AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Sabtu, 28 April 2012

Selera




Selera

Apa sih selera?
Mereka bilang “Ah, seleranya rendah.”
Apakah jika aku menyukai lagu-lagu Barat berarti aku berselera tinggi?
Dan jika aku menyukai lagu dangdut berarti seleraku rendahan?
Apakah dengan memiliki istri cantik berarti aku berselera tinggi?
Lalu bagaimana  jika istriku kurang cantik menurut mereka?
Apa dengan begitu mereka seenaknya menganggap seleraku murahan?
Apakah seleraku juga murahan jika aku hanya mengendarai motor butut?
Dan jika makanan favoritku bukan spageti atau steak, tapi hanya pisang goreng, apakah itu juga berarti seleraku kampungan?
Apakah dengan memakai jas dan dasi seseorang bisa mendapat stempel “selera tinggi”?
Jangan sampai kaca mata “Selera” membuat kita merendahkan orang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar