di tuduh membawa senapan, dan saya melihat seorang membawa sikat untuk menyemir sepatu dan ia di tuduh membawa pistol untuk membunuh orang asing”.

Tahun 1925 Al-Syekh mulai mendirikan gerakan jihad yang diyakininya sebagai satu-satunya sarana untuk membebaskan Palestina. Amil Al Ghouri berpendapat bahwa, “Gerakan ini merupakan gerakan yang paling berbahaya dalam sejarah gerakan perlawanan bangsa Palestina, bahkan sejarah arab secara keseluruhan.” Gerakan ini mendapat sebutan Organisasi jihad (Al Munazhamah Al-Jjihadiyyah). Tetapi sepeninggal Al-Qassam organisasi ini lebih terkenal dengan sebutan “Jamaah Al-Qassam atau Al-Qassamiyyun” dan slogan dari jihad mereka adalah: ini adalah jihad kemenangan atau mati syahid.

Jamaah ini tidak menerima keanggotaan kecuali setelah disaring dengat sangat ketat. Dan tidak menjadi anggota Jamaah kecuali sebagai seorang mukmin yang siap untuk mati demi membela tanah airnya yaitu seorang yang beragama dan berakidah yang benar.

Al-Qassam diangkat menjadi imam masjid Al-Istiqlal di Haifa, hal ini semakin memperkokoh kedekatannya untuk berhubungan langsung dengan masyarakat dan mencari unsur-unsur pendukung dalam masyarakat. Pada kesempatan yang sama beliau ditunjuk menjadi ketua organisasi pemuda muslim di Haifa. Maka gerakannya semakin meluas ke daerah-daerah dengan mendirikan cabang-cabang bagi organisasi yang pada akhirnya menjadi tempat berlindung bagi anggota-anggota jamaah Al-Qassam di daerah masing-masing.

Kepemimpinan jamaah ini baru tebentuk pada tahun 1928, dan diantara pendukungnya adalah Al Abdu’a, Mahmud Za’rurah, Muhammah Al-Shalih, Khalil Muhammad Isa. Dan pusat pergerakan ini adalah di Haifa. Dan ketua jamaah bertanggung jawab untuk mengatur dan menentukan kebijakan dan keputusan yang penting. Pada tahun 1935 jumlah anggota ini telah mencapai 200 orang yang kebanyakan adalah para juru dakwah yang memilik basis sampai 800 orang.

Gerakan ini terbagi menjadi lima bidang yaitu; bidang pembelian senjata, bidang pelatihan, bidang mata-mata kepada Yahudi dan Inggris ( kebanyakan dari anggotanya adalah mereka yang berada di militer dan birokrasi), bidang propaganda revolusi dan hubungan politik. Pendanaan diambil dari anggota dan para donatur,

Diantara metodenya adalah setiap anggota wajib belajar menggunakan senjata, dan siap untuk melakukan peperangan dalam kondisi apapun di saat telah di umumkan jihad, setiap anggota wajib mempersiapkan sendiri perbekalan dan persenjataannya. Walau mereka kesulitan dan tidak mampu mempersiapkan itu, namun banyak diantara mereka yang rela tidak makan demi untuk membeli senjata dan demi persiapan perang itu sendiri.

Fase perpindahan kepada perlawanan bersenjata, pada akhir tahun 1928, pada bulan agustus 1929 tejadi revolusi kilat (Al-Barraq) sebagai langkah permulaan untuk menguatkan mentalitas para anggota, dan yang bertindak sebagai Pemimpin adalah Al-Qassam sendiri. Ketika genderang perang ditabuh pada tahun 1935 menurut Subhi Shalih –salah seorang anggota-Al- Qassam telah memiliki 1000 pucuk senjata dan basis pertahanan di Al-Ladziqiyyah.

Meskipun Jamaah ini baru mengumumkan perang pada tahun terakhir, tetapi ia telah melakukan berbagai penyerangan-penyerangan antara 1930-1932 sebagai sarana untuk menghilangkan rasa takut dalam diri anggota, mengadakan presure atas pemerintah Arab, Inggris dan Yahudi.

Pada bulan november 1935 Jamaah Al-Qassam ‘Al-Jihadiyyah’ mengumumkan perang! Dan pada akhir bulan oktober, setelah beliau menjual rumahnya di Haifa, kemudian diikuti oleh beberapa anggota yang lain menjual perhiasan milik istrinya, dan menjual sebagian perabot rumah tangga mereka untuk mendapatkan persenjataaan.

Al-Qassam telah mempelopori munculnya revolusi besar 1936-1939. di daeran Nur Al Syams 15 april 1936 yang dipimpin oleh Al Syekh Farhan As-Sa’adi. Sebagaimana mereka juga mempelopori timbulnya gerakan perlawanan 26 september 1937 dengan terbunuhnya seorang gubernur Inggris untuk wilayah Al Jalil “Andrus”.

Lagi-lagi Al-Qassam memiliki andil dalam mengatur dan memimpin revolusi (tiga dari enam pemimpinnya berasal dar Al-Qassam) yang di pilih pada 2 september 1936 dengan Fauzy Al-Qawqaji sebagai pemimpin umum yang berlangsung sampai berakhirnya revolusi 12 oktober 1936.

Di wilayah selatan Palestina yang menjadi pemimpin adalah Abu Ibrahim Al Kabir Al-Qassami, dan kebanyakan dari para pemimpin di daerah ini adalah anggota Al-Qassam (Abu Muhammad al Shofuri, Sulaiman Abdul Jabbar, Abdullah Al Asbah, Taufik Ibrahim, abdullah Al Syair). Di daerah Nablus bendera diusung oleh empat pemimpin, dua diantaranya anggota Al-Qassam, dan masik banyak lagi di tempat-tempat lain. Secara umum Al-Qassam memiliki peran yang sangat strategis dalam revolusi Palestina baik sebagai pemimpin, prajurit, pengambil kebijakan dan strategi perang.

Ketika diumumkan perang besar 1947-1948, tampillah pasukan Al-Qassam di bawah kepemimpinan Al-Hajj Amin Al-Husain sebagai panglima jihad suci (Jihad Al Muqaddass) bersama tentara penyelamat yang dipimpin oleh Fauzi Al-Qawqaji. Di wilayah selatan mereka tetap ikut ambil bagian dalam pertempuran-pertempuran meskipun bukan dari unsur mereka yang menjadi pemimpin. Dan mereka tetap berjihad mengikuti pemimpin tertinggi tersebut.

Al-Qossam hanyalah sebatang busur, dan para sahabatnya laksana anak panah yang meluncur. Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian. Direntangkan-Nya busur itu dengan kekuasaan-Nya hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat. Meliuk dalam suka cita rentangan tangan Sang Pemanah. Sang Pemanah mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat, sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap.

Keteladanan yang bisa ditiru dari perjuangan beliau adalah keikhlasan, pengorbanan dan senantiasa menebarkan kehangatan dengan orang-orang di sekitarnya. Sifat-sifat ini sangat membantu kesuksesan dalam medan da’wah, jalan yang ditempuh oleh para Nabi utusan Allah. Al-Qossam dan para sahabatnya telah menjadi penghuni rumah masa depan yang kini tengah dinikmatinya. Al-Qossam telah menjadi milik zaman dan sejarahnya. Birruuh…biddaam…nafdika ya Islam… !!!

dikutip dari http://palestinaku-al-ikhwan.blogspot.com

Hidup

"Orang yang hidup adalah orang yang punya cita-cita"

"Kehidupan adalah kumpulan fase-fase"

Rabu, 16 Desember 2009

Antara Rakyat, Para Koruptor, dan Para Penindak Hukum.

Sudah beberapa hari ini aku tidak membaca harian Republika yang selalu diantar ke kantor DEMA. Baru tadi malam, sekitar pukul 2, sebelum tidur, aku sempat membuka koran Republika.

Mataku tertuju ke sebuah berita tentang seorang warga Kediri yang dijatuhi hukuman penjara selama dua bulan sepuluh harikarena mencuri sebuah semangka di kebun milik orang lain.

Karena sebuah semangka ia harus masuk penjara. Sebuah semangka mungkin hanya seharga 15.000an.

Sejenak terpikir di otak, "Giliran rakyat biasa yang mencuri, langsung ditindak dengan pidana penjara. Tapi kenapa giliran para pemerintah yang koruptor, mencuri berjuta-juta bahkan milyaran uang, tidak segera ditindak? Para koruptor masih tetap bisa berkeliaran dengan leluasa tanpa ada rasa malu sedikitpun. Lalu mana keberadaan para penindak hukum?

Atau... tugas Polri, Jaksa, Hakim, dan perangkat-perangkatnya hanya menindak rakyat kecil saja? Lalu membiarkan dengan leluasa para koruptor? Kalau demikian, Pemerintah hanya menghabiskan uang rakyat.

Telat 10 menit

Jam dinding di kamar menunjukkan pukul 14.00. Itu artinya saat ini sudah jam setengah dua lewat sepuluh menit. Yups, jam dinding itu memang sengaja dilebihkan 20 menit. Biar kita lebih tepat waktu. Namun, kadang membuat kaget dan terburu-buru salah satu anggota kamar jika lupa kalau jam dinding itu lebih 20 menit. Heheeee.....

Jam setengah dua lewat sepuluh menit. Itu artinya aku telah terlambat 10 menit. Kukayuh sepeda menuju aula belakang. Siang ini ada acara "Munaqosah Qubro". Sempat kulihat langit biru yang sungguh mempesona. Luas. Tanpa batas. Putih bunga ilalang melambai tertiup sang bayu. So beautiful. Daun-daun hijau pepohonan dan hamparan hijau sawah. Subhanallah. Di belakang semua itu, sebuah background gunung lawu nan indah. Yups, lagi-lagi aku hanya mampu bilang subhanallah. Benar-benar lukisan yang luar biasa indah.

Sampai di dalam aula, kulihat kursi-kursi di depan masih kosong. Ternyata aku orang yang pertama datang.

Selasa, 15 Desember 2009

Rabu, 16-10-09

Tadi malam begadang lagi. Habis selesai fathul kutub jam 10 malam, terus nyiapin lomba Pop Singer. Habis itu bikin surat buat para dewan juri lomba-lomba lainnya. Baru selesai jam 2 malam. Terus masih lom ngantuk juga. Minum kopi sih. Kliyeng2 deh kepalanya. Dengerin lagunya Ansyada yang judulnya sahabat. Bagus banget lagunya. Sendu. Menenangkan hati banget deh. Liriknya juga bagus banget. Berapa kali ya aku ngulang-ngulang dengerinnya. Hmm........

So, buat kamu-kamu yang lom pernah dengerin lagu "sahabat"nya Ansyada, coba deh dengerin! So sweat........

Sahabat

Engkaulah yang setia menemaniku
Di kala resah kalbuku
Kau telah mengisi
Kekosongan kalbuku
Kaulah sahabat setiaku

Perangaimu menjadi uswah bagiku
Nasihatmu menenagkan kalbu
Kau pelipur lara dalam hatiku
Kehadiranmu tenangkan kalbu

Engkau seakan cahaya rembulan
Menerangi di kegelapan
Hadirmu bawa ketenangan
Sejukkan hatiku yang gersang

Ya Allah lindungilah ia
Berkahilah jalan hidupnya

by Ansyada

Sabtu, 12 Desember 2009

MOTHER by SEAMO...

Hi Mother, Haikei, genki ni shitemasuka?
Saikin renraku shinakute gomen Boku wa nantoka yattemasu...

Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Dakara kodomo ni mo tsutaetai

Chikaku ni iru to iradatsu kuse ni Tooku ni iru to sabishiku kanji
Anata wa sonna sonzai Donna mondai mo Mi wo kezutte kaiketsu suru
Soshite Boku no shitteru dare yori mo Ichi-ban gamandzuyoku TAFU desu
Itsumo massaki ni ki ni suru Jibun janaku boku no karada de

Suiji sentaku Souji ni ikuji Amatta jikan sara ni shigoto shi
Ichi-ban hikui basho ni aru mono shika MotomenakattanoAnata yo
Atarimae sugi wakaranakatta Hitori de kurashi hajimete wakatta
Anata no sugosa Taihensa Sore wo omoeba Kyou mo boku ganbareru sa

Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Dakara kodomo ni mo tsutaetai

"Ashita asa shichi-ji ni okoshite" to itte
Anata jikan doori ni okoshite kurete
Shikashi Rifujin na boku wa
Neboke nagara ni iu kotoba wa "Urusee!"
Konna kurikaeshi no RUUTIN Iyana kao hitotsu sezu ni
Anata Mainichi okoshite kureta
Donna mezamashi yori atatakaku seikaku datta

Sore de mo aru hi Gakkou wo ZURUyasumi "Ikitakunai" to ii
FUton kara ichido mo denu boku mae ni Kao wo ryoute de ooikakushi
Oogoe agete naita Boku mo kanashikute naita
Sono toki boku wa "Nante baka na koto wo shitan da" to jibun semeta

Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Kanshashitemasu My Mother

Kodomo ni sakidattareru hodo Tsurai koto nante Kono yo ni nai no dakara
Tatta ichi-byou de mo Anata yori nagaku ikiru koto Kore dake wa mamoru
Kore dake wa...

Anata no kodomo de yokatta Anata ga boku no haha de yokatta
Itsu made mo kawaranai Zutto zutto kawaranai
Boku wa anata no ikiutsushi dakara...

Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Dakara kodomo ni mo tsutaetai

Zutto boku no haha de ite Zutto genki de ite
Anata ni wa mada shigoto ga aru kara Boku no oyakoukou uketoru shigoto ga...

English Translation
Lyrics: Naoki Takada
Music: Naoki Takada & Shintaro “Growth” Izutsu
Hi Mother, Dear Mother, how are you doing?
Sorry I haven’t called recently, I’m getting by okay…
*Your body is small and so are your hands
White hairs are mixed in and you’ve grown more genial
But to me you’re still bigger than anything, stronger than anyone
I want to tell my kids about this love that supported me
Even though I grow impatient when I’m near you
When you’re far away from me I grow lonely
That’s who you are to me, you can cut through any problem and solve it
And you have the most patience and toughness of anyone I know
You would always be concerned over my well-being before your own
Cooking, doing the laundry, cleaning, raising a child
You even worked during your free time
You would only require things from the lowest places
I didn’t understand even though it was so obvious
It wasn’t until I started living by myself that I understood
Whenever I think of how much you’ve accomplished
And how hard it must have been, I feel like I can try my best today
(Repet*)I’d say, “Wake me up at seven a.m.”
And you would wake me up right on time
But I would be unfair to you
And say the words “shut up” while I was still half-asleep
This was the daily routine
You never made one tired face
And woke me up every day
Warmer and more accurately than any alarm clock
But then one day I skipped school and said, “I don’t wanna go”
I wouldn’t leave my futon and you stood in front of me
Hid your face with both hands and cried loudly
I also felt sad and cried
At that time I blamed myself wondering, “How could I be so stupid?”
Your body is small and so are your hands
White hairs are mixed in and you’ve grown more genial
But to me you’re still bigger than anything, stronger than anyone
I give you thanks for this love that supported me, my mother
I know there’s nothing more painful in the world
Than a parent burying their child
So I’ll make sure it never happens
Even if I only live one second longer than you
I’ll make sure of it…
I’m glad I’m your child
I’m glad you’re my mother
And that won’t ever change
It won’t ever change for all time
Because I am the very image of you…
(Repeat*)
Be my mother forever
Be well forever
You still have one more job left to do
And that’s to accept your son’s love and respect for you…

Surat Buat Wakil Rakyat

by Iwan Fals

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana, di gedung DPR
Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman teman dekat
Apalagi sanak famili

Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Di kantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari sabang sampai merauke


Saudara dipilih bukan dilotre
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi para juara
Juara diam, juara he'eh, juara ha ha ha......


Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju......"

Kamis, 10 Desember 2009

Suatu Hari Dalam Bis Sumber Kencono

Ketika itu aku sedang duduk di dalam bis. Yups, bis Sumber Kencono. Salah satu hal yang kusuka di antaranya adalah ketika aku seorang diri berada dalam bis. Baik ketika hendak pulang ke Lamongan, ataupun ketika kembali ke Pondok. (Banyak sih sebenernya. Sama penumpang-penumpang yang lain. Mestinya sih kalau seorang perempuan keluar rumah, harusnya bersama muhrimnya).Ada banyak pemandangan yang bisa kulihat. Melihat sang sopir bis, kondektur, tukang ojek di perempatan jalan yang selalu menyerbu setiap penumpang yang turun dari bis, para pengamen jalanan, penjual asongan (melihat doang, tapi kalo ditawari geleng-geleng terus. Hehee…), melihat orang-orang yang berlalu lalang atau yang hanya duduk-duduk di pinggir pasar Babat. Menatap rumah-rumah di pelosok daerah Padangan. Jalanan yang berliku di atas bukit nan rawan tikungan. Entah bagaimana jadinya kalau tiba-tiba sang sopir lalai, lalu bis yang kutumpangi masuk jurang. Naudzubillah.
Aku duduk di kursi paling depan dekat pintu masuk. Disamping seorang ibu yang belum tua, namun tidak muda juga. Sengaja kupilih tempat duduk paling depan agar aku bisa lebih leluasa melihat jalan depan. Sang ibu mengajakku bicara. Mau kemana dan bla bla….. Sampailah pada suatu pertanyaan “Lulusan ………. Itu kalau sudah selesai gitu, sudah langsung siap kerja?”
Ya, mungkin itulah salah satu gambaran pandangan masyarakat dan orang tua saat ini. Menyekolahkan anak-anaknya dengan harapan kelak setelah sekolah ataupun kuliah, sang anak bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah, gaji yang besar, menjadi ini dan itu. Orang tua rela mengeluarkan uang ratusan juta untuk menyekolahkan anaknya di kedokteran, dengan harapan kelak anaknya bias hidup mapan dengan gaji yang besar sebagai seorang dokter. Semua bermotif materi. Bukan karena rasa keterpanggilan untuk sebuah pengabdian. Yups, seakan kehormatan manusia diukur dengan materi dan jabatan. Semakin ia memiliki banyak uang, maka ia semakin terhormat. Semakin tinggi jabatannya, maka orang akan semakin menghormat padanya.
Benarkah kehormatan manusia diukur dengan harta dan jabatan yang dimilikinya?

LOVE U MOM……….

Sudah jam setengah dua malam. Eh, pagi deng. Namun mata ini belum juga terlelap. Tadi habis minum kopi sih. Niatnya mau belajar terus mau ngeprint & ngerjain beberapa proker buat MUKER DEMA, terus benerin stop kontak yang rusak (bermanfaat juga pelajaran fisika, rangkaian listrik waktu di MTs dulu. Jadi tahu dikitlah). Eh……. Ternyata semua planning ga terlaksana. Belajar pun engga’. Padahal besok sore UTS. Habis nulis I’dad persiapan ngajar besok, yang kepegang malah buku non materi kuliah. Hehee…. Ujian untuk belajar. Bukan belajar untuk untuk ujian.

Sambil ditemani jet audio, nasyid Brother “Do’a perpisahan” aku menulis tulisan ini. Merdu. Kudengar suara seorang teman masih nyingkuk mengahafal materi ujian besok. Semangat belajarnya luar biasa.

Barusan kubaca buku “Catatan Seorang Ukhti”. Menarik. Penuh dengan perenungan dan pelajaran hidup. Mulai dari kehidupan orang jalanan, muallaf, mujahid, kisah Rasulullah dan para sahabat, sampai penindasan terhadap umat Islam. Ada satu bab yang membahas tentang Ibu. Jadi ingat Ibuku di rumah. Bagaimana keadaan beliau di rumah? Ku belum nelpon minta do’a mau UTS. Sebenernya tanpa diminta pun pasti orang tua selalu mendo’akan anak-anaknya. Hmmm…. Ingat ketika beliau mengantarku ke pondok pertama kali. Beliau terus menangis meninggalkanku. (Sampai sekarang juga masih selalu menangis kalau aku berangkat kembali ke pondok). Kucoba tegar dan tak meneteskan air mata di depan beliau. Berusaha menghibur. Meski di belakang beliau, ku nangis juga akhirnya. Hehee…… cengeng….. Ingat nafas beliau kala terlelap. Ingat jari-jari beliau yang kasar karena terus bekerja. Ingat kulit muka beliau yang keriput termakan usia. Ingat masakan beliau. Ingat ketika aku bilang kepada beliau “Ananda minta maaf karena sampai saat ini belum bisa memberikan apa-apa. Masih terus merepotkan. Masih terus minta uang…..” Dan beliau menjawab dengan penuh bijaksana. Hiks hiks…….

Yups, demikian besar kasih sayang seorang Ibu untuk anaknya.

6 Desember 2009

Napoleon seorang Muslim


Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus Tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu.
Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai.
Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya dihadapan dunia Internasional.
Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam daripada agama lamanya, Kristen ?
Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat dimajalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura.
“I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters ?”
“The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun ! One shall see the stars falling into the sea… I say that of all the suns and planets,…”
“Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Lut beserta kedua puterinya ?” (Lihat Kejadian 19:30-38)
“Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut…. saya katakan, semua matahari dan planet-planet ….”
Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :
“Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters.”

“Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat didalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa.”
Selanjutnya :
“Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.”

“Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda disetiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Akhirnya ia berkata :
“In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner.”

“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping.”
Napoleon Bonaparte mengagumi AlQuran setelah membandingkan dengan kitab sucinya, Alkitab (Injil). Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran daripada Alkitab (Injil), juga semua cerita yang melatar belakanginya.

dikutip dari kartiade.wordpress.com

Al-Qur’an dan Napoleon


Napoleon Bonaparte, seorang yang brilian dalam dunia politik, telah memikirkan tentang kaum muslimin. Dia bertanya, “Dimanakah markas kaum muslimin?” Orang-orang menjawab, “Mesir”.

Dia pun bergerak menuju Mesir disertai seorang penerjemah Arab. Sesampainya disana, dia bersama penerjemahnya itu langsung menuju perpustakaan.

Dia berkata kepada sang penerjemah, “Bacakan salah satu buku ini untukku”.

Si penerjemah mengambil salah satu di antara sederetan buku yang ada di sana. Ternyata yang diambinya adalah Al-Qur’an. Lembar pertama yang dibukanya membuatnya terpesona. Sang penerjemah membacakan ayat itu kepada Napoleon: Sesungguhnya Al-Qur’an itu memberikan petunjuk (kepada manusia) menuju jalan yang paling lurus. (Al-Isra’:9).

Napoleon keluar dari perpustakaan. Dari malam hingga pagi, dia terus memikirkan ayat tersebut. Setelah terjaga dari tidurnya di pagi hari, untuk kedua kalinya, dia langsung ke perpustakaan. Dia meminta kepada penerjemahnya untuk membacakan buku yang kemaren dibacakan untuknya. Si penerjemah membuka Al-Qur’an, membacakan beberapa ayat dan mengartikannya. Setelah itu Napoleon kembali ke rumahnya. Malam harinya dia terus tenggelam dalam lamunan tentang Al-Qur’an itu.

Hari ketiga dia kembali lagi ke perpustakaan. Atas permintaan Napoleon, si penerjemah pun langsung langsung membacakan beberapa ayat dan menerjemahkannya. Mereka berdua kemudian keluar dari perpustakaan . Napoleon bertanya, “Berkaitan dengan agama manakah itu?” Si penerjemah menjawab, “Ini adalah kitab orang-orang Islam, dan mereka berkeyakinan bahwa al-Qur’an ini telah diturunkan dari langit kepada nabi Mereka”.

Napoleon lantas mengucapkan dua kalimat; yang pertama menguntungkan kaum muslimin, dan yang kedua membahayakan mereka. Ucapan yang keluar dari mulut politikus besar inidan menguntungkan kaum muslimin adalah katak-katanya, “Aku telah belajar dari buku ini, dan aku merasa bahwa apabila kaum muslimin mengamalkan aturan-aturan komprehensif buku ini, maka niscaya mereka tidak akan pernah terhinakan.” Adapun kata-kata yang membahayakan kaum muslimin adalah, “Selama Al-Qur’an ini berkuasa di tengah-tengah kaum muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran-ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali bila kita pisahkan antara mereka dengan Al-Qur’an.”

Kamis, 03 Desember 2009

Teori Relativitas


Mendengar "Teori Relativitas", pasti akan teringat dengat Einsten. Aku sendiri masih bingung dengan rumus-rumusnya. Kalau logika mudahnya sih..... kadang kita merasa waktu begitu cepat ketika kita sedang nonton TV atau bermain. Dan waktu akan terasa begitu lama kala kita sedang menjalani aktivitas yang tidak menyenangkan. Gitu kali ya?

Kalau Teori Relativitas dalam AlQur'an?
Ini nih........

"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 22:47)

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 32:5)
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun." (Al Qur'an, 70:4)
"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (Al Qur'an, 23:122-114)

Disiplin



Disiplin memang kadang menyakitkan
Disiplin kadang tak kenal keramahan
Disipli
n seakan tak mengenal senyuman
Disiplin kadang membuat marah
Disiplin kadang menimbulkan kebencian
Disiplin tak mengenal kata maaf
Disiplin.........
Haruskah seperti itu?

Disiplin........
Semoga jauh dari kebencian
Disiplin ........
Semoga beruh kasih sayang
Karena tiada manusia yang sempurna

Gontor Putri 1, 3 Desember 2009
Kala aku sedang marah... sebel.... coz....

Selasa, 01 Desember 2009

Selasa, 1 Desember 2009

Alhamdulillah, hari ini aku masih bisa menikmati suasana kelas bersama anak-anak kelas 3A. Yups, kelas di emper masjid, soalnya ruang kelasnya kurang. Hampir sebulan lebih kelasnya numpang di emper masjid. Tapi.... jadi ada suasana yang beda. Lebih .... enak suasananya. Udaranya juga. Meski tak bisa dipungkiri kadang terganggu juga dengan kehadiran orang-orang yang singgah di masjid. Bukan cuma satu dua orang, tapi rombongan satu bis. Atau.... jangan-jangan kelas kita yang mengganggu mereka ketika mereka singgah untuk sholat. Yang jelas seru juga menjadi tontonan orang-orang yang singgah. Meski cuma sekilas. Heheeee.....

Benar-benar suatu hiburan bersama anak-anak kelas 3 A. Anak-anak yang mayoritas memiliki kecerdasan yang tinggi. Dan mayoritas orang tua mereka benar-benar memberikan perhatian kepada mereka. Yups, generasi penerus bangsa. Ada Muhammad Daffa Arnanda dengan wawasan pengetahuannya yang luar biasa untuk anak seumurannya. Begitu juga dengan Muhammad Arza. Tiada hari tanpa memberikan pertanyaan buat mereka. "Siapa yang menciptakan pesawat pertama kali?" Tanyaku. "Wilbur Wrigh dan Orvile Wrihg", Yups, Daffa menjawabnya dengan tepat. "Adiknya bernama siapa?" Lanjutku. "Katerin", lagi-lagi ia mampu menjawabnya. Atau aku akan bilang kepada Arza "Amma yatasaa aluun, lanjutkan Za!". Dan Arza melanjutkannya dengan lancar. Berbanggalah orangtua yang memiliki anak seperti mereka. Kadang Arza memberiku pertanyaan, seperti "Tomat itu buah atau sayur?" atau "Dinosaurus yang memiliki leher terpanjang?" dan lain-lain. Dan aku akan balik bertanya "Berapa jumlah planet dalam tatasurya?, Bumi berada di galaksi apa?, Pluto termasuk planet apa tidak?".

Pindah

Alhamdulillah, selesai beres-beres. Yups, pindah ke kamar baru. DEMA, Mesir. Suasana baru. Pindah-pindah terus. Ya, seperti kata Ibnu Sina, setiap orang di dunia ini adalah tamu. Just believe those all are best for me. Pulang dari MI langsung beres-beres plus ngangkat lemari. Bareng-bareng pastinya. Bersama temen-temen seangkatan. Ada Aukha, Ida, Ari, Noer, and Mbak Pit. Banyakan pengajar MI semua. Cuma Noer yang engga. Hmmm.... Dah kayak KKN aja. Kayak balik ke kelas 1 intensif. Kalo sekamar gini.... jadi lebih tahu kegiatan masing-masing. Ngapain aja sepulang dari MI. Semoga bisa saling memberi pelajaran. Dan membawa berkah pastinya. Melaksanakan tugas dengan baik. Amin.

Motivasi

kelelahan kita adalah kumpulan energi-energi untuk melintasi kelelahan-kelelahan berikutnya. Hingga kita tiada pernah lelah lagi... bahkan lelah itu telah lelah dengan sendirinya untuk mengejar kita.