Perjalanan pulangku kali ini
benar-benar spesial. Beda dengan biasanya. Yups, Perjalanan 3 jam dalam bis
Ponorogo-Jombang ternyata membuatku pengen pipis. Sebenarnya bukan naik busnya
sih yang bikin aku pengen pipis, tapi karena aku terlalu banyak minum. Ya, aku
minum air putih hampir setengah botol lebih dalam bus. Coz aku lagi batuk, and
tenggorokanku serek, jadi ya minum terus. Satu-satunya jalan ekskresi hanya
melalui urine, coz bus full AC, jadi aku gak berkeringat sedikitpun. Nyampek
kertosono aku dah pengen pipis. Waduh, gimana nih, masa aku mau pipis di bus.
Hihihiiii... Aku tahan... hampir setengah jam lebih. “Lima belas menit lagi
Luk..”, hiburku dalam hati. Padahal aku tahu perjalananku masih sekitar
setengah jam lebih. Dan akhirnya.... akuuu... Hah?!! Ngompol di dalam bus???
Enggak la yaww!
Akhirnya aku mengambil ranselku yang
lumayan berat. Isinya baju-bajuku yang dah gak kupakai lagi. Aku melangkah
menuju pintu depan. “Pak, terminal Jombang masih jauh ya Pak?”, tanyaku kepada
sang kondektur.
“Masih jauh Mbak.”, jawab sang
kondektur.
“Pak, turun di pom bensin
terdekat.”, ujarku
“Mau ke toilet ya Mbak?”, tanya sang
kondektur. Tau aja nih sang kondektur.
Aku mengiyakan.
Sang sopir menurunkanku di pinggir
jalan dekat pertigaan. 50 meter ke kanan ada toilet umum, jadi aku gak perlu
menunggu lama untuk sampai di pom bensin. Aku mengikuti arahan sang sopir,
setelah sebelumnya aku dengan PEDEku nongol di depan toko milik orang china
“Cik, boleh numpang ke toilet!”, pintaku.
“Sebelah situ Mbak ada toilet umum.
Nyebrang terus jalan 50 meter”, seorang mas-mas, sepertinya sih pembeli,
memberiku arahan lain. Hmm... susahnya numpang pipis zaman sekarang. Mau pipis
aja harus bayar.
Selesai dari toilet aku bingung mau
ke terminal naik apa. Kalau bingung ya tanya, tapi liat-liat dulu mau tanya ke
siapa. Coz, banyak penipu oy. Aku melihat seorang mbak-mbak. Kutanya aja deh
dia. “naik angkutan mbak.”, gitu jawabnya.
Sepuluh menit aku menunggu di
pinggir jalan. Hampir saja aku memberhentikan mobil ceri. Hihihii... Untungnya
aku ingat kalau mobil angkutan umum tuu... platnya warna hijau. Hmm... Akhirnya
ada angkutan juga. So, Cap Cus. Go ke terminal.
Di tengah jalan, mobil berhenti. Ada
penumpang yang mau naik oy, seorang kakek, berkemeja putih plus celana hitam.
Rapi. Necis. Semua tersetrika licin. Wah, jadi bikin aku inget bapakku aja nich. Aku duduk berhadapan
dengan sang kakek. Penumpangnya Cuma berdua. Kasihan juga aku melihat Pak
Sopir. Ya, this is life. Keras. Kejam.
Setelah diem-dieman hampir lima menit, sang kakek
bersuara. Basa-basi gitu, tanya mau kemana. Ah, pertanyaan wajaar. Kujawab aja
mau ke Terminal. Sang kakek bicara lagi. Kali ini aku benar-benar terkejut.
Dalam Hati aku sebel juga sih dikit. “PEDE banget nih Kakek”. Sang kakek bilang
ongkos dia kurang tiga ribu. Aku diminta membayarinya. Wuih... baru ngobrol
satu dua kata dah minta dibayarin. Gayanya uangnya kurang, padahal bajunya
necis Oy. Bawa ayam jago lagi. Habis beli ayam jago sepertinya. Sang kakek
mendesak. Aku gak mengiyakan. Aku Cuma tersenyum. Tersenyum aneh. Asli gak
tulus banget senyumku. Ah, ni Kakek, aku Cuma membawa uang lima puluh ribu.
Cuma itu satu-satunya uang terakhirku. Tadi sudah terpakai empat belas ribu
buat ongkos naik bus. Tinggal tiga puluh enam ribu nih. Tiga puluh enam ribu
ini untuk naik bus Jombang-Babat sembilan ribu. Trus naik bus lagi
Babat-Semlaran tiga ribu. Trus naik Ojek Semlaran-Rumah lima belas ribu. 9 + 3
+ 15 = 27. Ah, masih cukup kok. Bersyukur juga aku berangkat dari rumah ke terminal
Ponorogo diantar temanku. Jadi aku bebas bayar ongkos ojek lima belas ribu.
-Teman adalah kekayaan yang tak ternilai-.
“Dia memelihara ayam mungkin Luk...
Atau dia cuma tinggal berdua sama istrinya. Anak-anaknya pergi jauh, jadi dia
sendiri yang belanja.” Hati baikku berhusnudzon.
Sampai di terminal, aku segera
turun.
“Pinten Pak?”, tanyaku kepada
sang sopir angkutan
“Gangsal ewu”, jawab Pak
sopir.
Aku memberikan uang sepuluh ribu
kepada Pak Sopir.
“Kalian Mbah niku Pak.”,
ucapku sambil memberikan uang sepuluh ribuan. Wah, hati baikku nih yang menang.
Ternyata uangku masih kembali dua
ribu. Berarti ongkos buat si kakek tadi ya Cuma tiga ribu.
Aku terus berjalan memasuki terminal
khusus untuk bus. Sempat kutengok ke belakang. Sang kakek masih berjalan agak
jauh di belakangku. Arah yang dia tuju sama seperti arahku. Apa mungkin sang
kakek tersebut mau naik bus? Hendak kemana dia?
Lalu Beberapa menit setelah itu aku tak tahu kemana
perginya kakek tersebut.
dari sumlaran terus naik ojek ke arah mana? ke utara atau selatan?
BalasHapuske utara. anak lamongan juga ya?
BalasHapus