AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 29 April 2009

Tali Itu Ruwet

Tali itu takkan lurus selalu
Tak selamanya utuh
Dan kini ia ruwet
Mbulet....
Putus....
Tercelup gelas penuh keegoisan
Emosi memuncak

Tali banjir keringat lelah
Membekas lukisan kemarahan
Membakar oksigen senyuman
Hampa.....
Sesak......
Pahit perjuangan
Perselisihan.....
Haruskah ia menjadi warna?

Hemmmmmmm........
Sebuah tantangan berat
Menghiasi indah perjuangan

Selasa, 28 April 2009

Syahdu.....

Irama bayu menyapaku syahdu
Membuka cerita masa kecil dulu
Dan aroma itu....
Sejuk...

Kala kurebahkan diri di gubuk susun itu
Menatap luas langit biru
Hangat mentariku
Aroma sang bayu
Gemulai daun-daun
Dan luas lapangan hijau

Damai mengusikku
Mengusir bebanku

Aku rindu potret itu

Jumat, 24 April 2009

Flash Back

"Seindah apapun rencana kita, jauh lebih indah rencana Allah untuk kita". Yup, kalimat ini kudapat dari sang pembuat jejak. Heheeee jiplak dong!

"Jika benar kemauan, pasti ada jalan". Kalo ini dari mahfudhot yang kudapat waktu kelas 3 Mts.M. Tepatnya dari guru Bahasa Arabku yang supeeeer kocak abis. Pokoknya tiada hari tanpa tawa deh kalau beliau ngajar. Tapiiiii......... kalo lagi maraa...h uuuu.... sereeeem. Semuanya masih terkenang hingga kini. Kenangan indah bersama teman-teman. Belajar kelompok, tebak-tebakan, nyembunyiin sepatu salah seorang anak cowok waktu sholat Dhuhur. heheeee... suka iseng juga ternyata. Sampai-sampai orangtua anak yang kukerjai protes ke sekolah. Sampai sekarang dah tau lom ya kalo yang nyembunyyiin sepatunya itu aku. Hemmmm... pernah juga bikin surat ke Kepala Sekolah. Demo sekelas ni ceritanya. Protes sama guru Fisika yang killer abis. Nyesel banget nih! Sampe sekarang masih lom minta maaf nih. Malu mo minta maaf. Kok mau-maunyaaa aku bikin surat itu. Bener-bener solidaritas kelas dalam kejelekan. Akhirnya beliaupun mengundurkan diri dari sekolah. Dah ga ngajar lagi. Padahal.... aku pernah dapet hadiah dari beliau uang 10.000 gara-gara bisa ngerjain soal Fisika yang beliau kasih. Emang killer sih orangnya. habis anak-anaknya juga bandel sih!

Teruuus pernah juga bentrok bentar sama guru Bahasa Indonesia yang ngurus acar picnik akhir tahun kelas 3. Mungkin aku terlalu ikut campur urusan administrasi keuangannya kali ya. jadinya ada kesan kritikus gitu. kesan mencurigai adanya KKN di sekolah. Padahal.... aku sih biasa ja. Kaget banget waktu tiba-tiba ditanya sama Ibunda tercinta "Kamu kenapa dengan bu....? Ada masalah apa sama beliau? Kok Ibu denger................" Sampe Ibuku tau dari mulut ke mulut. Heboh nih sesekolahan! se RT! "Ah, terlalu membesar-besarkan masalah tu!" Tapiiii Alhamdulillah aku dah baikan kok sama beliau.

Paling seruu... kenangan waktu ujian. Jadi lebih deket sama temen-temen geng anak nakal. Anak yang paling suka bolos sekolah or kabur waktu pelajaran Matematika sama Fisika. jadi sering ngobrol pagi sebelum masuk kelas. Asik! jadi bisa berbagi pengalaman. Tapii..... sekarang semuanya berubah. Ya, rencana Allah memang jauh lebih indah dari rencana manusia. Semuanya dah punya kehidupan masing-masing. Anak-anak desa ituuuu kini telah berpetualang meninggalkan kampung halaman. Heemmm.... ada yang kerja, dah nikah, dah punya anaka, ada juga yang masih kuliah.

Hemmmmm....

emmmm... pa lagi ya? Oya, ada lagi nih kenangan seru waktu kegiatan Darul Akrom. Huuuh nyebelin banget! tapiiii mengesankan kok. Masuk-masuk sungai penuh lumpur. Alias jalan di dalam sungai penuh lumpur. Malem-malem lagi! Lumpurnya iteeem sedengkul. Kalo jalan pake kakiiii.... so pasti sepatu ga bisa diangkat. Heheeee alias hilang terendem lumpur. Entah berapa banyak sepatu-sepatu temanku yang sudah menjadi korban lumpur sungai itu. So, pake strategi dong! jalannya pake lutut. Biar sepatuku ga ikut jadi korban. Sepatu satu-satunya tuh! Meskipun dah jelee...k tapiiii ada banyak kebersamaan dengan sepatu itu. Eh, balik lagi ke cerita yang tadi. Abis ituuu kita disuruh masuk jembatan yang supeeeer sempit. Ukh, kasihan banget tuh yang badannya gemuk. tapi untungnya waktu itu anaknya ga da yang super gemuk. jalaaaaaan terus ke sawah-sawah ditemani sang bulan. jadi yaaa ga gelap-gelap banget lah! Ada kakak yang iseng goyang-goyangin pohon. "Siapa takut?" tantangku dalam hati. "Ga takut blas!". Teruuuus kita disuruh kumur-kumur pake air yang dicampur sama bubuk kapur barus alias kamper. "Uweeek" Ukh, mo muntah! Untung ja ga masuk ke perut. kalo sampe keminuuuum.... ukh, siapa coba yang mau tanggungjawab? Nyebelin! Masih lom puas ngerjaiin..... huh... tanganku disuruh mengaduk-aduk lumpur sawah teruuus diusapin ke muka. Hiiiii joroook. Awalnya sih cuma ujung-ujung jariku saja yang kutempelin ke lumpur. Eeeeh, ketahuan deh! langsung tanganku dipegang dimasukin lumpur. Teruuuus diusapin ke muka. Jadi deh bedakan lumpur di malam hari. So pastiiii habis itu mukaku gatal-gatal plus bentol-bentol. Tega emang kok! Iiiiiiiii nyebeliiiiiiiiiin!!!!!! Tapii... yaaa junior mana berani protes. Tapi yang paling sedih adalah ketika melihat kakak panitia berdua-duaan sesama non muhrim di tempat sepi. Pake pegang-pegangan tangan lagi! Hemmm.... sediiiih....Yang mengaku Islam plus berjilban ja masih berani ngelanggar kayak gitu. Ngelanggar aturan yang dah jelas. Gimana yang lainnya? Sempat terbersit di otakku, "Ini lembaga pendidikaaan... atau apa?" "Ni acara darul Akrom atau apa?"

Namun, Alhamdulillah, sekarang tidak ada lagi kegiatan yang nyeleneh dan iseng kayak gitu.

Rabu, 22 April 2009

Hujan

Sejuk.....
Bayu menari lembut
Air hujan menyanyi merdu
Mencipta karya irama syahdu
Sinar kilat beradu
Seperti suara drum
Dan petir pun beradu

Karena Kita Satu Rasa

Kita berbeda....
Berwarna-warni
Namun ada satu rasa disana
Ada satu semangat jihad yang sama
Semangat perjuangan menyatukan kita
Dalam dunia tanpa pamrih yang indah

Nikmat kebersamaan
Nikmat rasa lelah
Nikmat perselisihan
Nikmat rasa sayang
Karena kita satu rasa

Minggu, 19 April 2009

Pahlawan

Kereta itu masih terus melaju
Meski hujan menderu
Dan pahlawan-pahlawan itu tetap tegar
Meski tiada upah

Salut........
Ketika keringat itu mengucur

Jumat, 17 April 2009

Senja ungu

Sinar surya melukis warna ungu indahnya
Membuat petualang kenangan rumah
Dan orang-orang tercinta
Ribuan harapan tersenyum
Namun kini.....
Aku kalah dalam peperangan
Kini aku hanyalah budak dunia

Kalah

Sakit....
Aku sakit....
Jiwaku sakit....
Terlelap dalam penantian
Memasuki dunia kebodohan

Sadar.....
Dan terus seperti itu
Aku tidak lebih kuat dari jaring laba-laba
Terbawa arus rasa yang mematikan

Aaaaaaaaaaa..................

Teriaklah sepuasnya...............
Sekencangnya...............
Dan luapkan bebanmu

Leburkan kebodohanmu
Harapanmu............
Dunia mayamu........

Ingat!
Kau masih di bumi

Tataplah dirimu....
Sadari siapa dirimu....

Kamis, 16 April 2009

Sabar

Kesabaran itu seperti pedang yang dipegang oleh tentara ketika perang
Jika pedang itu terlepas.... maka pedang lawan siap menerkam

Tetap Tersenyum

Tetaplah tersenyum
Meski jalan tak lagi lurus
Menanjak dan berbatu
Ketika kaki tersakiti oleh duri
Karena jalan yang dipilih

Kosong....
Jauh.....
Gelap....
Tanpa sinar

Pagiku

Sejuk.........
Bayu menari lembut
Air hujan menyanyi merdu
Mencipta karya irama syahdu
Sinar kilat berpadu
Seperti suara drum....
petir pun beradu

Rabu, 15 April 2009

Satu Pukulan

Satu pukulan keras menggores luka
Mestinya pukulan itu sudah ada dari dulu
Dan bukan hanya satu
Agar jasad ini sadar
Dan kembali lurus ke tujuan
Agar jiwa ini kembali dewasa
Menatap maut yang menjelang

Kembali kusucikan diri
Merasakan nikmat menyebut nama-Nya
Menyesali kebodohan

Alangkah indahnya bintang itu
Dan luasnya dunia di atas sana
Bintang yang tampak kecil
Namun menyimpan semangat juang yang bergelora

Aku terlelap di kotak kecil itu
Dimana mata menjadi indra pertama

Selasa, 14 April 2009

Puisi Adalah Jiwa

Puisi is SOUL

S untuk Spirit
O untuk Obidience
U untuk Unfortunate
L untuk Love

Peluru

Suara itu kembalikan nyawaku
Yang terbang entah kemana
"Ah, berisik!!!"

Mata lelah ini mencoba terjaga
"Aku kalah"

Peluru menembus tubuhku
Racun itu menjalar di pembuluh darahku
Melumpuhkan jasadku
Mematikan ruhku

Minggu, 12 April 2009

Lintasan Hitam

Lintasan Hitam itu tak pernah mati
Selalu terjaga
Selalu ada yang menyapa
Melintasi....
Tiap detik

Ia jantung
Ia pembuluh darah
Mengalirkan darah kehidupan
Yang tak lelah terinjak beban
Meski harus mengauskan jasad
Menoreh luka

Tak mengeluh panas sang surya
Atau dingin air hujan
Lintasan hitam itu tetap setia

Kepercayaan

Apa yang sudah kau berikan
Untuk sebuah amanat ini?
Sudahkah kau hadirkan jiwamu?
Atau hanya raga tak berguna?
Lalu terlelap dalam keegoisan

Kepercayaan itu bukanlah permainan
Kepercayaan itu sungguh mahal

Gubuk Tua

Seminggu berlalu
Dua minggu
Dua puluh hari
Ada apa?
Keluarga menantinya

Wanita paruh baya itu duduk tekun merajut
Setelah berperang di medan hijau yang panas

Gubuk tua itu menyimpan jutaan kasih sayang
Jutaan penantian.....
Kesedihan....
Perjuangan....
Tangisan.....

Ada kenangan pahit dalam gubuk tua itu
Gubuk tua itu takkan terhapus di memoriku

Pejuang Samudra

Tujuh hari tujuh malam
Ia arungi samudra yang ganas
Coba taklukkan ombak yang mematikan
Untuk satu kata "kehidupan"
Ia tinggalkan orang-orang tercinta

Jejak kehawatiran membekas
Akankah ia kembali pulang?
Dunia memaksa
Namun tak ada yang bisa disalahkan
Dan tak usah mencari siapa yang salah

Inilah warna kehidupan

Embun Pagiku

Polos
Jiwa-jiwa itu sungguh polos
Melbihi jernih embun pagi
Siap menyambutku dengan senyum dan salam cerianya
Mewarnaiku dalam dunia mereka
Cerita mereka
Tangisan mereka
Tawa mereka
Gerak mereka
Kemanjaan mereka
Mengesankan
Damai...... kurasakan

Sabtu, 11 April 2009

Mts.M q

Kini tiba saat berpisah
Pisah hanya di lahirnya
Nanti kita kan bejumpa lagi
Denganmu wahai sekolahku

Kita berpisah sementara
Kembali pada ayah bunda
Nanti kita kan bersama lagi
Bersama teman-teman kita

Mts.M nostalgiaku bersamamu
Mts.M kan kukenang dikau dalam kalbu sayang
Aku berjanji kan slalu mengenang
Dalam sanubariku

Hidup Adalah Perjuangan

Hidup adalah perjuangan
Tinggal bagaimana memaknai perjuangan itu sebagai sesuatu yang berarti atau hanya sekedar suatu proses yang memang harus dilalui.
Sebuah perjuangan hanya akan bisa berarti bila manusia melakukannya dengan niatan ibadah kepada Rabb-nya semata.

Ada Banyak Hal.....

Ada banyak hal yang bisa dikuasai oleh manusia
Namun ada lebih banyak hal yang belum dikuasainya

Hukum di Negeriku

Hukum rimba berlaku leluasa di negeri ini
Siapa yang kuat dialah sang raja
Siapa berkuasa dialah pemenangnya
Tak peduli dimanapun areanya
tak peduli apakah itu menyangkut nyawa manusia
Yang masih punya hati tersingkiri
Yang mempertahankan nurani menjadi orang-orang yang ditertawai
Dunia ini adalah sebuah panggung
Dimana semua arogansi menjadi mutlak demi mendapatkan materi.

diambil dari LIVOR MORTIS BOOK

Jumat, 10 April 2009

Rumah Sakit di Negeriku

Kisah ini diambil dari novel LIVOR MORTIS karya Deasylawati P.

Seorang wanita paruh baya yang tampak kepayahan memboncengkan pria bertubuh gemuk tak wajar -seperti digembungkan dari dalam- dengan sepeda onthel tua yang berdecit memelas setiap kali ia mengayuhnya. Wanita itu menghentikan menghentikan sepedanya dengan hampir jatuh. Berhati-hati ia menuruni sepedanya sambil mempertahankan agar si pria tetap pada tempatnya, tidak terjatuh. Kemudian, ia menyandarkan sepedanya pada sebuah pohon di tepi jalan dengan hati-hati seraya memapah si pria untuk turun dengan berpegangan pada pundaknya.

Perlahan si wanita memapah pria itu masuk ke halaman rumah sakit. Fatiya terus mengamati pasangan tersebut. Si wanita bertubuh kurus. Kulitnya coklat dan terlihat berminyak karena keringat. Rambutnya yang sudah mulai memutih di bagian pangkal diikat tak begitu rapi di belakang. Sebagiannya masih menjulur-julur menghiasi wajah tirusnya. Ia hanya mengenakan baju kembang-kembang yang mungkin dulunya berwarna merah karena sudah begitu pudar warnanya. Si pria jauh lebih besar tubuhnya. Kulitnya jauh lebih gelap dan uban di rambutnya lebih banyak. Fatiya menebak keduanya adalah sepasang suami istri. Si suami tampak kepayahan sekali. Jalannya hampir terseret. Tubuh gemuknya benar-benar tampak seperti ditiup dri dalam saja, melembung, dan mengkilat tak wajar. Keduanya menghilang ke ruang IGD yang terletak di sayap kiri bangunan utama rumah sakit.

Fatiyah trenyuh, teringat pada kakek neneknya di desa yang sudah lama tak dijenguknya. Yang juga hidup berdua saja, dengan rumah yang jauh dari para tetangga.Sang kakek setiap hari harus berjalan puluhan kilometer dari rumah ke sawah, dengan membawa cangkul yang besar batangnya nyaris sama dengan lengan berbalut putih keriputnya. Kemudian, ketika hati sudah beranjak siang, sang nenek akan muncul dengan membawakan bekal makan siang;nasi jagung lauk tempe goreng yang diiris kotak-kotak besar dengan sambal terasi. Fatiya serasa dapat mencium wangi nasi jagung buatan neneknya.

Baru saja Fatiya meneleng kembali ke arah jalan raya, saat itulah ia melihat sepeda onthel tua yang disandarkan si ibu taditelah menghilang dari tempatnya semula! Fatiya langsung berdiri saking kagetnya. Ia yakin sekali si ibu tadi telah menyandarkan sepedanya pada batang pohon di tepi jalan tak jauh darinya.

Gadis berjilbab lebar itu segera bangkit, hendak melapor pada satpam. Tapi tepat pada saat itu, bus yang ditungguinya sejak setengah jam yang lalu telah tiba. Fatiya bimbang. Sang kenek bus yang ditunggu-tunggu melambaikan tangan. Sejenak Fatiya mengawasi ke arah mana sepeda tadi pernah berada, kemudian kepada bus yang telah setengah jam ditungguinya. Menimbang-nimbang apakah dia lapor satpam, yang berarti kehilangan bus yang dinanti dan belum tahu kapan akan datang lagi? akhirnya dia memutuskan untuk menjadi warga negara zaman sekarang, yang hidup dengan segala keegoisan. Fatiya memilih menaiki bus yang telah lama ditunggunya.

Wanita paruh baya itu berdiri begitu saja di samping suaminya yang terkapar tak berdaya di tempat tidur berkasur tipis yang dilihatnya punya roda. Ia hanya mengawasi para petugas berbaju putih dan biru muda itu sibuk mondar-mandir, sebagian sibuk meneriman, telepon, mencatat, dan lain-lainnya. Ia tak berani bertanya maupun sekedar mendekat ke arah mereka. Hanya diam di tempatnya seraya mencengkeram celana panjang suaminya.

Ia sudah berada di rumah sakit sekarang. Para tetangganya mengatakan, begitu datang ke rumah sakit, pasti nanti suaminya akan segera mendapat pertolongan. Keadaan suaminya yang belakangan mendadak lemah dan tidak bisa melakukan apapun, membuatnya harus mempercayai semua itu. Tapi apa yang dilihatnya disini , di rumah sakit milik pemerintah ini, tampaknya tidak demikian adanya. Ia hanya disuruh untuk menidurkan suaminya di atas kasur tipis berbalut kulit imitasi itu, kemudian diminta menunggu. Tak lama kemudian, seorang wanita berseragam putih dengan lengan atas yang menggelambir memandangnya, "Pun daftar, Bu?" Teriaknya.

Ponirah menggeleng takut-takut. "Dereng, Bu."

"Ndaftar sik. Ngajengan mrika, lhe!" ujar wanita dengan topi mungil di puncak kepalanya yang berambut keriting itu seraya menunjuk ke luar. Ponirah menurut. Keluar ruang dengan bingung sambil sesekali menengok cemas ke arah suaminya yang tak segera didekati oleh siapapun dari petugas yang berseragam putih-putih tersebut. Ibu itu memandang ke kanan-kirinya. Mengira-ngira dimana seharusnya ia mendaftar.

Sebuah ruangan serupa loket pembayaran listrik di PLN berada tepat di sebelah kanannya. Tampak ada dua orang yang sedang mengantri di depan loket tersebut. Ponirah mendekat. Pada waktu itu ada seorang pasien, seorang bapak bertubuh gemuk tak wajar yang sama seperti suami ibu tadi turun dari sebuah mobil mewah dan langsung didorong masuk ke dalam dengan kursi roda. Beberapa keluarganya mengiringinya dengan raut wajah cemas. Pria itu langsung dipasangi selang oksigen begitu dipindah dari tempat tidur. Seorang wanita bersanggul tinggi yang ikut mengiringinya, bersepatu hak setinggi lima senti, dan berpakaian cukup seksi, langsung berjalan ke arah loket pendaftaran. Begitu cepatnya sehingga terkesan seperti sedang meluncur saja. Poniran dan seorang lagi yang masih mengantri lagsung diselonongnya begitu saja. Satu orang yang diselonong, selain Ponirah, mengawasi, berdecak keras-keras berharap wanita bersanggul tinggi mengerti. Hei, antri! Mungkin begitu yang ingin dikatakannya. Tapi, ia diam saja, sambil menetap galak ke arah si wanita.

Ponirah yang takut-takut sekarang mengawasi wanita yang bersanggul tinggi. Wanita berparas cantik itu berbicara dengan cepat, sementara di ruang penerimaan pasien yang persis di belakang loket pendaftaran tersebut, si bapak yang baru datang langsung ditangani oleh dua orang petugas berseragam putih, mendapatkan perawatan.

Ponirah yang sebentar-sebentar menoleh ka arah suaminya yang masih terkapar tanpa penanganan, meremas-remas jarinya cemas. "Kenapa bapak yang baru datang tadi langsung ditangani? Kenapa suamiku yang sejak tadi belum juga didekati?" Pikirnya.

Si wanita bersanggul tinggi sudah menyelesaikan urusannya. Tanpa berkata permisi atau apa, dia melewati orang-orang yang diselonongnya dan kembali lagi pada pria gemuk yang baru didorong masuk barusan.

Sekarang tiba giliran Ponirah.

"Umun atau Askeskin?" tanya si pegawai di loket tersebut tanpa mengangkat wajahnya. Menanyakan Ponirah hendak mendaftar sebagai pasien apa. Askeskin adalah asuransi kesehatan untuk masyarakat miskin. tangannya sibuk mengambil lembaran-lembaran kertas baru, menyusunnya jadi satu, dan memisahkannya pada salah satu tumpukan di sisinya. Lalu ia mengambil lembaran yang lain lagi dari keranjang berleher pendek di depannya.

"Nopo niku?" jawab Ponirah dengan wajah polos. Kerut-kerut di wajahnya membuatnya semakin terlihat tua.

Si petugas menaikkan sebelah alisnya, memandang Ponirah dengan tatapan yang seolah mengatakan, "Masa kayak gitu aja tidak tahu!" Dan ia mendengus biasa. "Kalau umum, bayar penuh. Kalau pakai Askeskin, dibayar pemerintah. KTPne pundhi?"

Ponirah menggeleng. "Pun dangu boten gadah KTP, pak" jawabnya.


Petugas berkumis itu melongok-longok ke sekitar Ponirah. "Keluarganya mana?"

Ponirah tampak kebingungan. "Mboten gadah, mas. Kulo namung piyambakan niki...."matanya mulai berkaca.

"Wa, lha gimana tu? Begini saja, Ibu pulang, minta Pak RT untuk menguruskan surat keterangan buat Askestin. Nanti Pak RTnya sudah tahu itu."Ujarnya dalam bahasa jawa pula.

Mata Ponirah semakin berkaca. "Lha mangke engkang nenggo garwa kulo sinten?"

Petugas itu menghela nafas. "Lha, sinten?" jawabnya acuh. Ia memilih menaggapi antrian berikutnya yang telah menunggu di belakang Ponirah.

Ponirah membuka mulutnya, namun tak tahu apa yang hendak dikatakannya. Ia terpekur. Kalut. Tak tahu harus berbuat apa. Mata lelahnya kembali menatap suaminya yang terkapar tak berdaya. Dan orang-orang berseragam putih-putih itu masih saja berlalu lalang tanpa mengacuhkannya. Sementara si bapak yang ditemani oleh wanita bersanggul tinggi itu sudah mulai diperiksa. Butiran bening mengalir perlahan dari mata tuanya. Sebuah kekuatan yang bernama ketegaran tiba-tiba merasuk dari dalam relung jiwanya. Memaksanya menahan isak tangisnya, menghempaskan gemuruh sakit yang entah bagaimana terasa begitu mrnghimpit dadanya, dan menegarkan langkahnya untuk segera melakukan yang terbaik untuk suaminya.

"Hei, Bu!" si petugas memanggil, hendak mendaftar si pasien. Tapi ibu itu tidak mendengar dan malah bergegas menuju halaman, berlari tergopoh-gopoh hendak mencari bantuan kepada orang yang dikenalnya. Ia kembali ke tempat tadi menyandarkan sepeda tuanya. Dan betpa terkejut dirinya ketika mendapati sepeda kayunya tak lagi berada pada tempat bersandarnya! Ia mencengkeram kedua pipinya, menjerit histeris.

"GUSTIIII!!!"

Beberapa tukang becak dan tukang taksi yang biasa mangkal di jalan depan rumah sakit segera menghampiri Ponirah yang malang itu. Menanyainya dengan berbagai macam hal. Ponirah menangis tersedu-sedu. remuk sudah hatinya yang berharap bisa segera pulang mencari bantuan dengan sepeda satu-satunya itu. Luluh sudah harapannya untuk mengandalkan sepeda yang sudah pasti akan dijualnya jika Karno suaminya jadi dirawat di rumah sakit.

Seorang Remaja di Hutan Rimba

Seorang anak remaja mencoba menerobos hutan rimba. Hutan yang ditakuti manusia. Konon, ada satu dua penjelajah yang juga pernah memasuki hutan itu. Namun, mereka tewas terbawa arus sungai.

Anak remaja itu tetap bertekad menjelajahi hutan tersebut. Meskipun tanpa peralatan yang berarti. Hanya sebilah pisau kecil. Pisau kecil yang menjadi andalannya selama ini.

Semua orang mentertawakannya, mengejeknye, dan mencibirnya. Sanak saudaranya juga mengejeknya. Bahkan kakak yang disayanginya selama ini pun ikut-ikutan mentertawakannya. Hanya kedua orangtuanyalah penyemangat hidupnya, yang mengobarkan ruh jihad di dalam jiwanya.

Ia pun melangkah seorang diri. Ia lewati semak-semak berduri yang tingginya melebihi tinggi badannya sendiri. Ia selami sungai yang arusnya sangat deras. Hampir-hampir ia tenggelam dan terbawa arus. Namun, tampaknya keberuntungan masih memihaknya. Ia tersangkut ranting pohon.

Sempat ia menangis seorang diri di hutan. Ia kesepian. Ia merindukan orang-orang yang disayanginya. Terkadang ia ragu dengan apa yang dilakukannya. Berusaha mencari kebenaran. namun akhirnya ia semakin teguh. Ia sama sekali tidak menyesali keputusannya.

Kini, ia berhasil menaklukkan rimba itu. Dan semua orang pun menutup mulut. Namun ia sadar, perjuangannya belum selesai. Rimba itu harus dijaga

Kamis, 09 April 2009

Dalam bis

Ketika itu aku sedang duduk di samping ibuku dalam sebuah bis Cendana kecil dari terminal Bojonegoro menuju terminal Ngawi. Alhamdulillah, aku dan ibuku mendapat tempat duduk. Beberapa penumpang berdiri berdesakan karena tidak lagi kebagian tempat duduk. Kalau tidak salah waktu itu berkisar tanggal 7 Syawal. Jadi arus balik masih ramai.
Entah waktu itu aku kelas berapa KMI. Yang pasti Ibuku belum tega membiarkanku berangkat sendiri dan masih setia mengantarku sampai pondok tercinta, Gontor Putri 1. Hehee.... anak mami juga nih!
Baru berjalan beberapa menit, bis berhenti. Tampaknya sopir bus masih sangat bernafsu mencari penumpang meskipun bis sudah mengerang karena terlalu sesak. Seorang ibu muda sambil menggendong anaknya yang masih sangat kecil -sekitar satu tahunanlah- bergabung dalam bis. Entah kenapa naluri kemanusiaanku jalan juga. Aku merasa kasihan melihat ibu itu. Tapi aku tidak langsung berdiri. Kulirik ibuku memberi isyarat kalau aku ingin berdiri dan memberikan tempat dudukku kepada ibu muda yang sedang menggendong anaknya tersebut. Namun.... Ibuku menggeleng. Aku kecewa. Tapi aku tidak menyerah. Kupaksa Ibu untuk memberiku izin. masih dengan isyarat, tanpa suara. Akhirnya Ibuku kalah. Hehe.....
Ibu mengingatkanku bahwa perjalanan masih dua jam. Masih lama. "Kuat ga berdiri dua jam?". Aku mengangguk. Ibu pun mengangguk juga akhirnya. Yes! berhasil.
Aku lantas berdiri dan mempersilahkan ibu muda tadi -entah siapa namanya, ga terpikir untuk kenalan- duduk di samping Ibuku.
Cape juga sih berdiri hampir dua jam. Tapi ada rasa puas. Nikmat.
Heeemmmm, jadi teringat beberapa tahun sebelum itu. Ketika aku masih duduk di bangku Mts. Peristiwanya juga terjadi dalam bis. Bis yang kutumpangi bersama Ibu dari Surabaya menuju Lamongan. Ketika itu aku dan ibuku sama-sama berdiri karena semua tempat duduk sudah penuh. Ibuku menggendong keponakanku (waah dah jadi tante nih!) yang berumur dua tahun (Aku sayang banget nih sama dia. kangen nih lama ga ketemu). Sedih..... ga ada seorang pun yang mau berdiri. Setelah beberapa lamaa.... keponakanku menangis ingin duduk. Tapi semua tempat duduk sudah penuh. Akhirnya ada juga seorang pemuda yang bersedia memberikan tempat duduknya kepada ibuku. Thanks.

Nikmat Allah Yang Manakah Yang Engkau Dustakan?

Delapan tahun yang lalu........
Ketika aku duduk di bangku kelas III Mts
Dalam sebuah percakapan........
Kudengar Guru bahasa Indonesiaku bicara
"10 tahun lagi yaa... anak saya sudah kuliah"
Entah kenapa dalam diam terlintas di pikiranku
"Bisa ga ya aku kuliah? hmmm bayarnya pasti mahal"
(Maklum.... aku anak desa. Juga bukan tergolong anak orang kaya)

Alhamdulillah
Sekarang aku semester enam

10 tahun yang lalu........
Ketika berjalan pulang sekolah
Sejenak terlintas di pikiranku
"Sepi jalanannya. Semua anak pulangnya satu jurusan semua. Ga ada yang bersimpangan. Pengen juga nih bisa sekolah di tempat yang rame. kalo pulang saling bersimpangan. Seperti yang sering kubaca dalam cerita atau.... yang kulihat di tv"

Alhamdulillah
Tiga tahun kemudian aku ada di tempat yang selama ini kubayangkan

3 tahun yang lalu aku berharap
"Bisa ga ya aku lulus KMI dengan nilai mumtaz?"

Alhamdulillah
Aku masuk lima besar

Ketika aku duduk di bangku MI (Sekolahnya di swasta terus. Ga boleh sekolah di Negeri. Kata Bapak agamanya kurang), aku suka mencoreti mejaku menjadi sebuah gambar yang.... mirip orgen (kalo dilihat sambil menutup mata. Hehee...). Kuberi garis-garis dan tulisan angka. Semacam not solmisasi gitu deh!

Alhamdulillah
Ketika Mts aku bisa membeli orgen
Hehee.... orgen kecil
Orgen mainan.

Ketika Mts.... aku pengen banget bisa main gitar
Alhamdulillah
Ternyata bisa...... dikit
Sampe kapalan jarinya

Eeeeh, sekarang lupa lagi!

Ketika ituu.... aku sedang landing di masjid habis sholat dhuhur sambil berhayal
"Waa... pengen nih dikunjungi ortu. kangen. pengen pisang goreng juga. Pisang goreng buatan Ibu. Pisang goreng favorit tuuu...."

Alhamdulillah
Pulang dari masjid ada kartu di atas lemariku
Ha, aku mudhifah
Orang tuaku kesini
Senengnya.........
So pasti dibawain makanan favorit juga dong. "Pisang goreng buatan ibu" heheee.....

Ketika aku berhayal
"Waa... kayaknya enak deh bisa makan brownis coklat"

Alhamdulillah ketika balik ke kamar.....
Ada brownis di atas lemariku
Dari temen yang habis mudhifah

Katika pengen makan pikset "Makanan anak pondok waktu itu"
Pulang ke kamar.....
Dapet pikset gratisan dari temen
(Kok dari td gratis mulu ya?)

Ketika kubeli hadiah buat anak kelas ...... (kan ceritanya ngadain ulangan Matematika nih. Yang dapet nilai 100 kujanjikan bakalan dapet hadiah. Motivasilah buat anak-anak. Seneng banget coz ada dua orang yang dapet nilai 100.)
Besoknya...... Allah memberiku hadiah jilbab plus dua bros cantiiik banget. Mahal tu!
Tapi..... sekarang brossnya hilang satu. hehee...

Ketika aku kangen rumah......
Eh, tiba-tiba ada telpon
Aku dapet telpon dari ibu

Subhanallah.....walhamdulillah
Ga terhitung banyaknya nikmat ini

Kisah Umar bin Khottob

Cerita ni kudengar dari ........

Ketika itu Kholifah Umar bin khottob sedang membutuhkan uang. Beliau pun mengirimkan surat peminjaman uang dari baitul mal kepada bendahara negara, dengan jaminan gajinya bulan depan dipotong. Lalu sang bendahara tersebut membalas suratnya "Siapa yang menjamin bulan depan anda masih hidup?"

Kalau........

Kalau kita sudah "menyukai" seseorang........ semua yang tampak dan ada dalam dirinya menjadi "it's ok!". Meskipun ga ok tetep "it's ok!", coz ada "cinta" disana.
(kok jd gini sih!)

Cinta

Cinta yang tersembunyi dalam rasa
Sakit.......karena rindu

Cinta
Cinta yang terlarang
Memaksa untuk diam seribu bahasa
Ada bunga senyuman dalam pertemuan
Meski tanpa suara
Cukup isyarat bicara
Meski hanya sesaat
Legakan haus kerinduan

Cinta
Hanya hati mengerti
Hanya mata yang merasa
Meski tanpa ungkapan

Sendiri

Kenyang aku dalam kesendirian
Kebal aku dengan kesendirian
Mental aku dengan kesendirian
Sendiri?
Ah, biasa ja lagi!

Kesendirian yang membosankan
Kesendirian yang menyedihkan
Kesendirian yang penuh perjuangan
Kesendirian sarat perenungan diri

Sendiri dalam sepi
Sendiri dalam gerakan
Sendiri lambang nonsupel
Sendiri?
Ah, engga juga!

Idul Adha, Senin malam, 24 November 2008

Takbir Idul Adha

Takbir bergema....bersahutan
Idul Adha menjelang
Dalam kesendirian kulewatkan
Sedih....... teringat rumah
Perjuangan belum selesai
Entah sampai kapan dan akan kemana
Hidup tanpa tujuan

Mampukah aku memberi arti bagi orang lain?
Ya, saat hidup berorientasi pada pengabdian
Keikhlasan...kesungguhan....
Nikmat....
Mampukah aku bertahan?
Atau aku hanya sekedar manusia egois?
Tanpa manfaat bagi sekitar?
Tiada berperan?

Lantas untuk apa aku hidup?

The Secret of Life

The secret of Life and the essence of it is movement
I exist as long as I move
When I cease to move I shall cease to be

Pesan

emmm..... pesan dari guruku:
1. Jangan bosan jadi orang baik
2. Tinggalkan kebiasaan burukmu
3. Tunjukkan perubahanmu selama di Gontor
4. Selalu menabung pahala

eits, satu lagi!
Harus akrab dengan sapu dan dapur. Heheee.......

Rabu, 08 April 2009

Dunia Maya

Seperti kecanduan
Aku menyelami dunia maya
Dunia yang penuh kebohongan
Kepalsuan.......
Omong kosong........
Sia-sia..........
Tanpa guna.........
Namun susah sekali untuk kabur
Seperti terjerat dalam penjara

Hmmmmmm..........
Aku muak dengan semua ini
Mau muntah

Nurani menjerit untuk insaf
Namun nafsu terus melawan
Bisiskan setan menerkam

Hmmm.......
Selamat tinggal kepalsuan
Selamat tinggal dunia yang menyesakkan

Bismillahirrohmanirrohim
Kita takbir kembali
Sucikan diri
Dekatkan diri pada Ilahi

Jangan Kufur Nikmat

Tegakkan jasad di dingin kabut subuh
Nikmat udara
Suara hening alam

Alhamdulillah
Atas detak jantung detik ini

Jangan kufur nikmat
Hanya karena saku yang rata
Temukan peluang di baliknya

Ilalang

Ilalang lupa ingatan
Ilalang terlena
Ilalang lalai
Ilalang kalah
Ilalang rapuh
Ilalang tak tajam lagi
Ilalang bukan bunga
Ilalang tak usah banyak bermimpi

Senin, 06 April 2009

Aku di Dunia Aneh

Aku terjun ka laut ganas
Aku terbawa permainan

Sadar.....
Aku ada di dunia aneh
Dunia baru

Mampukah aku berdiri

Nyawaku Terbang

Jasadku tersandar di atas kursi hijau ini
Namun nyawaku terbang
Ke dunia tak bernama

Kudengar suara
Lewat begitu saja
Kulihat bayangan
Diam terlewatkan

Mati....
Untuk apa aku disini?
Kemana perginya nyawa ini?

Aku

Ini namaku
Ini tanganku
Ini kakiku
Ini mataku
Ini kepalaku
Ini badanku

Lalu.... mana aku?
Siapa aku?
Aku dimana?
Aku yang mana?

Sabtu, 04 April 2009

Sweet memories

"Gontor Laksana Ibu Kandungku", Kalimat pertama yang menyambutku enam setengah tahun silam. Terpantul di kornea dan terekam di otak. "Ke Gontor apa yang kau cari?", sambutan kedua menyusul. Apa ya yang kucari? sempat terpikir sejenak. "ilmu" satu kata terlontar di jiwa. Tulisan penuh makna yang masih terpampang hingga sekarang.
Waktu itu tanggal berapa ya? Ah, sayang ekali aku tidak mengabadikannya di otakku. Namun suasana itu belum terhapus dari memoriku hingga detik ini. Gersang.... luas.....panas.... karena waktu itu memang tengah hari. Dan juga lom banyak tanaman. Gontor Putri 2. Di sinilah dimulai awal perjalananku. Tanpa tau apa Gontor itu. Benar-benar memasuki dunia yang asing.
Lucu, kulihat di sekelilingku...... ga da anak perempuan yang memakai celana kecuali aku. Waktu itu aku memang ga punya rok panjang (rok pendek juga ga da.....). Adanya celana.... semua. Tomboy? Ga juga. Waktu itu aku hanya punya baju 3 stell. Itu ituuu.... aja. Jelek lagi bajunya. Maklum, baju bekas dari kakak sepupu. Setahun hanya ganti dengan 3 baju itu plus seragam sekolah. Beli baju baru? Ga. Sama sekali ga da pikiran ataupun keinginan untuk membeli baju baru. Yang ada hanya belajar dan belajar. Alhamdulillah sih kelasnya tinggi terus. Berkumpul di kelas bersama orang-orang jenius dari berbagai daerah nusantara membuat semangat belajar semakin asik. Berbagi pendapat dan pengetahuan. kalau dulu di SMP sering jadi sumber contekan..... Sekarang ga da lagi budaya contek-menyontek. Adanya sih bersaing dalam belajar. Yang males-malesaa...n, so pasti ketinggalan kereta.

Tapi... lama-lama semangat itu menurun. Jadi suka ngantuk di kelas. Tidur di kelas? Waa....h sering banget tuh! Tapi ga sampe jadi "Sleeper Queen" kok. hehe.....

Flash back

Ketika pertama daftar.... aku hanya ditunggui setengah jam. Selesai pendaftaraa...n, sudah deh ditinggal. Seragam.... kasur.... dll.... urus sendiri. Katanya sih biar belajar mandiri. Beda banget tuh sama beberapa anak yang ditunggui sampe seharian, tiga hari, seminggu, bahkan ada juga yang sampe sebulan. uuh.....
Kesan pertama hidup di Gontor.....u.....cape banget. Aktifitas ga berhenti2. Selesai A, datang B,C,D......dan terus seperti itu. Mo males-malesan? ya ga dapet pa2
Tiap bangun pagi kakinya selalu kram. Suka lari2 sih. Mo makan lariiii....., mo mandi .....lari, mo ke masjid pun.... lari. Hmmmm
Benar-benar polos. Aku masih inget temen kamarku bilang kepadaku "Luk, kamu tu mukanya muka2 bego ya, tapi.... ..(ga usah diterusin deh).

Jadilah Dirimu

Tetaplah menjadi dirimu
Dan banggalah menjadi dirimu
Jangan menatap ke atas
Untuk sebuah dunia maya

Jangan coba mengharap dan meminta
Kalau kau meminta
Kau kalah

Tersenyumlah kepada dirimu
Buatlah dirimu berarti
Dan kejarlah dunia yang hakiki
Agar kau tenang di sisi-Nya
Agar kau mendapat kasih sayang-Nya
Agar kau mendapat cinta-Nya

kalau kau sudah mendapat cinta-Nya
Tak usah menunggu waktu
Karna semua cinta kan berlutut di hadapanmu

Syukur

Alangkah nikmatnya rasa syukur itu
Syukur hiburan di kala susah
Dalam syukur ada ketenangan dan kenikmatan batin
Dalam syukur ada senyuman dan do'a

Syukur penambah nikmat
Syukur menyadarkan kita keagungan-Nya
Syukur menunjukkan tempat kita
Syukur menghilangkan kesedihan
Syukur membuat hidup lebih hidup

Kamis, 02 April 2009

Ikhlaskah Aku?

Terseok aku berjalan
Menuruni jembatan yang curam
Melewati jalanan yang sarat nyawa
Melintasi cahaya-cahaya malam

Seakan mata ingin terpejam
Merobohkan jasad dalam lelap malam
Menikmati manisnya rasa lelah
Di alam bawah sadar

Namun amanat menantang
Tugas siap menerkam
Menanyakan eksistensi jasad dan jiwa
Memaksa mata terbuka lebar
Membuat kaki bergerak
Dan terus melangkah ke depan
Meski tanpa arah

Dan mulutpun bergetar
Bibir berucap
Menyapa ruh-ruh suci
Menegur jiwa-jiwa yang lalai
Terlelap dalam kenikmatan sesaat

Mata tak lepas dari gerak jarum jam
Menunggu menit-menit berlalu
Menyiksa diri dalam penantian
Menitku seakan seribu tahun
Ikhlaskah aku?
Atau terpaksakah aku?

Aku kalah dalam peperangan
Hingga tak kurasa nikmat perjuangan
Meski jasadku ada
Namun jiwaku lenyap
Terhanyut bujuk rayu setan-setan jahannam

Rabu, 01 April 2009

Jiwa Itu Lebur

Rasuki mataku........
Dan renangilah air ini
Bukan kelabu warna perpisahan
Bukan pula tawa karna pertemuan
Ini adalah luka perubahanmu

Kau rajut benang-benang hiasan itu tanpa guna
hanya untuk dunia dan nafsu semata
Untuk apa kain itu?
tanpa jiwa di dalamnya

Mana idealisme yang indah itu?
Mana prinsip yang tegak dulu?
Mana........?
Mana ruh Islam dalam dirimu teman?
Mana?!!

Ah, idealisme itu telah lebur
Terbakar.......
Berubah menjadi asap dunia

Mana Jiwamu?

Detik merubahmu
Dunia merasukimu
Mana jiwamu?
Ini kamu atau topengmu?

Kamu bukan kamu
Rasakan jasadmu
Risih?......atau...sudah biasa?

Telah patahkah tiang itu?
Atau selama ini kau terbelenggu?