Perang Amerika dan NATO melawan Taliban lebih lama dari Perang Dunia I dan Perang Dunia II, tetapi hasil yang sesuai diharapkan tidak kunjung tiba. Tulisan ini bukan sebuah dukungan salah satu pihak, Amerika Serikat atau Taliban, tetapi sedikit membuka tabir yang selama ini kita seolah dibius dengan pemberitaan-pemberitaan yang membesar-besarkan kehebatan tentara Amerika Serikat di medan tempur, khususnya pandangan terhadap sepak terjang tentara Amerika di Afghanistan yang semakin hari, terlihat semakin sempoyongan dan tidak terarah dalam menumpas milisi Taliban. Ribuan rakyat biasa sudah menjadi korban kebringasan tentara Amerika di Afghanistan, sedangkan bertambah tahun, taktik yang diinisiasikan oleh pakar perang dan pakar strategi perang Pentagon, juga tidak secepat dalam khayalan; menumpas habis milisi Taliban.
Panglima Jenderal Stanley McChrystal yang akhirnya dipecat karena komentar menghina terhadap petinggi pemerintah AS dalam wawancara denga majalah Rolling Stone, merupakan sosok berpengaruh yang ungkapannya tersebut juga menjadi bukti tentang menurunnya semangat untuk menang dan berperang menghabiskan waktunya di Afghanistan. Komentar Sang jenderal tersebut mengindikasikan bahwa kalutnya perencanaan lanjutan mengalahkan Taliban, dan menggambarkan kehebatan pasukan sekutu ternyata tidak sehebat dalam berita dan cerita.
Entah apa yang sebenarnya ada dalam angkatan bersenjata Taliban, mengapa sehingga hari ini keberadaannya semakin menambah deretan kekalutan panglima Amerika Serikat.
Berbagai jenis pesawat tempur dan peralatan canggih dikerahkan, berbagai taktik dan analisa perang juga muncul dalam rangka menundukkan dan memusnahkan milisi Taliban, ditambah pesawat kendali jarak jauh (pesawat tak berawak), kemudian berbagai satelit di angkasa juga dilibatkan, namun, setelah sembilan tahun perang sejak tahun 2001, belum juga membuahkan kemenangan bagi Amerika Serikat, yang kini kondisi perang Afghanistan menghadapi tahap kritis. Kendati waktu penarikan pasukan seperti yang dijanjikan AS semakin dekat, kemajuan di daerah itu belum memenuhi ekspektasi.
Bahkan pada bulan Juli 2010 lalu, Jenderal David Petraeus, panglima tertinggi misi di Afghanistan mengatakan bahwa pertempuran yang dihadapi lebih sulit dari yang diperkirakan. Petraeus memimpin 150 ribu pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan, setelah ada penambahan pasukan tempur baru.
Perkembangan selanjutnya rupanya belum ada kejelasan, bagaimana ujung dari cita-cita Amerika di Afghanistan. Lebih buruk lagi setelah adanya informasi dari Wikileaks, yang menyebutkan berbagai perilaku tentara NATO/Amerika yang menunjukkan kondisi fatalisme akut dan keputusasaan melawan milisi Taliban, sehingga berperilaku seolah sebagai orang yang tidah sehat mentalnya.
Taliban yang dahulunya merupakan sekutu Amerika, pada saat peperangan Afghanistan melawan Uni Soviet, dipimpin Mullah Omar, hanya bersenjatakan peralatan kuno dan tidak seberapa canggih. Pada awal peperangan tahun 2001, banyak yang mengira bahwa akan mudah mengalahkan Taliban. Dengan pesawat supercanggih Amerika ditambah pasukan NATO, menyerang dengan gegap gempita sambil menyanyikan lagu-lagu kemenangan. Al hasil, beberapa hari saja, memang pemerintahan Taliban tumbang dan pejabatnya banyak yang menyerahkah diri dan ditangkap. Tetapi ternyata dugaan bahwa mudah mengalahkan Taliban, menjadi berbalik arah, sebab sehingga hari ini, setelah berbagai peralatan canggih dikerahkan, dana milyaran dolar dihabiskan, ribuan tentara penjajah mati, hingga detik ini Taliban belum dapat ditumpas sampai tuntas.
Taliban bahkan masih menunjukkan eksistensinya yang gemilang beberapa kali memenangi pertempuran secara tak terduga di beberapa sebagian wilayah Afghanistan.
Bisa dibandingkan seandainya hanya Amerika sendirian yang menyerang Taliban, maka akan semakin kocar-kacir tidak karuan.
Kemungkinan bom nuklir untuk menyerang Taliban?
Setiap peperangan oleh Amerika dipastikan sudah ada planning dan draf penyerangan menggunakan bom nuklir, senjata andalan Amerika, sebagaimana sudah mampu mengalahkan Jepang dalam Perang Dunia II. Akan tetapi realisasi menggunakan bom nuklir tentunya mengestimasikan sebuah kemenangan, sehingga bom yang dijatuhkan tepat sasaran dan tidak justru membuang sisa radioaktif tanpa hasil memuaskan.
Amerika bukan negara yang memiliki pertimbangan kemanusiaan jika sudah berbicara soal bom nuklir. Jadi pertimbangan mengapa sampai detik ini tidak menggunakan senjata nuklir tentu bukan alasan kemanusiaan dan perlindungan terhadap lingkungan sekitarnya terkait jejak bom nuklir yang bisa merusak alam sekitarnya, tetapi ini berdasarkan kemungkinan kecil mencapai kemenangan meskipun menggunakan senjata nuklir melawan Taliban. Kenyataan ini menjelaskan bahwa arsitek perang Amerika dan NATO melawan Taliban juga tidak melihat ada kemenangan walaupun bom nuklir dijatuhkan di Afghanistan, berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut (menurut penutis):
- Senjata bom nuklir hanya mampu mengalahkan sasaran yang terkonsentrasi dalam satu lokasi seluas kurang lebih 50 mil. Zona terluas yang mampu dijangkau bom nuklir sebesar 20 megaton adalah 35 mil. Zona 40 mil merupakan zona aman dari radiasi dan jangkauan ledakan nuklir. Jadi 50 mil dari pusat ledakan bom nuklir lebih bebas dari efek nuklir
- Pasukam milisi Taliban merupakan pejuang yang sudah mempertimbangkan kondisi adanya kemungkinan serangan bom nuklir ini, sehingga sudah dipastikan akan membentuk koloni-koloni kecil dalam setiap radius 50 mil.
- Serangan 20 megaton bom nuklir tidak mungkin dijatuhkan hanya untuk membunuh sebuah koloni Taliban yang berisi milisi Taliban dalam jumlah kecil.
Perang adalah perang, hanya ada dua pilihan menang atau kalah. Bagi Amerika, semenjak jatuhnya pemerintahan Taliban, selalu mengisi hari-harinya dengan mimpi dan khayalan tentang kemenangan dan kehebatan tentaranya, sedangkan di daerah-daerah di Afghanistan semakin menguat dan menunjukkan tidak adanya kata menyerah dalam berperang melawan tentara modern sekelas Amerika dan NATO.
Haruskah Amerika akan bernasib sama seperti pada saat melawan tentara Vietkong di Vietnam, dengan mundurnya pasukan Amerika dari Afganistan dengan memalukan dan terhina? Terima atau tidak, saat itu akan menjelang juga.
Pertimbangan lainnya, melihat kembali Uni Soviet dalam perang di Afghanistan, di mana pada puncak penghabisan melawan tentara Afghanistan ketika itu, Uni Soviet telah mengerahkan 320 000 pasukan di Afganistan selama usaha yang dilakukannya untuk menduduki Afghanistan pada tahun 1980an. Pada akhirnya, Uni Soviet meninggalkan wilayah itu dengan dipermalukan dan dikalahkan. Marsekal Sergei Akhromeyev, panglima angkatan bersenjata Soviet ketika itu, menyimpulkan invasi itu dalam laporannya di politbiro Uni Soviet di Kremlin pada tanggal 13 November 1986 bahwa: “nyaris hampir tidak ada bagian penting tanah Afghanistan yang belum pernah diduduki oleh salah satu prajurit kita suatu waktu atau lainnya, “kata komandan itu. “Namun demikian, sebagian besar wilayah itu tetap berada di tangan para teroris. Kami mengontrol pusat-pusat propinsi, tetapi kami tidak dapat mempertahankan kontrol politik atas wilayah yang kita merebut.” Dia menambahkan: “tentara kami tidak bisa disalahkan. Mereka telah berjuang dengan luar biasa berani dalam kondisi buruk. Tapi untuk menduduki kota-kota dan desa-desa untuk sementara waktu hanya memiliki nilai yang kecil dalam negeri yang begitu luas, di mana para pemberontak bisa menghilang begitu saja ke atas bukit.”
Amerika akan mengubah bahasa Kekalahan melawan Taliban dengan bahasa lain
Di bawah ini beberapa kemungkinan Amerika akan menggunakan bahasa lain untuk menggantikan bahasan “kekalahan melawan Taliban”:
- Amerika akan menggantikan “kekalahannya di Afghanistan” dengan “penyerahan kekuasaan Afghanistan kepada pemerintah demokratis Hamid Karzai”
- Amerika akan merubah kekalahannya dengan kalimat “peperangan sudah usai, sebab Taliban sudah tidak memiliki pendukung di seantero Afghanistan”.
- Amerika kekurangan anggaran untuk alokasi perang
- Amerika sudah berganti pemerintahan
- Amerika akan menyalahkan Pakistan dalam perang melawan Taliban
- Amerika akan menyalahkan Iran dalam hal ini
- Amerika akan mundur dari Afghanistan untuk berkonsentrasi melawan Iran
Taliban ternyata musuh yang sangat mahal bagi AS. Pernahkah terlintas di benak Anda berapa biaya yang harus dikeluarkan AS untuk membunuh satu orang Taliban? Jumlahnya ternyata sangat fantastis dan cukup membuat pemerintah AS bangkrut membiayai perangnya di Afghanistan.
Matthew Nasuti dalam artikelnya yang dimuat di situs Kabul Press mengumpulkan data dan menganalisa berapa biaya yang dikeluarkan militer AS untuk satu nyawa seorang Taliban. Ia melakukan kajian kecilnya itu untuk menandingi informasi-informasi semu yang dirilis Departemen Pertahanan AS tentang kemajuan yang dicapai AS dalam perang di Afghanistan. Padahal situasi yang sebenarnya sangat bertolak belakang.
Hasil analisanya, Nasuti menyimpulkan bahwa Pentagon harus mengeluarkan biaya sekitar 100 juta dollar untuk membunuh satu orang Taliban. Bahkan dalam perkiraan yang paling konservatif, Pentagon sedikitnya mengeluarkan dana sebesar 50 juta dollar untuk satu nyawa seorang Taliban. Sungguh sebuah angka yang fantastis mengingat tentara-tentara AS di Afghanistan dilengkapi dengan persenjataan militer yang serba canggih, tapi ternyata membunuh seorang musuh dari kelompok Taliban, bukan perkara yang gampang dan murah buat mereka.
Nasuti melakukan perhitungannya berdasarkan data:
- Kekuatan Taliban saat ini sekitar 35.000 pasukan (berdasarkan asumsi militer AS)
- Jumlah pasukan Taliban yang terbunuh oleh Pasukuan Koalisi asing setiap tahunnya sekitar 2.000 orang
- Biaya Langsung yang dihabiskan Pentagon untuk perang di Afghanistan selama tahun 2010 sebesar 100 milyar dollar
- Biaya Tidak Langsung yang dihabiskan Pentagon untuk perang di Afghanistan selama tahun 2010 sebesar 100 milyar dollar
Jika total biaya yang dihabiskan Pentagon setiap tahunnya, sebesar 200 milyar dollar dibagi dengan jumlah militan Taliban yang terbunuh setiap tahunnya oleh pasukan koalisi, yaitu sekitar 2.000 orang, maka hasilnya adalah 100 juta dollar untuk membunuh satu orang Taliban. Jika jumlah Taliban yang terbunuh tiap tahunnya dinaikan dua kali lipat pun, Pentagon masih harus mengeluarkan dana yang besar untuk mencabut nyawa satu orang Taliban, yaitu berkisar 50 juta dollar ! Dalam artikel itu dituliskan, bahkan kemungkinan biaya yang dikeluarkan Pentagon untuk membunuh musuhnya itu jauh lebih besar dari perhitungan tersebut.
Jadi, berdasarkan data diatas, jika Pentagon ingin membunuh semua militan Taliban yang ada sekarang, maka pemerintah AS harus mengeluarkan biaya sebesar 1,7 triliun dollar, yang notabene biaya perang itu diambil dari pajak yang dibayarkan rakyat AS. Entah bagaimana reaksi rakyat AS jika tahu perhitungan ini, betapa tak berkualitasnya tentara AS karena hanya untuk membunuh satu orang Taliban membutuhkan biaya begitu besar.
Selama ini Pentagon selalu mengungkapkan alasan terkait mahalnya biaya perang di Afghanistan, bahwa militer AS menggunakan peralatan-peralatan mekank, komputerisasi, dan persenjataan yang harganya mahal. Belum lagi keberadaan para kontraktor sipil jumlahnya mencapai 150.000 kontraktor. Mereka disewa untuk memberikan perlindungan, dukungan kekuatan sampai menyediakan makanan bagi para personel militer AS di Afghanistan, yang semuanya membutuhkan biaya besar.
Kenyataannya, para personel AS di Afghanistan sering mengalami keterlambatan kiriman logistik dan senjata yang digunakan juga sering bermasalah, seperti senapan yang sering macet atau bom-bom pintar yang ternyata tidak sepintar yang digembar-gemborkan. Publik Amerika, menurut penulis artikel itu, dipastikan akan geram jika tahu rendahnya kualitas persenjataan personel militer AS yang dibeli dengan uang pajak mereka dan Pentagon tidak pernah transparan dalam masalah ini.
Jika kondisi ini terus berlangsung maka Taliban merupakan "tentara-tentara super" yang akan menggerogoti keuangan AS dan militer AS pada akhirnya harus siap mengalami kekalahan yang memalukan di Afghanistan.
Pentagon tidak pernah mau memberitahu berapa jumlah Taliban yang telah terbunuh selama hampir sepuluh tahun invasi mereka ke Afghanistan. Pentagon tak berani malu, karena Taliban yang berhasil mereka bunuh jumlahnya sangat sedikit. Organisasi-organisasi media yang secara independen melakukan perhitungan jumlah Taliban yang terbunuh oleh pasukan koalisi berdasarkan laporan resmi dan laporan-laporan media massa. Dari hasil perhitungan mereka diketahui, bahwa data Pentagon tentang jumlah Taliban yang diklaim berhasil dibunuh oleh pasukan koalisi, ternyata tidak kredibel. Diperkirakan hanya 50 persen dari jumlah yang disebut sebagai Taliban oleh Pentagon yang benar-benar anggota Taliban. Selebihnya adalah para pelaku kejahatan kriminal, pedagang narkoba, atau warga sipil yang mempertahankan rumah mereka.
Berapa sebenarnya biaya perang di Afghanistan juga tidak pernah jelas karena Pentagon tidak merilis semua biaya langsung dan tidak langsung yang sudah dikeluarkan untuk perang itu. Laporan-laporan mengenai biaya, terutama biaya-biaya untuk operasi militer yang dilakukan di Aghanistan diklasifikasikan sebagai laporan rahasia dan disembunyikan. Namun laporan-laporan memperkirakan, sampai bulan Oktober 2010, Pentagon sudah menghabiskan biaya sebesar 105 juta dollar untuk perang di Afghanistan. (ln/KP)
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/hebatnya-taliban-bisa-bikin-as-bangkrut.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar