AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Senin, 30 Maret 2009

Sekilas Tentang 1C

Indahnya bermain bersama anak tercinta. Ketika kita kehilangan satu yang sangat kita sayang, namun mendapat ganti 19 tersayang. Nikmatnya mendengar cerita mereka, aduan mereka. Meskipun kadang bikin jengkel juga sih.
"Usth... kemarin aku kan bantuin embak ngepel to.... nah aku dimarahi sama embak... soalnya aku ngepelnya pake sapu......."Cerita Adam yang memang..... lucu juga sih anak itu. Tapi.... sayang bacanya masih lemah. Kecerdasannya memang kurang. Yang lebih menyedihkan sikapnya udah kayak orang gede aja. bandelnya bukan bandel anak-anak. Kayaknya.... di rumah sering dimarahi deh. Kasihan.........
Kelas 1C yang penuh kesan. Bisa bercanda dengan Hanif yang ompong...... hehe......El-Fath yang ukh.... sok ngatur. Ada Yusuf yang manjaaaaa banget, Zaki yang suka melucu..... Arsye yang supeeer hiper aktif banget. Kalo makan suka nambah tapiii..... masih tetep kurus dan kecil. Banyak gerak juga sih.

Jumat, 27 Maret 2009

Aku Jatuh Cinta Kepada Mereka

Aku jatuh cinta
Kepada kondektur-kondektur dan sopir-sopir bis
Namun cinta ini hilang
Karena mereka menipuku hanya demi rupiah

Aku jatuh cinta
Kepada kondektur-kondektur bis yang kelelahan dibanjiri keringat
Namun cinta ini hanya sementara
Setelah kuperhatikan mereka mengambil kesempatan
Menyentuh wanita-wanita cantik yang naik turun bis

Aku jatuh hati
Kepada para pemuda pengamen jalanan
Namun rasa ini lenyap
Setelah aku tahu
Mereka habiskan uang untuk narkoba dan hura-hura

Aku jatuh hati
Kepada para pekerja
Namun cinta ini sirna
Terhanyut oleh kemalasan mereka

Aku jatuh hati
Kepada tukang-tukang becak
Namun rasa itu hilang karena mereka membohongiku
Hanya demi dua ribu rupiah

Aku jatuh hati kepada tukang ojek
Namun hanya berlangsung sementara
Karena kutahu
Mereka mempermainkan indahnya kejujuran
Lagi-lagi hanya demi perut

Aku jatuh cinta
Kepada penjual es krim keliling
Dan penjual arumanis yang tak lelah melangkahkan kaki
Semoga mereka tetap mengisi do'a-do'aku
Karena harapku cinta ini tak akan pudar

Nikmat dalam Lelah

Lelah......
Tapi ada nikmat dalam lelah itu
Ada ketenangan batin
Sekalipun jasad terasa sakit

Banyak pekerjaan menanti
Dan waktu terus mengejar

terus lewati batu-batu terjal
Mencoba mengukur diri

Alhamdulillah

Alhamdulillah
Aku masih punya rumah
Disana banyak orang-orang yang tidur beralaskan kardus dan berselimut awan

Alhamdulillah
Aku masih bisa makan nasi
Disana banyak orang yang kelaparan

Alhamdulillah
Aku bisa sekolah
Disana banyak anak-anak yang putus sekolah tiada biaya

Alhamdulillah
Aku masih punya pakaian
Disana banyak orang yang kekurangan pakaian

Alhamdulillah
Aku dianugerahi Ibu Bapak
Disana banyak anak yang tiada beribu bapak

Alhamdulillah
Atas segala nikmat yang tak terhingga

Qur'an

Bunyikan ia dengan penuh kenikmatan
Dan rasakan setiap getaran huruf-hurufnya
Ia punya makna dalam makna
Temukan jagad raya di dalamnya
Resapi.... dan kau pun tenang
Lalu sadar tiada karya sehebat ia
Selanjutnya aku yakin kau pasti ketagihan
Tak ingin lepaskannya dari hatimu

Nafsu

Nafsu.....
kala manusia tidak bisa mengendalikannya
Harga diri pun hilang
Otak tidak berfungsi lagi

Nafsu....
Kalau ia telah menang
Tak ada lagi kebijakan berpikir
Yang ada hanya ego
Dan kenikmatan sesaat

Nafsu....
Kalau ia menguasai diri
Allah pun diremehkan

Seberapa Agungkah Dia?

Seberapa agungkah dia hingga ia harus dikawal?
Bukankah ia hanya manusia biasa?
Apa yang membedakannya dengan manusia lainnya?
Kekayaan, kedudukan, atau kekuasaan?
Ataukah jasanya yang besar?

Apakah pengawal-pengawal itu suatu tanda kehormatan?
Ataukah jeritan kelemahan dan ketakutan?

Disini....
Mataku menyaksikan belasan mobil mewah mengiringinya
Sementara disana...
Ratusan orang kelaparan

Senja

Senja datang tanpa dirasa
Singkat sekali dua puluh satu tahunku
Namun hati tak jua ingin terikat
Aku ingin lepas
Terbang bebas tertawa
Aku ingin bernyanyi bermain dan berlari
Sampai kapan?
Aku tak pasti

Masihkah Kau Meragukannya?


Senja mulai tenggelam

Lantunan adzan terdengar
Merasuk di sanubari yang dalam
Memberi ketenangan
Di Darussalam tercinta

Lampu-lampu mulai bercahaya
Burung-burung kembali ke sarang
Siang telah berganti petang
Allahu Akbar
Ya, inilah tanda kekuasaan-Nya
Masihkah kau meragukan-Nya?

Aku Tertunduk

Lambaian kain-kain putih
Mengalun lembut dibelai sang bayu
Terik sang surya tiada jerakan raja-raja sawah
Ada kupu-kupu terbang mengitari hijau teduh sang daun
Terus terbang dan entah kemana

Aku tertunduk bersama mereka
Tak ingin bicara dan tak tahu harus bicara apa
Membisu seorang diri
Dunia terlalu bising
Suara-suara saling berebut

Aku Jatuh Hati


Aku jatuh hati

Kepada setiap mata Adam
Dalam mili detik tatapan pertama

Mata-mata yang tajam
Menusuk hati
Menembus jantung
Membuat pembuluh darah bergerak kencang
Menebar bunga senyuman
Menembus memori sesaat
Lalu menghilang dalam mili detik

Ia

Jiwa yang sabar
Ia setia dengan sapu di pegangan
Mengabdi untuk sebuah amanat
Di zaman berkuasa raja
Tiada ia perintahkan bawahan
Sekalipun bawahan mati rasa

Tiada lepas dari rautnya, keramahan....
Segan itukah yang ada?
Ataukah lelah?
Atau......

Keikhlasan


Keikhlasan

Dimana aku bisa menemukanmu saat aku membutuhkanmu?
Kemana perginya jiwa-jiwa yang tulus?
Lenyapkah senyum ramah itu?

Keikhlasan.....
Semuanya palsu
Ketulusan....
Hanya omong kosong

Ibuku Tercinta


Ibuku tercinta

Di usianya yang senja tak lelah berjuang
Menapaki medan pertempuran
Selangkah demi selangkah
Meski kaki berlumuran darah
Ibuku tetap tegar
Seakan tiada luka
Menerjang duri-duri tajam

Ah!... sebilah pedang menggores tubuhnya
Darah mengalir dan terus mengalir
Namun ibuku tetap tersenyum
Bertakbir dan bertahmid di setiap dzikirnya

Renungkan


Berapa ribuan kata terbuang sia-sia tanpa makna?

Berapa jutaan suara terekam tanpa guna?
Berapa milyaran detak jantung menari tanpa arti?
Terhanyut dalam kelalaian
Berubah menjadi sampah tek berbekas
Sampah perusak atmosfer dunia
Sampah yang siap membakar jiwa dalam panas neraka
Sampah yang menyiksa diri di dunia hakiki
Sampah yang mengurai hati
Menjadi mayat-mayat terbuang

Riya'

Saat gerak berlandaskan riya'
Semua hanya kepura-puraan
Untuk sebuah pujian
Dan satu kata "simpatisan"
Ah, sungguh hina

Ketika semua hanya kepalsuan
Yang ditembok rasa kebencian dan kedengkian
Segala ucapan tersirat ambisi dalam
Tanpa kesucian

Semua takkan luput dari tajam nurani
Mana tangsi palsu dan tangis asli
Mana gerak palsu dan gerak asli
Mana ucapan suci dan ucapan penuh kedengkian hati

Antara Hayal dan Realita


Selamat menuai bunga kecewa

Ketika benih berbuah ilalang
Ketika kejernihan air berubah menjadi air bah

Realita tak selalu sama dengan hayal

Jangan berlebihan mencintai makhluk
Karena ia akan menjadi yang kau benci

Sebuah Kepalsuan


Kala dunia diwarnai kepalsuan

Haruskah kau membuat kelucuan
Agar ditertawakan semua orang?

Ketika hati hanya dipenuhi dengki
Dan kepalsuan menjadi topeng pribadi
Menjijikkan.....

Ucapan-ucapan ketus terlontar ringan
Sebuah perang hati
Memuakkan.....

Aku benci semua ini
Pergolakan jiwa yang menyakitkan
Saling melukai
Memuakkan.....

Satu Muharromku


Tetesan hujan awali satu Muharramku
Membuat jiwa-jiwa lelap dalam kemalasan
Langitpun tersenyum kelabu
Tiada tampakkan sinar cerah sang surya
Sendu....
Aura angin berhembus lembut

Alunan Green Day terekam di telinga
"Wake me up when September rain......"
Irama pagi yang mempesona
Di satu Muharramku

Membuka memori sejarah Islam di masa silam
Melukiskan sebuah gua
Yang melindungi dua sosok mujahid sejati
Sebuah perjuangan dan pengorbanan
Antara nyawa dan aqidah

Sejenak terbersit di jiwa
Mampukah aku seperti mereka?
Atau aku hanya menjadi sosok pengecut tanpa aqidah?

Subhanallah.....

Subhanallah

Tataplah langit
Lihatlah awan-awan putih itu
Dan biru batas pandang mata
Maka bibir pun hanya mampu bertasbih
Subhanallah
Sadarkan diri akan luas dunia Ilahi
Sang bayu mengalun lembut
Melukis irama syahdu nan sejuk
Menyapa setiap makhluk
Kolaborasi cahaya mentari yang redup
Seakan memahami perasaan alam
Membuat burung-burung tetap bernyanyi
Dan daun-daun menari gemulai
Sambil terus tersenyum pancarkan kesegaran
Lagi-lagi bibir hanya mampu bertasbih
Subhanallah....
Ribuan warna terpantul di kornea
Lukisan agung Sang Senima Sejati
Membekas di rasa
Menentramkan jiwa
Subhanallah...

Kamis, 26 Maret 2009

Jum'at, 27 Maret 2009 "Mafia nih, alias mafi amal"

Jum'at yang membosankan. Ga da kerjaan. Eh, ada deng. Belajar coz 10 April nanti ujian bahasa ni ceritanya. tapi..... sampe sekarang tetep ja males belajar. baru dapet 4 lembar.... bosen, terus main deh.
Oya, kemarin sore mulai kuliah perdana semester 6. Dah tua nih! tapi masih ja kekanak-kanakan. Kuliah perdana kemarin cukup mengesankan. Bisa kenal sama ustdh. Ninis. Dengerin cerita masa mudanya. Asik. Kayaknya beliau dulu aktvis gitu deh. dan yang pasti agamis. itu sih dari cerita beliau yang dulunya pernah mengikuti halaqah. Dan yang pasti beliau ga pernah pacaran.