AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 24 Juli 2011

Pagi Ini

Pagi ini aku melihat seorang bapak usia 50 tahunan. Ia memikul galon berisi air. Mungkin bapak itu tahu bahwa berat baginya untuk memikul satu galon air penuh, jadi ia hanya mengisi 3/4 bagian dari galon. Dia terus melangkah menjauhiku. Namun aku tahu pasti kemana tujuannya.

Ah, ingin sekali kusodorkan sepedaku padanya dan menawarkan padanya "Pak, berat bawanya. Pakai sepeda ini aja Pak, dari pada dipikul kayak gitu!."

Tapi... aku hanya terpaku menatapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar