AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Senin, 30 Mei 2016

Mengingat Akhirat



             Hidup bukan hanya sekedar mencari uang. Harus ada nilai ibadah di dalamnya. Meskipun kau tahu apa yang kau lakukan tak sebanding dengan uang yang kau terima. Jangan niatkan untuk mencari uang. Karena pasti kau akan kecewa dan hanya butir-butir ketidak ikhlasan yang kau rasa. Niatkan untuk mencari pahala dari-Nya. Untuk tabungan di akhirat. Bukankah itu jauh lebih manis. Menabung untuk dunia, itu sih sudah biasa. Namun menabung untuk akhirat, itu yang luar biasa. 

            Tetap syukuri apa yang ada. Meskipun sedikit kekurangan. Meskipun hanya makan nasi dengan sambal. Makan untuk hidup. Bukan hidup untuk makan. Bukankah semua yang ada pada kita ini hanya titipan yang suatu saat akan diambil-Nya. Bukankah kita di dunia ini hanya mampir . Tujuan kita Akhirat. That’s the truly life. Berapa lama sih dunia. Paling 60 atau 80 tahun. Akhirat kekal. Ingatlah selalu akhiratmu. Agar kau tak mengeluhkan duniamu. Sudahkah kau menyiapkan bekal untuk akhiratmu?!

 

* Rabu, 6 Januari 2016

Dunia Panggung Sandiwara



Nike Ardila pernah nyanyi “Dunia ini panggung sandiwara”, yup, aku setuju banget dengan lirik lagu itu. Kini aku menemukan di realita nyata. Dan realita itu penuh dengan kepalsuan, topeng, kebohongan, pura-pura. Bahasa kasarnya kemunafikan. Di depan tersenyum, namun di belakang menikam. Dasar penjilat berjiwa serigala. Kalau kau menikam di belakang, tak usah kau menjilat dan bertopeng senyuman di depan. Biasa ajalah, benar-benar penuh dengan kemunafikan. Yup, this is live. Hidup yang penuh dengan topeng kepalsuan. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya. 

*Sabtu, 19 Desember 2015