AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Jumat, 27 Maret 2009

Satu Muharromku


Tetesan hujan awali satu Muharramku
Membuat jiwa-jiwa lelap dalam kemalasan
Langitpun tersenyum kelabu
Tiada tampakkan sinar cerah sang surya
Sendu....
Aura angin berhembus lembut

Alunan Green Day terekam di telinga
"Wake me up when September rain......"
Irama pagi yang mempesona
Di satu Muharramku

Membuka memori sejarah Islam di masa silam
Melukiskan sebuah gua
Yang melindungi dua sosok mujahid sejati
Sebuah perjuangan dan pengorbanan
Antara nyawa dan aqidah

Sejenak terbersit di jiwa
Mampukah aku seperti mereka?
Atau aku hanya menjadi sosok pengecut tanpa aqidah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar