Kemaren adalah saat pertama kali aku menyaksikan dengan mataku sendiri saat bagaimana kondisi jasad menjelang kematian. Dan aku tidak sanggup menahan air mataku untuk tidak keluar. Aku membayangkan bagaimana jika itu terjadi pada orang-orang yang kusayangi. Pada keluargaku. Pada ibuku, bapakku, anakku, suamiku, atau kerabat dekatku. Dan aku hanya bisa menangis. Jika melihat hal demikian, rasanya dunia begitu singkat. Ya, hanya mampir. mampir untuk mencari bekal di kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan akhirat.
Sedih.... Sebuah pukulan keras menghantam pikiranku. Aku kembali teringat akan dosa-dosaku. Mampukah kelak aku mempertanggungjawabkan kehidupan duniaku? Pantaskah aku masuk surga? Ah, aku sering lalai dalam sholat. Sudah mendengar adzan namun aku masih saja sibuk dengan urusan duniaku. Seakan aku tak akan pernah mati. Sama sekali tidak mengingat kematian. Mengakhirkan sholat. Mungkin juga tanpa kusadari ucapanku ada yang menyinggung perasaan orang lain. Atau sikapku mungkin. Aku juga terkadang tidak bisa menahan marahku. Aku kadang berkata kasar pada bapak dan ibu, pada anak-anak didikku. Dan mataku setiap hari menonton acara-acara televisi yang kurang bermanfaat, hanya berisi hiburan yang mempertontonkan aurat. Akupun jarang membaca al-Qur'an, jarang bertahajjud. Ah, dosa-dosaku jauuuuuuhhhhhhhhhhhhh berlipat-lipat tak terhitung. Sama sekali tidak sebanding dengan amal baikku.
Namun sungguh, kelak aku ingin berada di surga, bersama anak-anakku, suamiku tercinta, kedua orang-tuaku, keluargaku, dan orang-orang yang kusayangi.
Ya Allah, ampuni dosa hamba. Tempatkan hamba selalu di jalan yang Engkau ridhoi. Masukkan kami ke dalam surga-Mu. Aamiin....
AHLAN WA SAHLAN
Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.
Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)
Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.
Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)
Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar