AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 27 Februari 2011

Satu Keluarga

Dalam sebuah gubuk dia tinggal. Ah, mungkin tempat itu lebih cocok jika disebut sebagai kandang dari pada sebuah gubuk. Bedanya tempat itu terlihat bersih, meski hanya berdinding rajutan bambu dengan tambalan kardus dan karung disana-sini. Sepetak tanah sempit yang dihuni oleh satu keluarga kecil. Tak terdapat ranjang, kursi, maupun lemari layaknya rumah pada umumnya. Hanya ada gelaran tikar plastik, kardus yang berfungsi sebagai lemari pakaian dan rak buku, juga meja yang sama sekali tidak mirip dengan meja. Peralatan makan pun sangat sederhana. Mungkin orang-orang bilang jauh dari sederhana alias kurang.

Dan aku duduk di tempat itu. Terdiam. Sesekali aku menatap ke atas, melihat atap asbes yang tampak usang, terlihat celah disana-sini. Dapat kupastikan air hujan dapat dengan ceria memasuki rumah tersebut lewat banyak celah. Di tempat itu ia tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Jauh dari hedonitas dunia yang selama ini diincar oleh banyak orang. Ia tak pernah menonton televisi dan tak pernah mengijinkan istri maupun anak-anaknya menonton, karena ia tahu bagaimana gencar serangan televisi dan internet menyerang.

Duduk aku bercengkrama bersamanya, istrinya juga anak-anaknya. Subhanallah, tak kudengar sedikit pun keluhan dari ucapan mereka tentang keadaan mereka. Yang ada hanya keceriaan dan rasa syukur.

“Tu kan... Ahsan gak salam... “, ujar anak perempuan yang berumur sekitar 12 tahun mengomentari adiknya yang masuk rumah tanpa mengucapkan salam.

“Mesti deh Ahsan…”, Ucap sang Ayah.

Dan aku hanya tersenyum mendengar ucapan mereka. Begitu juga Ahsan yang tampak cengar-cengir memasuki rumah.

“Duduk sini Dek!”, perintahku kepada Ahsan, anak kecil yang baru berumur berkisar 9 tahunan. Ia pun duduk di sampingku. Belum lima detik ia duduk di sampingku, tangannya meraih makanan yang ada di hadapannya.

“Bismillah dulu…”, ujar sang ibu kepadanya ketika ia hendak memakan kue yang diambilnya.

“Bismillahirrohmanirrohim”, ucap Ahsan sebelum memasukkan potongan kue di mulutnya.

Yups, tiap langkah dan gerakan penuh dengan do’a.

Seharian aku bersama mereka. Ngobrol dan makan bersama. Hmmm… soto ayam. Sang ibu mengambilkan nasi dan sayur untuk sang ayah dan Ahsan kecil. Barulah setelah itu ia mengambil nasi untuk dirinya sendiri. Hmmm romantisnya…

Aku makan dengan lahap.

“Dihabiskan, sunnah Rosul. Jangan ada sisa.”, ujar sang Ayah.

Aku tahu, pasti biasanya mereka hanya makan seadanya. Mungkin hanya dengan nasi dan sambal atau kerupuk. Karena hari ini aku kesini, maka sang ibu sengaja memasak soto ayam. Hmmm… segitunya….

Jujur, dalam hati aku salut padamu.

Kamis, 10 Februari 2011

Hidup

Hidup bukanlah garis abadi yang takkan pernah mati
Hidup bukanlah kekekalan yang takkan pernah habis
Hidup bukanlah ruang yang tak bertepi

Hidup hanyalah setitik garis
Hidup hanyalah sedetik fase
Hidup hanyalah secercah ruang

Dan semua tak ada yang abadi....

Teman Adalah....


Teman adalah...
Yang setia mendampingi kita kala kita terjatuh
Teman adalah...
Yang selalu berusaha hadirkan keceriaan kala kita dirundung duka
Teman adalah...
Yang berusaha tenangkan kita kala kita berada dalam ketakutan
Teman adalah ...
Yang memahami dan menerima kita apa adanya
Teman adalah....
Yang selalu mensuport kita untuk menjadi lebih baik
Teman adalah...
Yang menyayangi kita dengan tulus ikhlas

Gerimis Pagi

Gerimis mengguyur di pagi biru
Daun-daun berdansa
Iringi irama bayu
Rintik hujan mengalun merdu
mencipta melodi syahdu
Alamku...

Biarkan Menghilang

Mematung...
Dengan pandangan hampa
Entah kemana jiwa terbang
Lepas dari hiruk pikuk alam
Mencari ketenangan di alam lain
Yang sepi dari gemuruh manusia dan sampah-sampah dunia
Seakan ingin lepas dari beban yang mendera
Menghilang entah kemana....

Pagi Ini

Kuhirup udara pagi
Lalui indah mentari
Bersama deru mobil dan bis di garis lini
Kukayuh sepeda mini
Sepeda mini yang tak pernah kucuci
Namun selalu setia temani diri ini
Sampai detik nanti

Bermimpi Yuk!

(terinspirasi dari my teacher yang keren banget)

Bermimpi Yuuk.... Boleh kan bermimpi? Kan gak ada peraturan yang melarang seseorang untuk bermimpi. As what has Nidji said (eh, bener gak sih tulisannya?) MIMPI ADALAH KUNCI UNTUK KITA MENAKLUKKAN DUNIA.

Jika aku menjadi orang kaya... punya banyak uang... punya milyaran atau trilyunan uang.... apa yang akan aku lakukan?

1. Membangun sekolah gratis buat anak-anak jalanan dan anak-anak miskin. Semua biaya operasional sekolah dan gaji guru... aku yang bayar.

2. Membangun perusahaan besar yang bisa menampung banyak tenaga kerja. Kan bisa mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.

3. Membeli mobil... yang mau pinjam silahkan, Gratis tis! (untuk kepentingan yang baik pastinya...)

4. Zakat tiap bulan.

5. Membangun laboratorium yang guedeeee and super canggih. mengembangkan ilmu pengetahuanlah.

6. Membangun perpustakaan umum yang komplit, khususnya yang banyak berhubungan dengan sains.

7. Terus belajar biar jadi ilmuan. Heheheee.... gayanya mau jadi ilmuan, ngerjain Fisika aja kesusahan...

8. Membangun supermarket untuk semua kalangan dengan harga yang murah.

9. Haji dan menghajikan orang-orang, sanak saudara, tetangga-tetangga...

10. Infak tiap hari....

Kamis, 03 Februari 2011

“Black List” 8 Pejabat Iran: Indikasi kemungkinan besar elit (Zionis) Amerika terlibat dalam 11 September 2001

Beberapa hari setelah usulan Ahmadinejad disampaikan dalam sidang tahunan Persyarikatan Bangsa-Bangsa berlalu, elit politik Amerika yang dikuasai Zionis, mencoba untuk menutupi dan membalikkan layar opini dunia, dengan cara mengungkap perilaku elit politik Iran beberapa tahun yang lalu. Ada sekitar delapan pejabat Iran yang disikapi secara keras sepihak oleh kebijakan unilateral elit zionis Amerika, dengan dikeluarkannya keputusan ilegal pemerintah AS berupa penjatuhan sanksi terhadap delapan orang yang masuk dalam daftar hitam pemerintah AS diantaranya adalah pemimpin Garda Revolusi Iran, jaksa penuntut umum, para menteri Iran, pejabat intelijen dan pejabat kepolisian Iran.

Kebijakan lintas negara ini sudah memberi sinyal jelas dan seterang-terangnya, kemungkinan keterlibatan elit zionis Amerika dalam peristiwa 11 September 2001, yang tempo hari disampaikan usulan pembentukan Tim Pencairi Fakta PBB atas kejadian tersebut oleh Ahmadinejad. Keputusan sepihak pemerintah Amerika ini benar-benar menunjukkan sikap berlindung di balik pelanggaran beberapa pejabat Iran.

Siapapun, dengan sedikit teliti, pasti bisa menerka ke manakah arah kebijakan pemerintah zionis Amerika ini. Mereka terbukti ada kemungkinan hendak menghindari dari tanggungjawab baik hukum dan moral terhadap serangan 11 September 2001.

Dengan jawaban ini maka dunia seharusnya memahami posisi beberapa (tidak seluruhnya) elit zionis Amerika pada insiden memilukan ini.

Harapannya, dengan kondisi ini, dunia hendak dipertontonkan sebuah “pelanggaran HAM berat” juga yang dilakukan oleh beberapa pejabat Iran terhadap rakyatnya sendiri, dibentuk seolah-olah menyerupai kekejaman beberapa elit (zionis) Amerika terhadap rakyat Amerika dalam insiden 11/9. Jika Ahmadinejad dan beberapa negara (tercatat ada hampir 160 negara yang tidak beraksi walk out dalam sidang tahunan PBB tahun 2010 pada saat pidato Ahmadinejad) berupaya agar rezim zionis Amerika diusut atas kemungkinan besar keterlibatannya dalam insiden 11/9, maka Amerika memiliki cara lebih jitu untuk berupaya memecah belahy rakyat Iran dengan pejabat Iran, dengan mengadu-domba dan mengungkit sedikit “kebobrokan” pejabat Iran tersebut.

Beberapa hal yang memberi kekhawatiran bagi beberapa pejabat (zionis) Amerika adalah bahwa ternyata, dibandingkan dengan jumlah negara yang walk out dalam sidang tahunan bulan kemarin di New York, ternyata jauh lebih banyak negara yang dengan serius dan tenang menyimak pidaro Ahmadinejad tersebut. Ini tamparan bagi pemerintah Amerika, karena artinya bahwa masyarakat internasional mengamini dan membenarkan usulan Ahmadinejad tersebut.

Kondisi ini begitu serius dan benar-benar sebuah pertaruhan masa depan dan kredibilitas para elit (zionis) Amerika di mata rakyat Amerika sendiri. Jika sampai ada gerakan dari dalam negeri Amerika sendiri, apalagi gerakan ekstrim menuntut pengusutan lanjut dan serius melibatkan Tim Pencari Fakta bentukan PBB, maka ini akan menjadi boomerang dan benteng pertahanan terakhir kelanjutan kekuasaan tangan zionis di Amerika. Wacana pembentukan Tim Pencari Fakta PBB yang diusulkan Ahmadinejad harus dilawan dengan sikap “berperang” dan mematikan juga bagi beberapa pejabat Iran, yang memang ada yang bersikap keras untuk meredam beberapa kerusuhan di Iran.

Sikap frontal yang mengandung pamer kekuatan perang, harus ditunjukkan kepada masyarakat internasional yang sudah dengan setia mendengarkan pidato Ahmadinejad. Maka lahirlah “resolusi” baru yang menembak sasaran delapan pejabat Iran.

Zionis Amerika hendak membangun benteng perlindungan bagi beberapa elit politik yang ada kemungkinan besar terlibat dalam insiden 11/9, yang menewaskan sekitar 3000 orang..

http://suaramuhibbuddin.wordpress.com/2010/10/01/%E2%80%9Cblack-list%E2%80%9D-8-pejabat-iran-indikasi-kemungkinan-besar-elit-zionis-amerika-terlibat-dalam-11-september-2001/

Detik-detik Keruntuhan Kekuatan Amerika Serikat (bagian 1)

Selama beberapa dekade (belum beberapa abad), Amerika Serikat diberitakan secara meluas ke seantero dunia, sebagai sinar simbol kemajuan dan mewakili sebuah negara super power yang maju dan “hebat”. Hampir sebagian besar penduduk dunia dibuat terkesima dan terpesona melihat apa yang diproklamasikan sebagai “kemajuan peradaban Amerika Serikat”. Tidak tertinggal juga, banyak elit Indonesia juga “tersandung” dengan seringkali mengajak Pemerintah dan rakyat Indonesia untuk meniru gaya hidup dan beberapa budaya rakyat Amerika, agar nusantara ini juga bisa menjadi negara maju!

Di atas podium dan mimbar, suara Amerika (Voice of America) terdengar menggema. Tokoh ekonomi, politik dan banyak lagi, begitu tersihir dan memberikan pujian tanpa henti, serta ada yang menjadikan Amerika sebagai kiblat pemikiran dan pengambilan kebijakannya.

Dilihat runtut beberapa tahun yang lalu (bukan beberapa abad yang lalu), berdasarkan banyak fakta, kondisi bahwa Amerika masih kokoh sebagai pilar ekonomi dan model bagi beberapa ahli ekonomi di seluruh dunia, mungkin mendekati benar. Itu adalah “novel” yang diterbitkan pada saat Amerika memang sedang mencapai “zaman keemasan”, zaman di mana banyak negara-negara di dunia, masih tumbuh benih-benih ketakutan dan kekhawatiran terhadap sumber kekuatan Amerika, Senjata Nuklir, yang sudah secara nyata mampu meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Diakui atau tidak oleh pengamat, hubungan antara Senjata Nuklir Amerika dengan kemajuan ekonomi jelas bersambungan. Hubungan antara “tangan tirani” yang diberlakukan oleh Amerika terhadap negara-negara yang “tidak tunduk” sangat nampak dan tidak bisa dilepaskan. Kemajuan sebuah negara seolah ditentukan oleh elit Amerika, di manapun negara itu berada. Jika tidak bisa ditundukkan dengan cara frontal, maka digunakan cara invisible, agar rezim sasaran menjadi hancur, kemudian digantikan dengan rezim baru yang pro-Amerika, seperti apa yang dilakukan di Irak, Afghanistan, dan banyak negara lainnya, pada kurun tahun 1950 sampai 1990-an.

Namun, cerita zaman keemasan Amerika sudah berlalu. Detik-detik keruntuhan Amerika sudah di ambang mata. Jika Amerika tidak melakukan perilaku terorisme terlihat atau tidak terlihat di beberapa negara dalam kurun waktu tahun 1950-1990-an, mungkin dunia masih akan segan dan takjub terhadap kedigdayaan Amerika. Tetapi, tangan politik Amerika yang dilumuri darah, telah memberitakan informasi yang bertentangan dengan opini positif terhadap Amerika yang sudah terbangun selama hampir 50 tahun. Terbongkarnya berbagai jenis kejahatan tersembunyi Amerika terhadap banyak rezim di seantero dunia, membuka mata dunia, bahwa Amerika Serikat bukanlah model yang patut ditiru dan dijadikan sebagai kiblat, baik dalam pemikiran maupun tindakan. Tentunya keruntuhan ekonomi Amerika ini juga terkait dengan kekuatan senjata nuklir Amerika yang sudah bukan hak milik Amerika Serikat saja.

Dunia saat ini sudah melihat Amerika Serikat sebagai sebuah negara yang setara dan sebuah “negara bagai macan ompong”. Kekuatan Amerika bukan kekuatan tunggal yang patut ditakuti dan dipuji-puji, dalam segi apapun. Sehingga wajar, jika banyak pemuja Amerika yang saat ini masih selalu mengagungkan Amerika, harus mulai mencari model negara yang patut mendapat pujian dan menjadi rujukan. Kenyataan, bahwa kekuatan Amerika sudah tidak kuat lagi, bahwa kehebatan Amerika sudah tidak hebat lagi, bukan cerita mistis dan fiksi belaka.

Dalam berbagai sensus dan penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini semakin menunjukkan bahwa pengaruh resesi ekonomi AS sudah meningkatkan kemunduran Amerika. Tercatat, jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan di Amerika Serikat melonjak pada tahun 2009 menjadi 43,7 juta, jumlah tertinggi sejak Badan Sensus Amerika Serikat mulai mengumpulkan data orang miskin Amerika.
Hampir 4 juta orang lebih di Amerika Serikat hidup di bawah ambang kemiskinan pada 2009 dibandingkan tahun 2008, atau kurang dari 22.000 dolar per tahun untuk setiap keluarga dari empat anggota, kata Kepala Divisi Perumahan dan Ekonomi Rumah Tangga Biro Sensus AS, David Johnson kepada wartawan, Kamis, 16 September 2010.

Tingkat kemiskinan meningkat dari 13,2 persen pada 2008 menjadi 14,3 persen pada 2009 — atau satu dari tujuh orang – mencapai tingkat tertinggi sejak 1994, kata Johnson sewaktu Biro Sensus mengumumkan laporan tahunan tentang kemiskinan, asuransi dan pendapatan. “Tapi tingkat itu 8,1 persentase poin lebih rendah dari tahun 1959, tahun pertama estimasi tersedia,” katanya.

Sebenarnya banyak pengamat ekonomi mengeluarkan statement yang demikian rumit dan ilmiah. Tetapi sebab utama harus dipahami, bahwa kemiskinan Amerika tersebut disebabkan oleh banyaknya dana mengalir bukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Amerika, tetapi untuk meningkatkan perang dan menumpahkan darah di negara lain!


http://suaramuhibbuddin.wordpress.com/2010/11/17/detik-detik-keruntuhan-kekuatan-amerika-serikat-bagian-1/

Aksi Walk Out Amerika : bukti otoritas gemar perang dalam mencari solusi

Perlu diketahui bahwa sampai sekarang ini setelah hampir 10 tahun berlalu, tidak ada satu timpun yang diijinkan untuk mengungkap secara faktual dan menyeluruh terhadap pelaku-pelaku yang sesungguhnya berada di balik layar atas serangan 11 September 2001.

Sebagaimana diketahui, prosedur pencarian fakta dalam menguji kevalidan sebuah data penyebab dan pelaku dalam sebuah kejadian adalah ilmiah, independen, dan akademis. Karena sifatnya yang independent, ilmiah dan akademis, maka hasil dari penelitian tersebut memiliki tingkat akurasi kevalidan data yang tinggi. Prosedur ilmiah tersebut berlaku secara bebas tidak terikat apapun, serta diperbolehkan dilakukan oleh siapapun dengan persyaratan akademisi yang sah dan atas kejadian apapun.

Ini bukti bahwa penyebab dan pelaku sebenarnya kejadian tersebut masih tetap dirahasiakan.

Dalam rapat Majelis Umum PBB di New York, delegasi AS keluar dari ruangan sidang setelah Presiden Iran, Ahmadinejad melontarkan pernyataan kontroversial pada Kamis 23 September 2010 waktu setempat. Delegasi yang memulakan aksi walk out adalah mewakili Amerika Serikat. Sikap delegasi AS meninggalkan ruangan diikuti 27 delegasi negara Uni Eropa, disamping delegasi Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Kosta Rika..

Aksi serupa sudah berulangkali terjadi saat Ahmadinejad maju ke podium sidang PBB, baik itu di New York maupun Jenewa. Para delegasi dari negara-negara itu serempak keluar dari ruang sidang (walkout) ketika pemimpin Iran itu melontarkan kritik pedas kepada AS, kapitalisme, dan juga PBB

Akan tetapi, walaupun dia terus melontarkan pernyataan yang membuat merah telinga para pejabat AS dalam beberapa tahun terakhir, hampir setiap tahun Ahmadinejad pergi ke New York untuk menyampaikan pidato di sidang PBB.

Kebiasaan Ahmadinejad ini mencerminkan bahwa dialog diperlukan dalam mencari solusi dalam setiap permasalahan, dan apabila ada yang berbeda dan seolah konroversial, maka harus diadakan pembicaraan lanjut, tanpa opsi perang dan pengerahan militer, serta tanpa aksi sepihak terhadap negara tertentu.

Pada sidang kali ini, pemicu aksi tersebut adalah pernyataan Ahmadinejad tentang teori konspirasi bahwa sebuah sempalan di tubuh pemerintahan AS telah mengatur skenario peristiwa 11 September 2001.

Dalam sebuah kesempatan kemudian, Jubir delegasi AS, Mark Kornblau menyampaikan bahwa Ahmadinejad kembali berbicara mengenai teori konspirasi yang mengada-ada. Bagi Mark, Ahmadinejad juga dianggap menyuarakan pidato anti-semit.

Dalam membahas tentang kesimpangsiuran penyebab peristiwa 11 September 2001 tersebut, Ahmadinejad menginginkan PBB untuk membentuk komite pencari fakta untuk menyelidiki insiden 9/11.

Menyaksikan polah Ahmadinejad yang menggemparkan tersebut, sebenarnya tidak ada yang keliru. Ahmadinejad tidak mematikan kondisi dalam materi pidatonya tersebut sehingga pidatonya seolah mengungkap sebuah kebenaran. Materi yang disampaikannya diikuti dengan usulan agar secara formal PBB seharusnya membentuk tim pencari fakta atas tragedi yang sudah menewaskan sekitar 3000 orang itu, agar tentunya lebih jelas dan terbukti ilmiah atas sebab dan pelakunya.

Perlu diketahui bahwa sampai sekarang ini setelah hampir 10 tahun berlalu, tidak ada satu timpun yang diijinkan untuk mengungkap secara faktual dan menyeluruh terhadap pelaku-pelaku yang sesungguhnya berada di balik layar atas serangan 11 September 2001.

Sebagaimana diketahui, prosedur pencarian fakta dalam menguji kevalidan sebuah data penyebab dan pelaku dalam sebuah kejadian adalah ilmiah, independen, dan akademis. Karena sifatnya yang independent, ilmiah dan akademis, maka hasil dari penelitian tersebut memiliki tingkat akurasi kevalidan data yang tinggi. Prosedur ilmiah tersebut berlaku secara bebas tidak terikat apapun, serta diperbolehkan dilakukan oleh siapapun dengan persyaratan akademisi yang sah dan atas kejadian apapun.

Ini bukti bahwa penyebab dan pelaku sebenarnya kejadian tersebut masih tetap dirahasiakan

Kita tidak mengetahui alasan apa sehingga pemerintah Amerika Serikat tidak memperbolehkan PBB membentuk tim pencari fakta atas insiden 11 September 2001 tersebut. Tetapi ini semakin menjelaskan kepada dunia internasional akan adanya kemungkinan keterlibatan “oknum kunci” yang hendak dipertahankan atas nama keselamatan dan keamanan negara. Ini menjadi pertanyaan besar bagi banyak peneliti dan akan tetap tertulis dengan tinta kelabu dalam sejarah dunia. Tidak habis pikir, bukankah dengan penemuan data yang valid dan akurat yang melibatkan tim independent internasional akan lebih mudah mencari solusi dan menyusuan rangka keputusan untuk menyelamatkan penduduk Amerika di masa depan? Bukankah dengan larangan pembentukan tim independent tersebut justru akan menutup kemungkinan terbukanya penyebab dan pelaku sebenarnya, sehingga meningkatkan dukungan terhadap luar negeri Amerika sendiri?

Amerika memilih kredibilatsnya tercoreng dan meninggalkan pertanyaan besar yang meragukan sebab dan pelaku sesungguhnya peristiwa 11 September 2001.


http://suaramuhibbuddin.wordpress.com/2010/09/26/aksi-walk-out-amerika-bukti-otoritas-gemar-perang-dalam-mencari-solusi/

Amerika Serikat akan kalah melawan Taliban

Perang Amerika dan NATO melawan Taliban lebih lama dari Perang Dunia I dan Perang Dunia II, tetapi hasil yang sesuai diharapkan tidak kunjung tiba. Tulisan ini bukan sebuah dukungan salah satu pihak, Amerika Serikat atau Taliban, tetapi sedikit membuka tabir yang selama ini kita seolah dibius dengan pemberitaan-pemberitaan yang membesar-besarkan kehebatan tentara Amerika Serikat di medan tempur, khususnya pandangan terhadap sepak terjang tentara Amerika di Afghanistan yang semakin hari, terlihat semakin sempoyongan dan tidak terarah dalam menumpas milisi Taliban. Ribuan rakyat biasa sudah menjadi korban kebringasan tentara Amerika di Afghanistan, sedangkan bertambah tahun, taktik yang diinisiasikan oleh pakar perang dan pakar strategi perang Pentagon, juga tidak secepat dalam khayalan; menumpas habis milisi Taliban.

Panglima Jenderal Stanley McChrystal yang akhirnya dipecat karena komentar menghina terhadap petinggi pemerintah AS dalam wawancara denga majalah Rolling Stone, merupakan sosok berpengaruh yang ungkapannya tersebut juga menjadi bukti tentang menurunnya semangat untuk menang dan berperang menghabiskan waktunya di Afghanistan. Komentar Sang jenderal tersebut mengindikasikan bahwa kalutnya perencanaan lanjutan mengalahkan Taliban, dan menggambarkan kehebatan pasukan sekutu ternyata tidak sehebat dalam berita dan cerita.

Entah apa yang sebenarnya ada dalam angkatan bersenjata Taliban, mengapa sehingga hari ini keberadaannya semakin menambah deretan kekalutan panglima Amerika Serikat.

Berbagai jenis pesawat tempur dan peralatan canggih dikerahkan, berbagai taktik dan analisa perang juga muncul dalam rangka menundukkan dan memusnahkan milisi Taliban, ditambah pesawat kendali jarak jauh (pesawat tak berawak), kemudian berbagai satelit di angkasa juga dilibatkan, namun, setelah sembilan tahun perang sejak tahun 2001, belum juga membuahkan kemenangan bagi Amerika Serikat, yang kini kondisi perang Afghanistan menghadapi tahap kritis. Kendati waktu penarikan pasukan seperti yang dijanjikan AS semakin dekat, kemajuan di daerah itu belum memenuhi ekspektasi.

Bahkan pada bulan Juli 2010 lalu, Jenderal David Petraeus, panglima tertinggi misi di Afghanistan mengatakan bahwa pertempuran yang dihadapi lebih sulit dari yang diperkirakan. Petraeus memimpin 150 ribu pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan, setelah ada penambahan pasukan tempur baru.

Perkembangan selanjutnya rupanya belum ada kejelasan, bagaimana ujung dari cita-cita Amerika di Afghanistan. Lebih buruk lagi setelah adanya informasi dari Wikileaks, yang menyebutkan berbagai perilaku tentara NATO/Amerika yang menunjukkan kondisi fatalisme akut dan keputusasaan melawan milisi Taliban, sehingga berperilaku seolah sebagai orang yang tidah sehat mentalnya.

Peralatan canggih Amerika "bukan canggih" bagi Taliban

Peralatan canggih Amerika "bukan canggih" bagi Taliban

Taliban yang dahulunya merupakan sekutu Amerika, pada saat peperangan Afghanistan melawan Uni Soviet, dipimpin Mullah Omar, hanya bersenjatakan peralatan kuno dan tidak seberapa canggih. Pada awal peperangan tahun 2001, banyak yang mengira bahwa akan mudah mengalahkan Taliban. Dengan pesawat supercanggih Amerika ditambah pasukan NATO, menyerang dengan gegap gempita sambil menyanyikan lagu-lagu kemenangan. Al hasil, beberapa hari saja, memang pemerintahan Taliban tumbang dan pejabatnya banyak yang menyerahkah diri dan ditangkap. Tetapi ternyata dugaan bahwa mudah mengalahkan Taliban, menjadi berbalik arah, sebab sehingga hari ini, setelah berbagai peralatan canggih dikerahkan, dana milyaran dolar dihabiskan, ribuan tentara penjajah mati, hingga detik ini Taliban belum dapat ditumpas sampai tuntas.

Taliban bahkan masih menunjukkan eksistensinya yang gemilang beberapa kali memenangi pertempuran secara tak terduga di beberapa sebagian wilayah Afghanistan.

Bisa dibandingkan seandainya hanya Amerika sendirian yang menyerang Taliban, maka akan semakin kocar-kacir tidak karuan.

Kemungkinan bom nuklir untuk menyerang Taliban?

Setiap peperangan oleh Amerika dipastikan sudah ada planning dan draf penyerangan menggunakan bom nuklir, senjata andalan Amerika, sebagaimana sudah mampu mengalahkan Jepang dalam Perang Dunia II. Akan tetapi realisasi menggunakan bom nuklir tentunya mengestimasikan sebuah kemenangan, sehingga bom yang dijatuhkan tepat sasaran dan tidak justru membuang sisa radioaktif tanpa hasil memuaskan.

Amerika bukan negara yang memiliki pertimbangan kemanusiaan jika sudah berbicara soal bom nuklir. Jadi pertimbangan mengapa sampai detik ini tidak menggunakan senjata nuklir tentu bukan alasan kemanusiaan dan perlindungan terhadap lingkungan sekitarnya terkait jejak bom nuklir yang bisa merusak alam sekitarnya, tetapi ini berdasarkan kemungkinan kecil mencapai kemenangan meskipun menggunakan senjata nuklir melawan Taliban. Kenyataan ini menjelaskan bahwa arsitek perang Amerika dan NATO melawan Taliban juga tidak melihat ada kemenangan walaupun bom nuklir dijatuhkan di Afghanistan, berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut (menurut penutis):

  1. Senjata bom nuklir hanya mampu mengalahkan sasaran yang terkonsentrasi dalam satu lokasi seluas kurang lebih 50 mil. Zona terluas yang mampu dijangkau bom nuklir sebesar 20 megaton adalah 35 mil. Zona 40 mil merupakan zona aman dari radiasi dan jangkauan ledakan nuklir. Jadi 50 mil dari pusat ledakan bom nuklir lebih bebas dari efek nuklir
  2. Pasukam milisi Taliban merupakan pejuang yang sudah mempertimbangkan kondisi adanya kemungkinan serangan bom nuklir ini, sehingga sudah dipastikan akan membentuk koloni-koloni kecil dalam setiap radius 50 mil.
  3. Serangan 20 megaton bom nuklir tidak mungkin dijatuhkan hanya untuk membunuh sebuah koloni Taliban yang berisi milisi Taliban dalam jumlah kecil.

Perang adalah perang, hanya ada dua pilihan menang atau kalah. Bagi Amerika, semenjak jatuhnya pemerintahan Taliban, selalu mengisi hari-harinya dengan mimpi dan khayalan tentang kemenangan dan kehebatan tentaranya, sedangkan di daerah-daerah di Afghanistan semakin menguat dan menunjukkan tidak adanya kata menyerah dalam berperang melawan tentara modern sekelas Amerika dan NATO.

Haruskah Amerika akan bernasib sama seperti pada saat melawan tentara Vietkong di Vietnam, dengan mundurnya pasukan Amerika dari Afganistan dengan memalukan dan terhina? Terima atau tidak, saat itu akan menjelang juga.

Pertimbangan lainnya, melihat kembali Uni Soviet dalam perang di Afghanistan, di mana pada puncak penghabisan melawan tentara Afghanistan ketika itu, Uni Soviet telah mengerahkan 320 000 pasukan di Afganistan selama usaha yang dilakukannya untuk menduduki Afghanistan pada tahun 1980an. Pada akhirnya, Uni Soviet meninggalkan wilayah itu dengan dipermalukan dan dikalahkan. Marsekal Sergei Akhromeyev, panglima angkatan bersenjata Soviet ketika itu, menyimpulkan invasi itu dalam laporannya di politbiro Uni Soviet di Kremlin pada tanggal 13 November 1986 bahwa: “nyaris hampir tidak ada bagian penting tanah Afghanistan yang belum pernah diduduki oleh salah satu prajurit kita suatu waktu atau lainnya, “kata komandan itu. “Namun demikian, sebagian besar wilayah itu tetap berada di tangan para teroris. Kami mengontrol pusat-pusat propinsi, tetapi kami tidak dapat mempertahankan kontrol politik atas wilayah yang kita merebut.” Dia menambahkan: “tentara kami tidak bisa disalahkan. Mereka telah berjuang dengan luar biasa berani dalam kondisi buruk. Tapi untuk menduduki kota-kota dan desa-desa untuk sementara waktu hanya memiliki nilai yang kecil dalam negeri yang begitu luas, di mana para pemberontak bisa menghilang begitu saja ke atas bukit.”

Amerika akan mengubah bahasa Kekalahan melawan Taliban dengan bahasa lain

Di bawah ini beberapa kemungkinan Amerika akan menggunakan bahasa lain untuk menggantikan bahasan “kekalahan melawan Taliban”:

  1. Amerika akan menggantikan “kekalahannya di Afghanistan” dengan “penyerahan kekuasaan Afghanistan kepada pemerintah demokratis Hamid Karzai”
  2. Amerika akan merubah kekalahannya dengan kalimat “peperangan sudah usai, sebab Taliban sudah tidak memiliki pendukung di seantero Afghanistan”.
  3. Amerika kekurangan anggaran untuk alokasi perang
  4. Amerika sudah berganti pemerintahan
  5. Amerika akan menyalahkan Pakistan dalam perang melawan Taliban
  6. Amerika akan menyalahkan Iran dalam hal ini
  7. Amerika akan mundur dari Afghanistan untuk berkonsentrasi melawan Iran
http://suaramuhibbuddin.wordpress.com/2010/10/09/amerika-serikat-akan-kalah-melawan-taliban/


Taliban ternyata musuh yang sangat mahal bagi AS. Pernahkah terlintas di benak Anda berapa biaya yang harus dikeluarkan AS untuk membunuh satu orang Taliban? Jumlahnya ternyata sangat fantastis dan cukup membuat pemerintah AS bangkrut membiayai perangnya di Afghanistan.

Matthew Nasuti dalam artikelnya yang dimuat di situs Kabul Press mengumpulkan data dan menganalisa berapa biaya yang dikeluarkan militer AS untuk satu nyawa seorang Taliban. Ia melakukan kajian kecilnya itu untuk menandingi informasi-informasi semu yang dirilis Departemen Pertahanan AS tentang kemajuan yang dicapai AS dalam perang di Afghanistan. Padahal situasi yang sebenarnya sangat bertolak belakang.

Hasil analisanya, Nasuti menyimpulkan bahwa Pentagon harus mengeluarkan biaya sekitar 100 juta dollar untuk membunuh satu orang Taliban. Bahkan dalam perkiraan yang paling konservatif, Pentagon sedikitnya mengeluarkan dana sebesar 50 juta dollar untuk satu nyawa seorang Taliban. Sungguh sebuah angka yang fantastis mengingat tentara-tentara AS di Afghanistan dilengkapi dengan persenjataan militer yang serba canggih, tapi ternyata membunuh seorang musuh dari kelompok Taliban, bukan perkara yang gampang dan murah buat mereka.

Nasuti melakukan perhitungannya berdasarkan data:

  1. Kekuatan Taliban saat ini sekitar 35.000 pasukan (berdasarkan asumsi militer AS)
  2. Jumlah pasukan Taliban yang terbunuh oleh Pasukuan Koalisi asing setiap tahunnya sekitar 2.000 orang
  3. Biaya Langsung yang dihabiskan Pentagon untuk perang di Afghanistan selama tahun 2010 sebesar 100 milyar dollar
  4. Biaya Tidak Langsung yang dihabiskan Pentagon untuk perang di Afghanistan selama tahun 2010 sebesar 100 milyar dollar

Jika total biaya yang dihabiskan Pentagon setiap tahunnya, sebesar 200 milyar dollar dibagi dengan jumlah militan Taliban yang terbunuh setiap tahunnya oleh pasukan koalisi, yaitu sekitar 2.000 orang, maka hasilnya adalah 100 juta dollar untuk membunuh satu orang Taliban. Jika jumlah Taliban yang terbunuh tiap tahunnya dinaikan dua kali lipat pun, Pentagon masih harus mengeluarkan dana yang besar untuk mencabut nyawa satu orang Taliban, yaitu berkisar 50 juta dollar ! Dalam artikel itu dituliskan, bahkan kemungkinan biaya yang dikeluarkan Pentagon untuk membunuh musuhnya itu jauh lebih besar dari perhitungan tersebut.

Jadi, berdasarkan data diatas, jika Pentagon ingin membunuh semua militan Taliban yang ada sekarang, maka pemerintah AS harus mengeluarkan biaya sebesar 1,7 triliun dollar, yang notabene biaya perang itu diambil dari pajak yang dibayarkan rakyat AS. Entah bagaimana reaksi rakyat AS jika tahu perhitungan ini, betapa tak berkualitasnya tentara AS karena hanya untuk membunuh satu orang Taliban membutuhkan biaya begitu besar.

Selama ini Pentagon selalu mengungkapkan alasan terkait mahalnya biaya perang di Afghanistan, bahwa militer AS menggunakan peralatan-peralatan mekank, komputerisasi, dan persenjataan yang harganya mahal. Belum lagi keberadaan para kontraktor sipil jumlahnya mencapai 150.000 kontraktor. Mereka disewa untuk memberikan perlindungan, dukungan kekuatan sampai menyediakan makanan bagi para personel militer AS di Afghanistan, yang semuanya membutuhkan biaya besar.

Kenyataannya, para personel AS di Afghanistan sering mengalami keterlambatan kiriman logistik dan senjata yang digunakan juga sering bermasalah, seperti senapan yang sering macet atau bom-bom pintar yang ternyata tidak sepintar yang digembar-gemborkan. Publik Amerika, menurut penulis artikel itu, dipastikan akan geram jika tahu rendahnya kualitas persenjataan personel militer AS yang dibeli dengan uang pajak mereka dan Pentagon tidak pernah transparan dalam masalah ini.

Jika kondisi ini terus berlangsung maka Taliban merupakan "tentara-tentara super" yang akan menggerogoti keuangan AS dan militer AS pada akhirnya harus siap mengalami kekalahan yang memalukan di Afghanistan.

Pentagon tidak pernah mau memberitahu berapa jumlah Taliban yang telah terbunuh selama hampir sepuluh tahun invasi mereka ke Afghanistan. Pentagon tak berani malu, karena Taliban yang berhasil mereka bunuh jumlahnya sangat sedikit. Organisasi-organisasi media yang secara independen melakukan perhitungan jumlah Taliban yang terbunuh oleh pasukan koalisi berdasarkan laporan resmi dan laporan-laporan media massa. Dari hasil perhitungan mereka diketahui, bahwa data Pentagon tentang jumlah Taliban yang diklaim berhasil dibunuh oleh pasukan koalisi, ternyata tidak kredibel. Diperkirakan hanya 50 persen dari jumlah yang disebut sebagai Taliban oleh Pentagon yang benar-benar anggota Taliban. Selebihnya adalah para pelaku kejahatan kriminal, pedagang narkoba, atau warga sipil yang mempertahankan rumah mereka.

Berapa sebenarnya biaya perang di Afghanistan juga tidak pernah jelas karena Pentagon tidak merilis semua biaya langsung dan tidak langsung yang sudah dikeluarkan untuk perang itu. Laporan-laporan mengenai biaya, terutama biaya-biaya untuk operasi militer yang dilakukan di Aghanistan diklasifikasikan sebagai laporan rahasia dan disembunyikan. Namun laporan-laporan memperkirakan, sampai bulan Oktober 2010, Pentagon sudah menghabiskan biaya sebesar 105 juta dollar untuk perang di Afghanistan. (ln/KP)

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/hebatnya-taliban-bisa-bikin-as-bangkrut.htm




Rabu, 02 Februari 2011

Suara

Sejenak aku berpikir tentang suara
Suara... tak bisa dilihat
Pun tak bisa diraba
Namun ia bisa didengar
Anehnya... suara bisa memantul
Kayak bola aja
Juga bisa meresap
Seperti zat cair dong
Suara juga bisa merambat
Menembus dinding
Subhanallah
Ada makhluk yang seperti itu
Energi yang luar biasa

Mungkin sama halnya seperti cahaya
Bisa dilihat namun tak bisa dilihat

Bukan zat padat
Bukan zat cair
Bukan pula zat gas

Mereka bilang energi.