AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Kamis, 23 September 2010

هذا من عند ربي

Aku duduk di situ
Sepuluh tahun lalu aku pernah duduk di situ
Menatap jendela kaca yang sama
Menikmati pemandangan yang luar bisa indah bagiku
Sepuluh tahun yang lalu aku menatap rimbun hijau daun-daun bambu
sambi berpikir "Mungkin sepuluh tahun yang akan datang... daun-daun bambu itu tak akan kulihat lagi. Mungkin gersang. Panas."
Alhamdulillah.....
Allah tak membiarkan pemandangan jendela favoritku gersang
Allah menyediakan pemandangan daun-daun pisang disitu.

هذا من عند ربي

Tidak ada komentar:

Posting Komentar