AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 11 Juli 2010

Petang Bersama Sepeda

Petang itu...
Kukayuh sepeda tua kesayanganku
Yang selalu setia mengantarku kemanapun kumau
Seakan tak pernah letih tunduk kemana arah kutuju
Laksana pengawal yang setia pada tuannya
Ikhlas berkorban
Menahan berat
Auskan jasad
Dan terus bergerak
Lalui medan terjal nan keras
Terguyur hujan
Tersengat panas
Sepeda tak pernah mengeluh ataupun marah
"Sepeda, semoga engkau diberkahi Allah"

Kunikmati kelabu langit maghrib bersama sepeda tercinta
Menghirup sejuk lembut bayu
Kibarkan semua yang mampu ia kalahkan
Seakan mengabarkan keberadaan dan kekuatannya

Kulihat dua bintang bercahaya
Seakan tak mau terkalahkan oleh awan.
"Ah, tampaknya langit petang ini mendung. Mungkin sebentar lagi hujan mengguyur nu,i."
Yups, hujan turun....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar