AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 28 September 2016

For My Dearest Husband



         Maafkan aku, aku tidaklah secantik Juliet dalam kisah cinta Romeo dan Juliet. Ah, aku jauuuh….. dari itu. Maafkan aku yang tidak mampu mengimbangi ketampananmu. Aku lebih pantas menjadi Beast dalam cerita Beauty and The Beast. Hanya saja berbeda gender.

        Jika ada orang yang paling beruntung di dunia ini, aku merasa itu adalah aku. Bukan karena beruntung karena memiliki suami tampan, Bukan. Bukan itu yang membuatku merasa beruntung. Tapi karena memiliki suami yang penyayang, setia, melindungi.

            Terimakasih suamiku, karena engkau ikhlas melewati hari-harimu bersamaku.
Terimakasih engkau mau menjadi pendamping hidupku. Menjadi ayah dari anak-anak kita. Memikul tanggungjawab yang tidak ringan. Aku berdoa agar kita selalu bersama dalam suka dan duka hingga usia tua, hingga ajal, dan kelak kita bertemu di surga bersama anak-anak kita. Amiin…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar