AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 22 Agustus 2010

Nikmat-Mu

Ribuan sujud syukur takkan mampu tandingi segala nikmat dan rahmat yang Engkau berikan kepada hamba.
Jutaan pujian takkan mampu lukiskan keagungan-Mu.
Meski aku lengah, lalai... mengeluh....
Namun kasih sayang-Mu terus mengalir tiada henti.
Mengeluh untuk sebuah hal yang sebenarnya tak ada apa-apanya dibandingkan dengan segala nikmat yang Engkau berikan kepadaku.

Kamis, 19 Agustus 2010

Perjalanan

Dalam suatu perjalanan di bus
Aku menyaksikan sosok Ibu menggendong anaknya yang masih kecil
Demikian sayang si Ibu mendekap anaknya di pangkuannya
Menjaga sang anak agar tetap merasa aman dan nyaman
Tulus penuh sayang
Subhanallah. demikian besar sayang Ibu kepada anak

Yups, benar sekali pepatah mengatakan "Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang gala."
Tidak sedikit anak yang lupa kepada orang tuanya ketika ia telah besar.

اللهم اغفرلي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا

Sempat juga aku melihat sepasang suami-istri dengan seorang anak kecil digendong oleh si Ibu
Sang Bapak bawa barang-barang, mengatur tempat duduk, dan mengurus pembayaran
Hehee... romatisnya.....

Kulihat juga sopir bus yang tampak sudah lansia.
Mungkin sekitar 55 tahun atau 60 tahunan
Kayaknya dulu waktu masih muda sopir juga kali ya?
Entahlah...

Manusia....
Suatu saat nanti pasti akan mengalami usia tua
Ya......
Menjadi nenek-nenek atau kakek-kakek

Minggu, 15 Agustus 2010

Emmm... (apa ya judulnya?) Bus

Hmmm.... berapa hari ya aku gak menulis? Menulis apa ajalah. Minggu-minggu ini benar-benar disibukkan oleh skripsi.

Bolak-balik Ngawi-Ponorogo hampir tiap hari. Banyak kebohongan kutemui. Kejujuran ternyata begitu langka. Keras. Jangankan rasa kasihan. Semua tergilas oleh uang. Lima ribu menjadi tujuh ribu atau sepuluh ribu. Yang harusnya empat ribu menjadi delapan ribu. Atau yang harusnya lima belas ribu menjadi dua puluh lima ribu. Sarat penipuan. Seakan tak pedulikan cara. Halal atau haram. Yang penting uang ditangan. Inikah kehidupan yang sesungguhnya?

Kulihat banyak pengamen dengan beragam aksesoris. Ada anting, rambut berwarna, tato di tangan, dll. Sempat terdetik rasa kasihan juga sih. Namun terpikir juga di otakku, "Mereka tergolong masih muda. Tidak adakah pekerjaan lain yang lebih baik dari mengamen? Mengamen.... menurutku lebih identik dengan mengemis dibandingkan dengan disebut sebagai bekerja (Maaf). Atau... apakah menjadi pengamen lebih menghasilkan uang dari pada pekerjaan lainnya? Kok sempet-sempetnya mewarnai rambut... mentindik telinga... mentato....?"