AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 20 Januari 2013

Katakan TIDAK untuk Menyontek

Adalah suatu kesyukuran. Ya, aku bersyukur pernah merasakan indahnya belajar di PM Gontor Putri tercinta. Aku rindu suasana ujian di pondok. Sepi... senyap... semua berjibaku menjawab soal sendiri-sendiri. Tenang.... sportif... jujur.... Nilai pendidikan semacam inilah yang berharga. Yang menyentuh. Yang berkesan. "Ujian... jarum jatuh terdengar". Subhanallah, nilai pendidikan semacam ini yang harus disyiarkan.

Untuk apa ada ujian jika muridnya saling menyontek? Atau bahkan gurunya sendiri yang membantu memberikan jawaban. Jika budaya menyontek terus dibiarkan, tak perlu ada ujian. Hanya formalitas. Omong kosong. Hanya menghabiskan dana.

Wajar saja para pejabat banyak yang korupsi, sejak kecil sudah biasa menyontek. Sejak kecil sudah biasa tidak jujur, menghalalkan segala cara. Mana nilai pendidikan yang sebenarnya?! Kalau semacam ini terus, pendidikan hanya akan menjadi lembaga bisnis.  Guru takut kehilangan murid. Guru malu jika nilai akademik muridnya jelek. Maka guru mengizinkan menyontek. Untuk apa nilai akademik yang tinggi jika harus menghancurklan akhlak. Akhlak hilang hanya untuk nilai akademik palsu.

Yang perlu menjadi prinsip dalam dunia pendidikan adalah "Jangan pernah takut tidak mendapatkan murid. Jangan pernah takut kehilangan murid." Selama lembaga pendidikan tersebut berpegang pada nilai-nilai pendidikan yang benar, pasti akan menang, meskipun semua harus diraih dengan pengorbanan.

Jika ada murid yang keluar dari sekolah karena sekolah tersebut menerapkan peraturan ujian yang benardan tanpa kecurangan, berarti murid tersebut jelas tidak punya niat baik dalam belajar. Begitu sebailiknya.

Jika otak dan mental anak masih sehat, pasti dia akan memilih ujian tanpa menyontek. Yang perlu ditanamkan oleh para guru dalam jiwa anak didik adalah rasa percaya diri dan tidak menggantungkan orang lain. Jangan pernah coba-coba mengandalkan contekan. Bisa atau tidak bisa, jawab sendiri. Sportif, jujur. Nilai kejujuran jauh lebih mahal dari sekedar nilai akademik.Lebih baik nilai 50 tapi hasilnya sendiri, dari pada nilai 100 tapi hasil menyontek. Bagi yang nilai akademiknya rendah, tak perlu berkecil hati. Tak perlu minder. Pasti mereka punya kelebihan lain yang masih tersimpan. Disinilah peran guru memberikan motivasi dan isolator untuk mencari dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Bukan hanya dalam hal akademik.

Bayangkan, untuk menghadapi ujian, anak anada berjibaku belajar dari selesai maghrib sampai jam 10 malam. Sore hari dia juga belajar lagi. Sedangkan ada anak orang lain  yang juga sama-sama menghadapi ujian. Namun, anak tersebut tidak belajar.

Ketika ujian, anak orang lain tersebut dengan enak bertanya alias menyontek jawaban milik anak anda. Relakah Anda? Kalau begitu mendingan gak usah belajar. Menyontek saja semua. Inikah yang dimaksud pendidika?!

HMMM... mereka memperdebatkan kurikulum. Lihatlah realita. Ketika guru mengajar, mayoritas anak-anak tidak mendengarkan, gaduh, bahkan ada yang keluar kelas. Dan ketika ujian, mereka ribut mencari contekan.



Pendidikan di Negeri Ini

Ah, aku bingung dengan pendidikan di negeri ini. Berubah terus.
Hmmm semoga semua berniat baik.
Bukan karena uang

Akhlak dan Keluarga

Akhlak, Moral, Kesopanan....

Percaya atau tidak, akhlak anak-anakmu ditentukan oleh keluarga. Coba saja perhatikan anak-anak yang akhlak dan kesopanannya minus. Lalu perhatikan keluarganya. Dan sekarang perhatikan anak-anak yang sopan, dan perhatikan pula keluarganya.

Pernahkah kau temukan anak yang tidak pernah sholat, padahal dia sudah baligh? Kembali lihat keluarganya.

Adalah realita, faktor yang paling berpengaruh bagi perkembangan anak adalah keluarga.

Aku Bersyukur

Aku bersyukur...
Untuk haramnya botol-botol itu
Ah, isinya...
Kalaulah isi botol-botol itu tak haram, mungkin aku telah menikmatinya bersama beban yang mengiris jiwa
Agar ruh ini melayang
Meskipun aku tahu itu bukan pengancur beban...
Ya, aku bersyukur...

Teman

Teman...
Masih adakah kata teman di dunia ini
Ah, mungkin itu cuma ucapan bibir

Lihatlah
Mereka bilang dulu dia punya banyak teman.
Dimana kaki menapak
Disitu semua wajah menyapa
Dari semut sampai gajah
Tiada yang tak menjadi teman.

Tapi aneh.
Aneh bin lucu
Kini ia terjatuh
Kemana semua yang katanya teman
Kemana wajah-wajah yang dulu tak lepas dari sapaan dan senyuman.
Teman... mungkin topeng itu telah usang
Atau sudah menjadi adat
Dimana ada gula disitu ada semut
Jika kau beruang, teman mendekat
Jika kau tak beruang, lawan mengancam.
Ya...
Teman itu masih akan ada jika kau beruang


Andaikan...


Andaikan hidup ini terus lurus...
Andaikan semua orang punya uang yang cukup...
Tak ada lagi orang yang mengemis
Tak ada lagi para pengamen
Tak ada lagi para pedagang asongan
Tak ada lagi para pemulung
Ya, karna semua sampah sudah ditertibkan dengan hormat
Tak ada lagi tangis kelaparan
Tak ada lagi tangsi tak bisa sekolah

Semua damai
Semua sejahtera
Semua cukup
Dan semua saling menyayangi

Mustahil kau bilang?!
Bukankah tidak ada yang mustahil di dunia ini?!

Kesenjangan Ekonomi Ini Harusnya Tak Boleh Dibiarkan


Selangkah demi selangkah kakinya menapaki jalan... pelan... bahkan sangat pelan.... di usianya yang tengah bersinggasana tahta eyang putri. Dan tiap pagi.... pun senja hari... dan tiap hari... selalu... dan selalu... Lagi-lagi untuk perut. Untuk uang. Sungguh aku menangis melihatnya.

Ah, aku benci dirimu uang! 
Sudah banyak dan banyak luka di hati karena uang.
Dan entah berapa banyak lagi potret menyayat batin karena uang.

Mereka yang berkipas uang uang, dengan nyaman duduk di mobil mewah, membeli baju dengan harga ratusan ribu bahkan jutaan, rekreasi ke tempat termahal dan terjauh sekalipun tak masalah.

Namun, lihatlah potret di samping mereka. 
Ah, aku tak tega menjelaskannya.
Ada ribuan potret menyedihkan.
Ada luka...
Ada jutaan tangsi disana...

Inikah dunia???!!!
Dunia macam apa ini????!!!
Ini kesenjangan ekonomi yang harusnya tak boleh dibiarkan.

Dimana peran mereka yang suka menghambur-hamburkan uang?!
Hai kaum Borjuis!!
Ah, lupakan mereka.
Para borjuis itu terlalu egois menggendutkan perut dan keuarganya sendiri.
Hey, lihatlah, banyak juga di antara mereka para maling.
Wow, aneh.
Maling itu bisa tinggal di istana.
Petentang-petenteng membanggakan jabatan.
Ah, jabatan palsu.
Sejatinya mereka adalah maling.
Ya MALING!

Uang dan Dunia



Uang. Kapan ya uang tidak berharga. Haruskah menunggu datangnya hari akhir untuk bisa lepas dari rantai menghamba pada uang. Atau mungkin bila maut menjemput, barulah sadar bahwa Tuhan kita bukanlah uang.

Untuk uang, dia rela bicara berjam-jam. Ah, aku saja letih mendengarnya, apalagi ia yang terus bicara. Untuk uang dia rela memasang topeng tembok. Jujur aku salut dengan keberaniannya. Dan aku kasihan juga kepadanya.

Bermacam-macam cara hamba-Nya mencari rizki.

Aneh ya, bisa-bisanya aku kasihan padamu. Padahal, mungkin harusnya akulah yang lebih pantas dikasihani.

Hidup...
Inilah dunia...

Detik ini hatiku menangis untuk satu potret dunia.

Untuk Indonesiaku.


Malam ini aku merenung bagaimana agar Indonesia berubah lebih baik. Apa langkah yang harus dilakukan:

  1. Orang-orang yang duduk di DPR, MPR, BUMN, MA, KY, dan seluruh lembaga maupun departemen negara harus orang-orang yang bermental baik. Jangan sampai lembaga negara diduduki oleh para pencuri.
  2. Perbaiki sistem pendidikan. Standar sistem pendidikan yang ideal.... yang seperti Gontor lah.
  3. Transparansi birokrasi. Semua dilaporkan dengan jelas kepada rakyat. Mulai dari gaji para pejabat negara (kepala desa sampai presiden) sampai berbagai proyek milik negara.
  4. Turunkan gaji pejabat negara. Masa' gaji DIRUT BUMN 25 - 75 juta sebulan, sedangkan gaji buruh 1,5 juta sebulan. Wooww... keren.... 1:25. Ckckckck...... kesenjangan ekonomi banget kan.
  5. Tingkatkan produksi dalam negeri. Minimalkan import. Ets, bukan produksi TKI lho yaa....
  6. Tegakkan sistem hukum di Indonesia. Buang POLRI-POLRI dan penjaga-penjaga LAPAS yang mentalnya bisa dijilat dengan uang.
  7.  Akhlak man! KELUARGA. Perbaiki moral dan jiwa tiap individu, mulai dari anak, ibi, bapak. Semua sholeh dan sholehah.


Berita Sekitar Bulan November 2013


Sudah 3 bulan lebih aku nggak pernah baca koran. Maklum, koran belum masuk desa. Kalaupun masuk desa, sepertinya gak laku juga. Paling korang bekas yang laku. Buat bungkus bumbu dapur ma ibu-ibu penjual bumbu dapur di pasar.

Televisi pun aku tak punya. Ada sih TV lama, tapi rusak. Pernah diperbaiki trus rusak lagi trus dibiarin dech. Ketinggalan berita dunk? Yui, Gak tau berita di TV lah. Tapi nyantai aja, coz masih ada radio di HP kok. Paling dengerin berita-berita terbaru ya di radio. Gak percaya? Mau ngetes nich!? Oke-oke, Ini nich berita terbaru yang kudengar dari radio:

1. Diego Michael melakukan pemukulan saat pertandingan sepak bola TIMNAS Indonesia VS Timur Leste.
2. DPR, eh, maksydku beberapa anggota DPR melakukan pemerasan kepada BUMN.
3. Beberapa anggota DPR melakukan aksi penggelembungan rancangan APBN.
4. Ola, jadi gak sich pemberian grasinya? 

Menanggapi berita seputar Ola, kasihan juga sich kalo grasinya dicabut. Dihukum mati dunk dia. Tapi kalo kasihan-kasihan terus, kapan tegaknya cuy hukum di Indonesia. 

Kalo kayak gini aku jadi inget Amrozi. Amrozi saja dihukum mati. Padahal yang dia bom itu diskotik. Tempat orang-orang dugem, mabuk-mabukan, dan rawan seks bebas. Meskipun ada yang bilang cara dia salah, radikal ( istilah dari barat nich yang enggak banget), ekstrem, keras, dll.  Akibatnya ada negatifnya juga sich. 

Amrozi saja dihukum mati. Apalagi setingkat Ola yang jelas-jelas kalau dibiarkan bisa menjadi virus perusak mental generasi bangsa.

Oya, inget Amrozi jadi inget Bali. N inget bulekku yang beberapa bulan lalu habis jalan-jalan dari Bali. "Pantes wae Amrozi ngebom diskotik iku. Orang di diskotik itu semuanya pada joged-joged, dugem, mabok-mabok, campur laki-laki perempuan."

Bagi yang biasa dugem ke diskotik, mungkin itu hal biasa. Tapi kalau hal semacam itu terus dibiarkan, mau dibawa kemana bangsa ini? Bapak-bapak pada dugem cari cewek lain. Akhirnya keluarga berantakan. Anak tidak terdidik lagi. Kalau anak sudah jauh dari pengawasan dan perhatian orang tua, ya rusaklah sudah. Kalau seperti itu terus dibiarkan, bagaimana Indonesia akan berubah? Bagaimana Indonesia akan maju?

Sibuk dalam Diam.....


Yups, lama aku tak menulis. Vacum. Membaca pun jarang. Entahlah, mungkin lingkungan kali ya. Ah, gak usah mengkambing putihkan lingkungan.

Dan sekarang cap cus, aku mulai menulis lagi. Meskipun gak jelas juga apa yang kutulis. Yang penting terus menulis......!!!! GO.....!!!!!!!!!! (mau pergi kemana buk?)

Barusan baca buku Cara Keren Nulis Cerpen karya Budi Maryono. Ada kata-kata menarik buatku. Gini nih kata si Budiman, eh maksudku Budi Maryono. "Saat naik bus kota, orang biasa ya naik aja, nggak mikirin hal-hal di luar dirinya, nggak ngembaraain hayalan kemana-mana. Paling banter malah mikirin utang. Sedangkan, pengarang atau orang yang punya bakat jadi pengarang pasti sibuk dalam diam......." Gue banget tuh! Hehehee... Lanjuut...! "Saat lihat sopir berwajah muram, dia akan ngebayangin apa yang terjadi sebelum si sopir kerja, entah pagi entah malam sebelumnya.: Tuukaan... beneran gue banget, apalagi yang sibuk dalam diamnya itu. Bedanya sih aku gak ngebayangin apa ya yang terjadi dengan si sopir sebelum kerja. Tapi aku ngebayanginnya.... kapan ya aku bisa nyopir mobil kayak pak sopir ini. Atau aku mantengin dalam diam tato gede-gede di lengan sang kondektur. "West, jaga pandangan Non!" Kalo gak gitu yaa aku paling mikir.... "Kok gigi pengamen ini habis kayak patah-patah gitu ya? Hmm... pasti gara-gara NARKOBA." Aku sotoy 12 X. Sok teuuu... Tapi dugaanku sepertinya benar.

Tapi kadang aku juga tidur deng. Eh, salah. maksudku tertidur. Lebih tepatnyaa... apa ya? Istilah kerennya nich TO'TOAN. Jedak jeduk entah berapa kali kepalaku kejedot kaca jendela. Kacian... kaca jendelanya. Hmmm kalo dah kayak gitu tandanya aku bener-bener capek. Coz aku tuh paling anti tidur di dalam kendaraan umum. Aku paling suka mantengin jalan dan sekitarnya sambil sibuk dalam diam...