AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Senin, 18 April 2011

Ibu VS Ayah


Tulisan ini kuberi judul Ibu VS Ayah. Bukan maksudku membanding-bandingkan untuk saling memusuhi Lho... tapi untuk saling melengkapi. Ehem, langsung mulai ke pokok permasalahan.

Suatu hari ada seorang Ayah bersama seorang anak laki-lakinya. Anak tersebut tampak baru berusia sekitar lima tahun. Si Ayah berjalan mengiringi si anak memasuki sebuah rumah makan kecil yang biasa disebut dengan Depot La Tansa atau biasa disingkat DLP. Semua berlangsung damai dan aman tanpa masalah, hingga si anak melihat sebuah box es krim.

“Ayah, aku mau es krim. ", ujar sang anak mendekati box es krim.

Si Ayah mengiyakan tanpa banyak koment.

Tapi, ah, sayang sekali. Sungguh malang nasib si anak. Box es krim itu kosong. Tak terdapat satu bungkus pun es krim di dalamnya.

“Es krimnya sudah habis, Pak. », terang seorang kasir DLP kepada sang ayah.

Si anak pun menangis karena apa yang diingini tak terkabulkan.

“Es krimnya sudah habis. Nanti ayah belikan di tempat lain ya ? », bujuk sang ayah. Namun, bujukan itu sama sekali tak berpengaruh bagi si anak.

« Gak mau-gak mau... !!! », rengek sang anak tak mau diam. « Mau es krim... », tangis si anak semakin keras. Sang ayah masih terus mencoba membujuk si anak agar tenang. Tapi, lagi-lagi bujukan itu sia-sia. Bahkan si anak semakin keras menangis, ia duduk selonjoran di atas lantai sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Tampaknya kesabaran sang ayah telah habis. Si ayah pergi keluar DLP meninggalkan sang anak menangis dan merengek sendirian. Entah kemana si ayah pergi. Beberapa detik kemudian, muncullah seorang wanita memasuki DLP dan mendekati si anak tersebut.

"U... Sayang... ? ", Wanita tersebut mendekati si anak. "Yuk, sini sama Umi, Sayang", bujuk wanita tersebut yang ternyata adalah ibunya sambil merangkul si anak. Kini sang anak aman berada dalam gendongan wanita tersebut.

Rupanya si bapak tadi keluar DLP memanggil ibunya... heheee. Mungkin kesabaran si ayah telah habis.

"Eh, tu ada Yakult... ", Sang ibu mulai mengalihkan perhatian sang anak. Ia menunjuk ke sebuah lemari pendingin yang tampak dari luar penuh berisi Yakult. "Waah... enak ni ! beli Yakult yuuk... ", Si ibu membuka lemari pendingin dan memungut satu botol Yakult.

Dan sang anak pun terdiam di gendongan ibunya. Si ibu berhasil dengan mudah menenangkan anaknya. Atau... si anak sudah capek nangis kali ya.

Conclutionnya :

Emang ya, Ibu itu... beda sama ayah. Ibu itu... lebih berperasaan, lebih lembut, lebih sabar, lebih pengertian, Lebih mudah dekat dengan si anak dari pada sang ayah. Beda banget sama si ayah. Si ayah gak sabaran. Dengan kelebihan luar biasa yang dimiliki si ibu, so Pasti dong si anak akan lebih merasa dekat dan nyaman berada di samping ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar