AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 18 April 2012

EXELLEN JIWA, EXELLENT SESUNGGUHNYA

Pagi itu, 8 November 2012, aku duduk di tangga samping masjid. Aku asik menunggu dimulainya sholat Idul Adha sambil bertakbir dalam hati. 

Dan seorang wanita, ah, lebih tepatnya seorang ibu muda datang bersama dua orang anaknya. Mereka juga sama sepertiku, hendak menunaikan sholat idul Adha. Menurut dugaanku, anaknya yang pertama sekitar kelas 5 atau 6 SD. Sedangkan anaknya yang kedua sekitar kelas 2 atau 1 SD. Anaknya yang pertama duduk di sampingku. Sementara, sang ibu dan anaknya yang kedua duduk di depanku yang saat itu masih kosong. Ya, kami bernasib sama. Sama-sama tidak kebagian tempat di masjid. Mau tidak mau ya aku ambil tempat di tangga masjid. Aku melihat dalam sekilas sosok ibu yang sederhana. Pakaian gamisnya yang sederhana namun tetap anggun dan sama sekali tak memperlihatkan bentuk tubuhnya. Raut mukanya yang ramah, penuh kerendahan hati. 

Dengan penuh sayang ia memakaikan mukenah buat anaknya yang kecil. Entahlah, ada aura yang berbeda. Penuh dengan rasa syukur. Ah, jauh banget dari dari yang namanya kesombongan. Sederhana… jauh dari glamor. Sederhana tapi tetap excellent. Exellent luar dalam. Bukan hanya penampilan luar yang excellent, tapi hatinya pun excellent. Jika ada yang berpikir “excellent itu identik dengan kehidupan yang serba wah, mewah dan glamor”, itu hanya excellent sesaat. Excellent bungkus saja. Exellent yang sesungguhnya adalah exellent hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar