AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 28 November 2010

Konayuki - Remioromen (Lirik Lagu One Litre of Tears)

Bagus banget lagu ini. Sedih... hiks hiks..... apalagi filmnya.......

Konayuki mau kisetsu wa itsumo sure chigai
Hitogomi ni magirete mo onaji sora miteru no ni
Kaze ni fukarete nita you ni kogoeru no ni

Boku wa kimi no subete nado shitte wa inai darou
Soredemo ichi oku nin kara kimi wo mitsuketa yo
Konkyo wa naikedo honki de omotterunda

Sasaina ii aimo nakute
Onaji jikan wo ikite nado ike nai
Sunao ni nare nai nara
Yorokobi mo kanashimi mo munashii dake

Konayuki nee kokoro made shiroku somerareta nara
Futari no kodoku wo wake au koto ga dekita no kai

Boku wa kimi no kokoro ni mimi wo oshi atete
Sono koe no suru hou he sutto fukaku made
Orite yukitai soko de mou ichi do aou

Wakari aitai nante
Uwabe wo nadete itano wa boku no hou
Kimi no kajikanda te mo nigirishimeru
Koto dakede tsunagatteta no ni

Konayuki nee eien wo mae ni amari ni moroku
Zara tsuku asufaruto no ue shimi ni natte yuku yo

Konayuki nee toki ni tayori naku kokoro wa yureru
Soredemo boku wa kimi no koto mamori tsuduketai

Konayuki nee kokoro made shiroku somerareta nara
Futari no kodoku wo tsutsunde sora ni kaesu kara

Rabu, 24 November 2010

Burlian



Baca novel "Burlian" lumayan seru. Hampir mirip sama Laskar Pelangi gitu. Suasana pedesaan yang tenang. Jauh dari hiruk pikuk dan ramai kendaraan. Novel kehidupan. Pemain utamanya anak-anak. Sedih banget pas baca Ahmad ninggal. Kasihan.... Terus sedih juga waktu baca perjuangan mamak Burlian mengorbankan dirinya disengat lebah-lebah untuk melindungi anaknya.

Ujung-ujungnya jadi inget my Mom nih. Kalo disitu Burlian ngambek coz gak dibeliin sepeda sama mamaknya. kalo aku... ngambek coz gak diizinin ikutan acara reonian bareng temen-temen waktu liburan (bukan maksudnya nyama-nyamain lho ya...). Padahal waktu itu aku dah janji bakal menghubungi temen-temen yang lain untuk datang. Begitu Bapak denger kalo tempat reoniannya di WBL, wuih negatif thinking deh. Apalagi waktu beliau tau kalau acara itu kita sendiri yang mengadakan. Barengan sama anak-anak cowok lagi. Wets! non Muhrim... tempatnya gak jelas. Hura-hura itu! Walakhir gak diizinin. Ngambek deh aku. Diemmm..... aja gak ngomong sepatah kata pun. Kekanak-kanakan banget..... Waktu itu aku bener-bener muaraaah banget. "Over Protecktif!". hampir tiga hari aku diem terus kayak orang bisu. Ujung-ujungnya aku gak tega melihat ibuku nangis di tempat sholat sampe tertidur disitu. Hiks Hiks... Luluk Tega! Jahat! Kejam! Yups, aku bener-bener nyesel dah bikin ibuku menangis, sedih, kecewa. Pasti terluka banget. Aku egois banget. Melihat ibuku yang terlelap di tempat sholat, aku gak berani membangunkan. So, aku mengambil selimut menyelimuti ibuku. Maafkan daku mom.........

Ets, balik lagi ke cerita Burlian. Salut sama Ibu Burlian waktu dia memberikan hukuman kepada Burlian dan kakaknya yang bolos sekolah. benar-benar hukuman yang menjerakan dan.... bisa memberikan pemahaman kepada anak-anaknya. Juga ketika ibu Burlian tetap memegang teguh kebenaran ketika ia merobek kertas undian Burlian. Padahal Burlian menang undian.

Andaikan semua ibu memegang prinsip seperti itu... mungkin tidak akan ada Korupsi, karena setiap istri tidak mau menerima uang haram dari suaminya.

Minggu, 21 November 2010

Si Blunker



Yups, now we are going to talk about fish. Kalo kemaren di DEMA ada Arie yang sayang sama Ozie, ikan hias kesayangannya. Kali ini kutemukan dedek Padm yang cuayaang juga sama si Blunker, ikan hiasnya. Sengaja ia diberi nama Blunker coz warnanya yang ngeblue abies. Biru maskulin gitu deh. (eh, emang ada ya biru maskulin?). Awalnya sih si Blunker punya temen yang bernama Blacky. Tapi... hiks hiks... si Blacky meninggal... tempatnya terlalu kecil kali ya. Di toples kecil gitu lho... apa gak penyiksaan tu buat ikan. Yang liat sih seneng-seneng aja. Lha, ikan yang di dalem? menderita banget deh kayaknya.

Melihat si Blacky yang meninggal di dalem toples, so si Blunker dimasukin di bak mandi deh. Luas deh lapangan renang dia. Wah wah... keenakan nih si blunker bisa liat orang mandi terus. Kikikkikiii........ Tapi... kasihan juga sih dia sendirian di bak. Ets, ada yang mau nemenin dia? (hehe... Luluk error....!!!)

Minggu, 14 November 2010

Istighfar

Istighfar

أستغفر الله العظيم

Indah sekali ucapan itu. Asli bikin hati lebih sabar, tenang.

Yups, tentunya pernah kan kamu dihadapkan pada situasi yang bikin kamu geram, marah, meledak-ledak, sebel, gitu deh! Biasanya kalau seseorang dalam kondisi seperti itu, kebiasaan buruk yang biasa dilakukan seseorang adalah gebraak-gebrak, banting-bangting, ancurin semua yang ada dech. (Wah.. gawat nih!). Habis itu... teriak-teriak ato.. sampek misuh-misuh. Nama-nama semua binatang disebutin semua. Mulai dari kusing, kecoa, kambing, anjing, semut, laba-laba, ulat, dinosaurus etc.. Wkwkwkkk.....

Ternyata kita umat Islam memiliki sebuah ucapan yang luar biasa dahsyat. Yups, ucapan istighfar.

أستغفر الله العظيم

"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung".

Ucapkan istighfar dengan pelan dan mantap sambil dihayati maknanya berkali-kali ketika kamu sedang dalam keadaan marah, sebel atau emosi kamu sedang labil. Insya Allah kamu jadi lebih tenang, lebih menguasai diri dan tidak terpancing emosi. Lebih dewasa.

So, tinggalkan nama-nama binatang dan misuh-misuhmu. Ganti dengan berdzikir dan beristighfar.
أستغفر الله العظيم

Masuk Penjara? Ah, Siapa Takut......

Beberapa hari ini baca berita di koran harian Republika (yaah... bacaannya koran mulu, ketahuan banget gak punya buku). Indonesia dihebohkan lagi oleh Gayus, Sang Mafia pajak. Ets, ada julukan baru lagi yang ditulis do Tajuk Republika hari ini. Sang penyihir Penjara. Tajuknya keren banget bahasanya.

Lucu, ketika membaca beberapa verssi pendapat yang berbeda. Hukum dan aparat-aparatnya ternyata begitu mudah dipermainkan oleh sosok yang bernama Gayus. Dahsyat sekali kekuatan uang hingga mampu membeli kejujuran dan harga diri aparat-aparat kemanan tersebut. Sumpah yang dulu diikrarkan pun masuk ke tong sampah. Ets, ini uangnya yang dahsyat atao... harga diri mereka yang terlalu murah?

Seperti itukah potret aparat hukum di Indonesia? Hukum bisa dibeli. Gak usah takut korupsi. Gak usah takut masuk penjara. Penjara tak ubahnya seperti rumah sendiri kok. Hotel malahan. Mau jalan-jalan keluar dari penjara atau berakhir pekan di Bali juga boleh.... Tinggal bayar ongkos, selesai dah! Mau dianter ke luar negeri juga boleh..... yang penting ognkosnya ada.

Hmmm kalau aparat hukum Indonesia seperti ini? Untuk apa keberadaan mereka? Untuk apa ada POLRI jika kerjaan mereka hanya petentang-petenteng pamer seragam dan jabatan sambil kongkow-kongkow menikmati uang suap?

Senin, 08 November 2010

Dalam Canda

"Loeksemawe, Anti tau gunung Slamet ga?", tanya Arie, my plen. (Wah, aku dapet nama baru lagi nih dari Arie. Loeksemawe. Setelah ini apa lagi ya?)
"Gunung Slamet? Gak tau. Dimana tu?", Aku balik nanya.
"Kok gak tau sih... di Jateng..."
"Gak tau. Napa emangnya?", Tanyaku.
"I... Kok gak tau sih... Ana kan maunya Anti tau...", rengek Arie.
"Ya emang gak tau i.", ujarku.
"Tapi Ana kan maunya Anti tau...", Arie masih merengek.
"Iya iya... Ana tau...", cewek-cewek... (padahal aku gak tau. Dan dia juga tau kalau aku gak tau. Baru juga kali ini aku denger.)
"Kabarnya sekarang dalam kondisi awas. Mau meletus.", lapor Arie padaku.
"Baguslah... bia cepat meletus." Gurauku. kikkkikikiii. " Tinggal tunggu... wadow!" Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Arie menimpukku dengan kipas yang dipegangnya.

Selasa, 02 November 2010

Ditipu Tukang Becak

Pernah ditipu orang? Kalo pernah berarti kamu senasib ma aku.

Waktu itu aku kena tipu sama bapak-bapak tukang becak. Entah si bapak yang jahat n penipu atoo... aku yang terlalu oon yak?

Ceritanya waktu itu aku ke Sragen. habis transfer uang buat bayar uang muka sewa bus konsulat. Waktu itu aku sendirian. Dan baru dua kali itu aku ke Sragen. Yups, selesai dari bank aku berniat ke pasar. Mau beli sepatu kuliah gitu lho....

Ya udah, aku naik becak deh. "Kok jalan yang kulewati kayak mutergini ya?" batinku. Jangan-jangan aku muterin pasar aja?!.

Pas turun dari becak aku menatap ke ujung jalan "Lho, itu kan bank danamon yang tadi aku masuki waktu transfer uang.", ujarku. Ya elaa... ternyata sebenarnya tadi itu aku sudah berdiri di depan pasar. Tinggal masuk. Eeh.... malah naik becak muterin pasar. Oon banget aku.

Ni bapak tukang becak gak jujur lagi. Ah, sukanya memanfaatkan orang. Termasuk memanfaatkan kebodohanku. "Luluk Ditipu Tukang Becak." please deh.... malu ihh.... enggak banget....

"berapa Pak?", aku masih berbaik hati.

"Dua ribu", jawab si bapak.

Aku mengulurkan uang dua ribu kepada bapak tersebut. Huff... Ikhlas gak nie? Ikhlas-ikhlas....

Aku Kebablasan

Kapok dah diajak ngobrol orang di bus. Huff! Yups, ceritanya waktu itu aku dalam perjalanan pulang ke rumah. Liburan gitu lho... Ngawi-Lamongan. Tepatnya di pelosok ndeso Lamongan. kalo gak salah waktu itu untuk kedua kalinya aku naek bus sendiri. "pokoknya gak boleh tidur di bus!", ucapku dalam hati. Soalnya pernah aku tertidur di bus waktu berangkat ke Ngawi sendirian. Untung aja gak kebablasan. Sampe di terminal aku kebingunagan gak tau arah. "Waduh, ni bus udah masuk peron belom ya?", tanyaku dalam hati. So, aku ngeloyor aja jalan gak tau arah mana timur n barat. Ujung-ujungnya ada bapak tukang ojek nanya "Mau kemana Mbak?",

"Ngawi Pak.", jawabku oplos.

"Ngawi ya ke arah sana!", si bapak menunjuk ke arah belakangku. kikikikiiii... maluuu...!!! pengen cepet-cepet kabur aja deh.

Ternyata bus yang kutumpangi tadi udah masuk peron. Eh, aku malah keluar peron. Balik kanan lagi dah aku. Asli malu banget. Makanya, besok lagi tidur aja di bus, biar bingung lagi. Untung aja barang-barangnya gak hilang.

Ets, kembali ke ceritaku yang pertama. Aku menaiki Bus jurusan Surabaya. Masih banyak kursi kosong di bus. Aku duduk di kursi nomor dua di belakang supir. Perjalanan nyaman-nyaman aja. Eh, sampe di pasar Babat, Lamongan (biasalah... bus berhenti cari penumpang) seorang bapak-bapak berjaket hitam duduk di sampingku. "Waduh, ada yang gak beres nih!", batinku. Aku menengok ke belakang. Beneran. Kursi-kursi di belakangku banyak yang masih pada kosong. Kok bapak ini malah duduk di sampingku sih. Dalam hati aku membaca do'a-do'a memohon perlindungan kepada Allah. Tapi, waktu itu aku bodoh banget. Kok aku gak pindah tempat duduk aja ya?! Entahlah. Sebenernya waktu itu sempat terpikir juga sih untuk pindah tempat duduk.

Si bapak bertanya-tanya dan terus bertanya. Asli gak mutu banget pertanyaannya. Tapi... kok aku selalu menjawab pertanyaannya ya?

Berulang kali aku menengok ke jendela untuk mengetahui sudah sampai dimana aku. Hingga kondektur bus menanyaiku "Turun dimana Mbak?"

"Pertigaan Semlaran Pak.", jawabku polos.

"Ya sudah lewat dari tadi!", jawab pak kondektur. Gubrak deh!

Aku segera berdiri menuju pintu depan bus. "trus kalo mau balik ke Semlaran naek apa dong Pak?", tanyaku super polos.

"Naek angkot bisa.", jawab sang kondektur.

Aduh, Luluk... Luluk. Kok bisaa kayak gitu. Malu-maluin. Huff... Gak hati-hati sih. Gara-gara diajak ngobrol terus sampe gak teliti dah nyampe mana. Apa jangan-jangan kena hipnotis?! Asli waktu itu aku bener-bener marah banget. Marah dalam hati. Malu juga. Sampe-sampe aku berdo'a jelek buat bapak yang duduk di sampingku tadi "Ya Allah, jika memang bapak yang duduk di sampingku tadi orag jahat, berikanlah balasan yang setimpal padanya." etc....

Turun dari bus aku lalu menyeberang jalan. Kutunggu angkot lewat sambil terus jalan. Kok gak lewat-lewat ya? Mana uangku tinggal dua ribu lagi. Cukup gak ya buat bayar angkot? Habis naik angkot kan harus naik ojek lagi sampe rumah. Hehe... maklum, gak ada yang jemput. Dah kayak anak ilang aja nih. jalan kaki menyusuri pinggiran jalan raya sambil bawa ransel. Cewek lagi!. ets, pake jilbab lagi.

Hampir 15 menit lebih aku jalan kaki diterpa terik matahari,. Bayangin aja. jam dua siang brow... Ada angkot lewat. Yaah... telat... aku gak liat tadi.

Kulihat seorang bapak-bapak lagi ngambil rumput di pinggir jalan. "Pak, maaf mau nanya, pertigaan Semlaran dari sini masih jauh gak Pak?", tanyaku kepadanya.

"Ke Barat terus Neng.", jawabnya.

"Jalan kaki bisa gak ya Pak?", tanyaku.

"O... bisa.", jawabnya lumayan membuatku tenang sedikit.

Aku terus jalan tanpa berniat lagi menghentikan angkutan yang lewat. Tapi... kok jauh banget ya? Dari jauh aku melihat papan merah bertuliskan HONDA. "Wah, bentar lagi nih.", batinku senang. Huuff... akhirnya sampai juga aku.

Aku pun menyeberangi jalan raya terus naik ojek. Hmmm capek banget. pengen nagis deh. Tapi... kan di tempat umum. Malulah.

Nyampe rumah, minta uang buat bayar tukang ojek, terus.... Whaaaaa........!!! eh, bukan gitu deng, Heeeeeee.......... aku nagis juga deh akhirnya. Yups, air mataku yang tertahan sejak tadi keluar juga. Aku terus nangis sambil curhat ke ibu n bapak. Dan ibuku terus mencoba menenangkanku. Love You Mom.....

Sampe waktu mau jamaah maghrib di rumah pun aku gak jadi qomat.

"Qomat!", perintah bapak kepadaku. Aku dan ibuku memakmum di belakang bapak.

"الله أكبر الله أكبر أشهد أن لا إله إلا الله " waduh, aku nangis lagi. Inget perjalananku tadi siang. Akhirnya ibuku yang qomat.

Hmm.... kesimpulannya, Buat kamu-kamu yang sering melakukan perjalanan naik bus, awas! hati-hati! waspada! banyak penjahat di bus!.

Trus buat kamu para pencuri, penipu dan penjahat yang suka beroperasi di bus-bus or di terminal-terminal... asli barang atau uang hasil curian n penipuanmu gak akan memberikan berkah. malah akan jadi darah haram yang mengalir dalam tubuhmu. Tega nian... kamu ngasih anak istrimu barang haram. Kasihan atuh.....!

Luluk Faidah (Wuiih, Narsisnya...)

Luluk Faidah or لؤلؤ فائدة. Lengkapnya Luluk Faidatun Niswatin Hasanah. Wuiih...... panjangnya melebihi rel kereta api. Itu sih yang tertulis di surat kelahiranku. Tapi di ijazah TK sampe sekarang tinggal Luluk Faidah. Mungkin waktu daftar masuk sekolah cuman ditulis Luluk Faidah. Kepanjangan kalee. Trus yang di akte? Jangan-jangan beda lagi nih. Baru bikin akte tahun 2010 buat syarat wisuda kemarwn. Jadi ya... nama ngikut yang di ijazahlah.

Tapi dari kecil temen-temen manggilku dengan nama Lulek. Lulek itu singkatan dari Luluk Elek ato... Luluk jelek. Hmmm... menghina ciptaan Allah nih. Sering juga sih diejekin dengan panggilan "jaliteng" coz aku supeer item. Udah gitu sukanya manas-manas, nyebur sungai, manjat genting. Wadow! apa gak tambah gak kelihatan tuh...!

Kalo kepribadian...waah... ku orangnya lucu banget (Lugu and Culun maksudnya), polos, serius, galak, keras, sensitif, garing (campur aduk kayak es campur). Yang jelas garing and gak humoris blas. Persis kayak Bapak. Beda banget sama Emak yang humoriss n kocak. Sampe-sampe ada tetanggaku yang bilang " Ini anak sama ibu kok beda 180 derajat (hehe... bingung nyari simbul dejarat gak ketemu-ketemu. wal akhir pake tulisan huruf. Aduh... gapteknya...). Ibu'e kocak, anaknya pendiem."

Anak Kos Dodol Book


Barusan baca buku Anak Kos Dodol yang kedua. (Biasa... minjem ma Ririn... Paling males beli novel ato buku-buku cerita. Hehe... ngeles... bilang aja gak punya uang.) Kocak banget. Gokil abis deh. Dan aku ngakak sendiri kayak orang gila.

"Ya elaa kak Luluk nih kirain baca buku sains ato apa gitu. E... ternyata...", coment dedek Ajeng.

"Abis gak ada buku yang lain sih.", kilahku. "Jangan salah dek, ni nambah inspirasi lho...", Wkwkwkk..... boong....

Hormat… Grak!


Mematung aku menghormat
Pada merah putihku tercinta
Lagu Indonesia Raya menggema
Haru…
Ada semangat membara.

Senin, 01 November 2010

Dirundung Masalah

Pernahkah engkau dirundung banyak masalah hingga membuatmu stress, pusing tujuh keliling, bête abis, gak mood, sebel, geram, sedih, kecewa, murung, ato… bawaannya pengen maraaah….. terus? Atau pernahkah engkau mengalami kegagalan atau patah hati (waduh, mati dong kalau patah hati?) dan terus berduka and menangis tujuh hari tujuh malam? (wuiiiih… lebay banget..)

Kalau kamu pernah mengalai hal kayak gitu… atau… jangan-jangan saat ini kamu sedang mengalaminya?! Cup cup cup… gak usah nangis… Buang jauh-jauh sedihmu fren. Gak usah galau and murung. Gak usah takut. Yakin kau tidak sendiri. Bukankah ada Allah yang Maha Memahami dan Mengetahui segala masalahmu?! Yakin… di dunia ini bukan hanya kau saja yang mendapat masalah. Semua orang pasti punya masalah. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. So, jangan kau jadikan masalahmu sebagai suatu masalah. Hadapi semua dengan senyuman, sabar, dan sholat. Emang sih… ngomong doang gampang… ngejalaninya yang susah. Yakin fren, kamu bisa. Pasti semua akan selesai.

Jadi inget nih waktu ibuku sedang sakit. Ceritanya ibuku kena diabetes. Kadar gula beliau tinggi banget sampe 650. Padahal kadar gula yang normal kan 100-120an. Coz kadar gula beliau yang 5 kali lipat lebih tinggi dari kadar gula normal, beliau hanya boleh makan nasi jagung tanpa campuran nasi putih sedikit pun. Sedih banget waktu aku lihat beliau makan. Hiks…….. Ibuku yang dulu lumayan gemuk jadi kurus. Jari telunjuk beliau juga bengkak akibat luka yang tak jua sembuh karena kadar gula yang tinggi. Mungkin pancreas beluai tidak normal dalam memproduksi insulin hingga kadar gula dalam darah beliau menumpuk. Ginjal beliau juga sempat kambuh. Ditambah lagi tekanan darah beliau yang kurang. Huff… gak kebayang deh kalau beliau sedang sakit perut. Hiks… sedih….

Sedih banget aku waktu itu. Suer. Apa-apa jadi gak enak. Jadi mikir terus. Bener-bener gak konsen. Bingung, sedih, campur aduk deh. Jasad disini tapi jiwa dan pikiran di rumah. Lalu aku mendengar cerita dari temanku kalau ibunya di rumah juga sedang sakit. Struk. Hanya terbaring di tempat tidur.

Mendengar cerita temanku aku jadi tahu bahwa masalah yang kulalui bukanlah apa-apa. Harusnya aku tetap bersyukur ibuku masih bisa jalan dan beraktifitas.

Oiya, ku punya tips nih kalo kamu lagi dirundung masalah, coba deh tatap langit dan awan di atas. Langit yang luas. Bener-bener membuat dada lapang. Satu lagi, jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu.

Jadi inget nih aku pernah membaca sebuah kata bijak. Gini nih
“Ketika kau berputus asa karena tak mendapatkan jalan keluar, kau kemanakan Allah?”

Indonesiaku

Beberapa hari ini media massa begitu gencar memberitakan bencana alam yang melanda Indonesia. Mulai dari Tsunami di Mentawai, Sumatra Barat, Gempa di Papua, hingga gunung Merapi yang terus mengeluarkan asap panas bercampur debu. Itu baru asap plus debu panas. Gak kebayang gimana kalau lava panasnya yang keluar.

Kasihan… Gak kebayang kalau rumahku hancur terus aku tinggal di tenda-tenda pengungsian. Belum lagi baju-baju yang tertinggal plus gak ada makanan. Namun… aku hanya bisa duduk disini dengan rasa kasihanku tanpa bisa berbuat yang berarti.

Disisi lain aku merasa bersyukur atas kondisiku saat ini. Allah masih memberikanku tempat tinggal, pakaian, dll. Sebuah kenikmatan yang kadang kita anggap kurang dan belum cukup.

Melihat asap plus debu yang keluar dari gunung Merapi membuatku bertanya “Apa ya yang menyebabkan asap, debu, dan lava itu keluar?” (sebab biologi yang kutanya).

Pernah dulu ketika pertama kali aku melihat globe. Kelas berapa ya waktu itu? Lupa. Aku membayangkan kalau saja dibuat sebuah sumur yang dalam di pulau Jawa hingga menembus ke benua Amerika, waah… jadi kayak di film Lorong Waktu yang pernah kutonton dulu. (Ketika itu aku belum tahu kalau di dalam inti bumi berisi magma dan lava yang super panas).

Hujan…

Aku duduk mematung di depan sebuah iatana yang tak terurus dengan sepenuh ruh. Istana yang idhuni oleh orang-orang ynag tanpa cinta. Guyuran air membasahi terasnya. Tetesan air menerobos masuk. Kuletakkan sebuah kotak di bawahnya, agar air tak menjalar ke lantai. Ada rasa tak puas dengan apa yang terekam di mata. Ah, aku hanya bisa membatin dalam bahasa bisu tak berarti. Dan semua pergi. Tinggal aku duduk sendiri disni. Menatapi hujan yang membasahi. Sejenak aku terhibur.

Subhanallah, alangkah indah aliran air itu. Mengalir… mencari tempat yang lebih rendah. Subhanallah, Maha suci Allah yang memberikan insting bagi atom-atom air untuk terus mencari jalan ke dataran yang lebih rendah untuk selanjutnya berkumpul dan mejarut benang samudra.

Subhanallah, Maha suci Allah yang membentangkan tanah dengan lapisan-lapisan yang mempesona. Sebuah teknologi penyaringan raksasa yang dahsyat. Menghasilkan kejernihan air yang tiada duanya untuk seluruh makhluk.

Hembusan bayu membelai lembut dedaunan dan bunga-bunga hijau. Memaksa dedaunan untuk menari. Bertekuk lutut terkulai di hadapan sang bayu. Subhanallah, Maha suci Allah yang mengarahkan molekul-molekul udara bergerak berhembus dengan irama dan nuansa yang sungguh mempesona.

Gerimis

Gerimis mencair dari gumpalan awan
Mengguyur bumi
Melesat di sela-sela terpaan bayu

Burung-burung menari lintasi atmosfer
Rayakan rintik hujan
Entah melandas dimana
Ataukah burung-burung itu kehilangan rumah
Tak tahu kemana hendak berlindung

Dalam dingin terpaan bayu
Dan deras air mengguyur
Burung-burung tetap terbang warnai atmosfer bumi.