AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Senin, 23 April 2012

Ibu.......



“Ribuan kilo jalan yang kau tempuh. Lewati rintang untuk aku anakmu….”, lirik lagu Ibu milik Iwan fals terekam merdu di telingaku.
Ya, kurasa tak ada seorang pun di dunia ini yang mengenal kita begitu dekat melebihi ibu. Tak ada seorang pun di dunia ini yang menyayangi kita melebihi  ibu.
Lihatlah cuy, Ibumu tertawa, padahal kau pipis di pangkuannya.

“Maaf ya Dek… Ibu ganti popok adek dulu ya…”, perhatikan, Ibumu begitu menghargaimu. Ibumu bahkan meminta maaf sebelum mengganti popokmu.
“Alhamdulillah, adek buang air besar”, begitu ucap  ibumu kala kau buang air besar. Sama sekali tak terlintas rasa jijik. Ah, tak ada seorang pun di dunia ini yang mampu menandingi tulus cinta dan sayang ibumu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar