AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 11 Januari 2009

pagi


Dingin pagi menyusup sum-sum tulangku
Mentari bangunkan jiwa-jiwa hampa
Sebuah isyarat start semua aktifitas
Raja-raja sawah mengayuh langkah
Mengadu nasib di lapangan hijau
Raja-raja pasar mulai bergerak
Memamerkan barang-barang ke setiap mata
Pasukan-pasukan kecil dan remaja
Siap berperang melawan kebodohan
Semua bergerak dan terus bergerak
Mencoba bertahan hidup
Mencari perubahan yang berarti
Dalam ganas putaran bumi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar