AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Senin, 12 April 2010

Tausyiah (Perumpamaan Suami dan Istri)



"Suami yang menikahimu tidaklah semulia Muhammad, tidaklah setaqwa Ibrahim, pun tidaklah setabah Ayyub, suamimu hanyalah pria akhir zaman yang punya cita-cita membangun keturunan yang sholeh. Pernikahan mengajarkan kita kewajiban bersama. Suami adalah nakoda kapal, kamu navigatornya. Suami menjadi rumah, kamu penghuninya. Suami sebagai guru, kamu muridnya. Seandainya suami lupa...bersabarlah kamu untuk memperingatinya."

"Istri yang kamu nikahi tidaklah semulia Khodijah, tidaklah setaqwa Aisyah, pun tidaklah setabah Fatimah. Istrimu hanyalah wanita akhir zaman yang punya cita-cita menjadi istri yang shalehah. Pernikahan mengajarkan kita kewajiban bersama. Istri menjadi tanah, kamu penaungnya. Istri ladang tanaman, kamu pemagarnya. Istri bagaikan anak kecil, kamu tempat bermanjanya. Seandainya istrimu tulang yang bengkok, ....berhati-hatilah kamu meluruskannya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar