AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Kamis, 03 Mei 2012

Bermimpi Yuk! Mumpung Gratis. Hehe...



Hujan,
Sore ini hujan mengguyur bumi. Aku asik membaca majalah Gontor. Membaca pidato Ustadz KH. Imam Zarkasyi. Subhanallah, pribadi yang luar biasa. Ah, mampukah aku seperti beliau? Ikhlas berjuang dalam kondisi apapun. Amin. Semoga aku bisa menjadi pribadi seperti beliau.
            Selesai membaca pidato ustadz KH. Imam Zarkasyi, aku menemukan sebuah artikel menarik tentang manfaat madu yang sungguh luar biasa. Dan pikiranku melayang. Ya, madu. Beberapa bulan yang lalu temanku membeli madu satu botol dengan harga 30.000. Kata yang menjual sih itu madu asli. Yah, namanya juga manusia. Demi uang ada saja yang tega menghalalkan kebohongan untuk mengisi perut. Untuk uang. Untuk dunia. Kata my teacher, madu yang benar-benar asli itu mahal harganya. Satu botol kecil saja bisa mencapai dua ratusan ribu.
            Aku jadi ingat, dulu ibuku pernah makan madu. Benar-benar asli baru diambil dari “unthuk” lebah. Di samping rumah tetanggaku ada sarang lebah madu. Trus madunya diambil. Ibuku dikasih. Suruh meres sendiri, katanya. Setelah minum madu efeknya langsung demam.
            Yang terpikirkan olehku saat ini adalah, bagaimana caranya aku bisa menjadi peternak lebah madu? Lalu aku menjualnya dengan harga yang murah tanpa campuran sedikitpun, jadi semua kalangan bisa merasakan manfaat madu. Bukan hanya orang yang berkantong tebal saja. Selanjutnya aku akan membuat klinik herbal tanpa bahan kimia sedikitpun. Semua memakai cara-cara seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah. Aku akan menanam berbagai jenis tanaman obat. Dan pastinya pupuknya benar-benar pupuk organik. Tak akan kubiarkan tanamanku disentuh oleh pestisida. Berarti aku harus menemukan cara terbaik dan alami untuk menangkal hama tanaman.
            Selanjutnya aku akan memproduksi makanan dan buah-buahan yang sehat tanpa pengawet. Aku juga akan menjual bibitnya untuk mengatasi jenis buah-buahan yang mudah busuk. Jadi setiap orang bisa menanam di rumahnya. Bisa menikmati buah-buahan tanpa menggunakan bahan pengawet.
Aku juga akan membuat pasta gigi dan perlengkapan lainnya. Semua halalan thoyyiban. Menyehatkan. Bagi siapa saja yang mau belajar cara pembuatannya, aku akan dengan senang hati mengajarkan. Jika aku tak sempat mengajarkan, ada rekan kerjaku yang akan menjelaskan.
            Lalu aku juga akan beternak ayam, kambing dan sapi perah. Semuanya tanpa bahan kimia. Makanannya alami. Tanpa suntikan ataupun sentrat yang membuat mereka cepat gemuk.
            Aku juga akan memiliki sawah berhektar-hektar yang ditanami padi. Tentunya padi yang tanpa pupuk kimia dan bebas pestisida. Padi yang jika dimasak, akan menjadi nasi yang menyehatkan.
            Hmmm…. Aku sadar, saat ini aku hanya bermimpi. Namun, aku yakin mimpi itu akan menjadi kenyataan. Kalaulah mimpi itu tidak terjadi  padaku, aku yakin akan ada orang lain yang berhasil mewujudkan mimpiku tersebut. Yups, tentunya semua itu tak lepas dari ketentuan dan kehendak Allah.
            Coba deh perhatikan semua makanan yang kamu makan sehari-hari, dan barang-barang yang kamu pakai. Mulai dari nasi. Sudahkah nasimu bebas dari racun? Jawabnya BELUM! Tahukan kau, berapa banyak pestisida yang diserap oleh padi, hingga tak seekor ulat pun sudi memakannya? Ulat saja tak mau memakannya, tapi anehnya manusia dengan nikmat melahapnya.
            Ikan. Yakinkah dirimu bahwa ikan yang kamu makan itu bebas formalin? Berapa lama ikan tersebut berada di kapal? Satu minggu? Dua mingu? Bahkan bisa sampai dua puluh hari. Apa benar para nelayan di tengah laut sana tidak membawa bekal formalin? Apa benar ikan-ikan itu hanya diawetkan dengan es dan garam? Ah, aku tidak yakin. (Maaf bapak-bapak nelayan, bukannya aku jahat kepadamu, juga bukannya aku tak percaya padamu, juga bukan berarti aku sok benar, tapi sungguh aku hanya ingin kemaslahatan. Agar tidak ada yang dirugikan. Agar semua bernilai ibadah.)   
            Dan sungguh mengenaskan kala aku melihat ada yang begitu menikmati ikan-ikan dan daging yang telah berbulan-bulan mendekam dalam kaleng. Kalaulah ikan-ikan itu bisa bicara, aku yakin mereka pasti akan berteriak “HEI, JANGAN MAKAN AKU, AKU SUDAH BERLUMURAN RACUN! TIDAKKAH KAU BISA MERASAKAN FORMALIN YANG TERSERAP DI TUBUHKU?! STOP! JANGAN MAKAN AKU!”
            Juga buah-buahan itu. Mereka bilang buah-buahan import. Anggur merah import. Apel merah import. Ah, cobalah petik buah anggur dari pohonnya. Lalu biarkan tanpa bahan pengawet. Tahan berapa lama buah itu? Dan tidakkah kau pikir, buah anggur merah, jeruk, apel merah dan sebagainya itu didatangkan dari luar negeri sampai hadir di hadapanmu, berapa lama waktunya? Apalagi buah-buahan yang mendekam di dalam kaleng? Benarkah jika buah-buahan itu dimasukkan ke dalam kaleng akan tetap segar selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan? Ah, aku gak yakin.
            Hmm… susahnya cari makanan sehat.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar