AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Sabtu, 12 November 2016

Siapa yang Salah?



Bingung gak dirimu.
Mereka bilang sekarang ini zaman modern
Ilmu pengetahuan semakin maju
Begitu juga teknologi
Semua serba cepat
Canggih
Tapi…. Anehnya….
Akhlak semakin menurun
Moral manusia semakin rusak
Gak karuan
Lihatlah!... muridmu yang kau nasehati sedang memelototimu sambil “nyentak-nyentak”
Ah, mungkin aku tidak cukup kharismatik untuk ia segani.
Mungkin aku kurang berdzikir atau minim amalan-amalan sunnah
Tapi... dengan guru-guru yang lain pun sikapnya sama.
Ini yang salah muridnya, gurunya, temannya, lingkungannya atau orang tuanya?
“ROBBII… HABLII MINASSHOLIHIIN….”



               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar