AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 20 Januari 2013

Uang dan Dunia



Uang. Kapan ya uang tidak berharga. Haruskah menunggu datangnya hari akhir untuk bisa lepas dari rantai menghamba pada uang. Atau mungkin bila maut menjemput, barulah sadar bahwa Tuhan kita bukanlah uang.

Untuk uang, dia rela bicara berjam-jam. Ah, aku saja letih mendengarnya, apalagi ia yang terus bicara. Untuk uang dia rela memasang topeng tembok. Jujur aku salut dengan keberaniannya. Dan aku kasihan juga kepadanya.

Bermacam-macam cara hamba-Nya mencari rizki.

Aneh ya, bisa-bisanya aku kasihan padamu. Padahal, mungkin harusnya akulah yang lebih pantas dikasihani.

Hidup...
Inilah dunia...

Detik ini hatiku menangis untuk satu potret dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar