AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Sabtu, 12 November 2016

Cadar atau Hijab



        Wahai para muslimah, hehee…… kayak mubalighah aja. Ceritanya aku lagi merenung. Merenung setelah menghadiri undangan walimatul urs/ undangan pernikahan. Bukan merenung mau nikah lagi. Hehee….. merenung memikirkan apa yang terlintas di hatiku kala itu.
            Dalam walimah itu aku memakai salah satu bajuku yang paling bagus. Dan mungkin begitu pula dengan para undangan wanita lainnya. Mungkin mereka juga memakai baju terbaik mereka. Bahkan bisa jadi untuk menghadiri acara tersebut mereka menjahit baju baru juga membali jilbab baru. Tak lupa aku pun memakai gelang emas yang sebelumnya jarang kupakai.
            Dan……………. Aku merenung. Untuk apa aku memakaiitu semua? Untuk apa aku berdandan, memakai baju bagus dan perhiasan? Disadari atau tidak, ada benih-benih rasa ingin pamer di hatiku. Mataku pun melihat dan memperhatikan baju-baju yang dipakai oleh para undangan lainnya. “bajunya bagus”. “kayaknya sekarang lagi ngetren jilbab panjang”, dan seabrek komentar kurang bermutu berkeliaran di benakku.
            Ah, mungkin inilah salah satu alasan bagi mereka kaum hawa yang bercadar. MENJAGA HATI. Menjaga hati dari rasa pamer, baik itu pamer kecantikan maupun pamer pakaian. Menjaga hati dari rasa ingin dipuji orang lain. Menjaga hati dari keinginan duniawi. Berdandan dan berpakaian rapi hanya untuk suami di rumah.
            Meskipun tidak semua orang berpandangan positif kepada mereka yang bercadar. Berkesan kolot, ketinggalan, radikal, dan seabrek gelar-gelar negative lainnya. Bahkan mungkin ada yang mengkait-kaitkan mereka dengan teroris tanpa alasan. Mengapa kita berpikir negative semacam itu? Mengapa kita harus mencap mereka dengan pandangan negative?  Janganlah menilai orang lain dari penampilan luarnya saja.
            Mau pakai cadar ya silahkan. Mau berjilbab panjang juga silahkan. Yang penting syar’i, dan jangan merasa paling benar. Jangan meremehkan dan menyalahkan orang lain. Peace……..
            Ets, satu lagi, JANGAN SUKA PAMER.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar