AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Senin, 30 Mei 2016

Pasti Ada Hikmah di Balik Sebuah Cerita

Sebuah peristiwa datang. Entah peristiwa apa menurutMu ini yang kau kirimkan padaku. Yang pasti peristiwa ini begitu kuat untuk membuatku mengalirkan sungai air mataku. Begitu deras hingga aku tak mampu membendungnya. Entah apa maksud dari skenario yang kau tuliskan untukku kali ini. Pastinya ada hikmah dibaliknya yang aku sendiri mungkin tidak begitu cerdas untuk memahaminya. Apakah kau menulis skenario ini sebagai hukuman atas dosaku? Agar aku kembali mendekat kepada-Mu? agar aku bangun dari kelalaianku selama ini? ataukah jalan terkabulnya doaku yang dulu, dulu.... sekali yang beberapa tahun ini aku hampir putus asa dan tak lagi menyebut permintaan tersebut dalam akhir sholatku. Ataukah kau sedang menguji kesabaranku dalam menyayangi dan merawat kedua orangtuaku? 

Sesungguhnya Engkau Maha Tahu. Engkaulah Sang Maestro Penulis Skenario Sejati dengan keMaha Hebatan alur cerita-Mu yang menakjubkan. Kau pisahkan tali silaturrahim, mungkin untuk sebuah hikmah. Dan kini kau dekatkan kembali tali itu melalui jembatan peristiwa yang melelahkan. Dan aku harus melalui jembatan itu. Apakah sekarang ini waktu yang tepat menurut-Mu untuk menyatukan kembali tali ukhuwah itu? Aku hanya bisa menebak-nebak sebatas kedangkalan akalku. Aku tahu pasti ada hikmah dibalik peristiwa ini. Dan aku hanya bisa berdoa, meminta kekuatan dari-Mu untuk menghadapi cerita kali ini. Agar aku menjadi lebih kuat. Agar aku menjadi lebih dewasa. Agar aku menjadi lebih bijaksana. Agar aku menjadi lebih pandai. Agar aku menjadi lebih sabar.  

Tuhan.... masih ada satu tali ukhuwah disana yang terputus. Aku memohon kepada-Mu dengan sangat agar engkau menyatukan kembali tali itu, agar tali itu menjadi kuat. Bukan hanya kuat, namun juga menjadi indah penuh dengan lampu dan bunga-bunga rasa sayang yang mendamaikan. Amiin...

30 Mei 2016, * ditulis ketika ibuku sakit
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar