AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Kamis, 08 Juli 2010

Kau Malaikatku

Kutempatkan sesuatu dalam arus kebimbangan
Yang harusnya mampu kutetapkan dengan jelas
Menghantamkan diri dalam sebuah gelombang badai
Hingga korbankan jiwa suci sarat mimpi
Dalam drama antagonis tak bermakna
Galaukan jiwa dengan rasa yang tak jelas

Aku sadar...
Ribuan maaf takkan mampu membalut sayatan luka di jiwamu
Isakan tangis takkan mampu sembuhkan memar di hatimu
Namun...
Ribuan maaf ini tak bisa kau anggap sebagai pengisi tong sampah
Mungkin aku penjahat yang merampas senyum ceriamu

Sebuah laga antara akal dan jiwa
Tumpahkan jutaan luka
Dan akal pun tertawa

Namun, tahukah kau?
Kau bagiku malaikat
Yang selalu menghadiahiku ribuan bingkisan senyuman kala aku kehilangan satu senyum
Dan aku...
Aku membalasnya dengan satu pukulan mematikan

Rasa tak mampu kalahkan istana akal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar