AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Senin, 05 April 2010

Ketika Wanita Menjadi Objek dan Alat Untuk Merusak Moral dan Merusak Dunia

"Pagi-pagi sudah disuguhi pemandangan kayak gitu..... ganti-ganti!", kata seorang temanku ketika ia mulai menyalakan televisi, dan ternyata yang muncul adalah seorang presenter wanita dengan pakaian yang menampilkan sebagian anggota tubuhnya dan hanya menutup sepertiga bagian tubuhnya.

Itu baru salah satu dari sekian banyak acara yang ditawarkan televisi. Tengoklah berbagai macam acara yang ditampilkan oleh stasiun-stasiun televisi saat ini. Mulai dari sinetron, musik hingga iklan, hampir semuanya mengekspos wanita. Wanita benar-benar menjadi media yang laris untuk mempromosikan berbagai produk. Bahkan, setingkat iklan produk oli pun, wanita menjadi bintang iklannya.

Yang membuat miris adalah ketika melihat wanita diekspos dengan membuka dan mempertontonkan aurat atau anggota tubuh yang harusnya dijaga dan ditutup. Seakan memberikan arti dan kesan bahwa anggota tubuh wanita mempunyai nilai jual untuk dipertontonkan dan bisa dijual dengan begitu murahnya. Jika hal semacam itu terus disuguhkan di mata masyarakat, dapat dipastikan cepat atau lambat rusaklah moral generasi kita. Rasa malu lambat laun akan punah dalam diri manusia. Wanita-wanita tidak akan lagi malu untuk mempertontonkan auratnya ataupun berjoget dengan gerakan-gerakan yang tidak sopan dengan ditonton oleh ribuan mata. Bisa dibayangkan bagaimana mental para pemuda dan masyarakat pada umumnya jika mereka terus disuguhi pemandangan semacam itu.

Kebebasan berekspresi tidak bisa dijadikan alasan dan kambing hitam untuk mempertontonkan aurat. Kebebasan bukan berarti bebas tanpa aturan. Kebebasan bukan berarti bebas sesuka hati untuk keungtungan dan kepentingan pribadi maupun kelompok yang berdampak kerugian bagi pihak lain. Jika kebebasan diartikan dengan bebas sekehendak hati, tanpa ada aturan, maka kebebasan tersebut tak ubahnya seperti yang berlaku di hutan. Kebebasan yang berlaku bagi para binatang tanpa ada rasa kemanusiaan dan moral sedikitpun.

Wahai wanita, bagaimana bisa engkau merelakan auratmu dilihat oleh banyak orang? Tidakkah engkau merasa malu? Apa yang kau dapat setelah itu? Ketenaran? Pujian? Biar dibilang sexy? atau untuk sebuah materi? Untuk apa semua itu jika harus mengorbankan harga diri? Semua hanyalah kesenangan semu dan sementara. Bukan kesenangan yang hakiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar