AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 11 Maret 2012

PSIKOLOGI SISWA DALAM RANGKA MANAGEMEN PENGAJARAN

PSIKOLOGI SISWA
DALAM RANGKA MANAGEMEN PENGAJARAN


A. PENDAHULUAN

Tidak diragukan lagi, bahwa sejak seorang anak manusia lahir ke dunia, telah dilakukan usaha-usaha pendidikan dan pengajaran. Manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya meskipun dalam cara yang sangat sederhana.
Merupakan suatu keharusan bagi seorang pendidik yang bertanggungjawab, bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan keadaan si anak didik. Tentu saja keadaan setiap anak didik bermacam-macam, baik dalam hal psikologi, latar belakang, hingga kemampuan inteligensi, dan lain-lain. Oleh karena itu, pengetahuan guru tentang anak didiknya dalam proses pendidikan dan pengajaran menjadi hal yang perlu dan penting, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang kondisi psikologi anak didiknya. Dan harusnya sudah menjadi kebutuhan bagi setiap pendidik untuk mengetahui keadaan psikologi anak didiknya.

B. PEMBAHASAN
I. Pengertian Psikologi dan Belajar
“Psikologi” berasal dari bahasa Yunani “Psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi, psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Tentu saja tidak hanya mempelajari manusia dalam kesendiriannya, melainkan juga mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain
Pengetahuan tentang psikologi siswa diperlukan dalam dunia pendidikan dan pengajaran dengan tujuan guru dapat memperlakukan anak didiknya dengan lebih tepat, sehingga dapat melancarkan proses pendidikan dan pengajaran.
Adapun definisi belajar menurut Depdiknas (2003) adalah suatu proses membangun makna dan pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama.

II. Psikologi Siswa Dalam Managemen Pengajaran
Proses belajar yang dilakukan seorang siswa merupakan suatu organisme dalam dirinya secara keseluruhan. Seorang siswa tidak datang ke sekolah dengan “otaknya” saja, melainkan juga dengan badan serta perasaannya. Ia belajar sebagai keseluruhan. Pendidikan intelektual tak lepas dari segi-segi emosional, sosial, dan lain-lain. Seorang anak yang belajar membaca, mungkin juga sekaligus belajar membenci, membaca perasaan, dan mengelakkan bacaan. Jadi, anak belajar sebagai hasil interaksi anak keseluruhan dengan lingkungannya.
Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil belajar siswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Suryabrata, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar, dan faktor instrumen.
Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi :
a. Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi. Kondisi panca indra yang baik akan memudahkan anak dalam proses belajar.
b. Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, yang meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif.
1). Faktor kecerdasan yang dibawa individu mempengaruhi belajar siswa. Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat. Sebaliknya semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar.
2.) Bakat individu satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menimbulkan belajarnya pun berbeda. Bakat merupakan kemampuan awal anak yang dibawa sejak lahir.
3). Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat.
4). Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Adapun pengertian motivasi belajar adalah sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar terwujud. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru membelajarkan siswa.
Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru, mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa, motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi.
Motivasi bisa juga diartikan sebagai dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan sebuah tindakan untuk tujuan tertentu. Tujuan keberadaan siswa di sekolah di antaranya adalah untuk meraih prestasi belajar seoptimal mungkin. Apabila dorongan yang ada dalam diri siswa tersebut kuat, maka siswa akan menemukan berbagai cara untuk mencapai apa yang ai inginkan. Dengan dorongan itu, siswa mampu mengalahkan berbagai macam rintangan atau godaan yang akan membelokkannya. Namun, apabila motivasi dalam diri siswa tersebut lemah, maka ia akan mudah terpengaruh oleh lingkungan.
Di antara hal-hal yang dapat membangun dan menumbuhkan motivasi siswa adalah sebagai berikut:
a. Membangun cita-cita.
Jika seorang siswa belum mengetahui cita-cita, maka seorang guru dapat membantunya untuk menemukan cita-citanya.
b. Berpikir positif.
Seorang guru juga dapat membantu siswa untuk menumbuhkan sikap positif dalam dirinya. Dengan menumbuhkan sikap positif dalam diri siswa, maka siswa akan terhindar dari sikap rendah diri, pemalu, dan tidak berani.


c. Membentuk lingkungan yang kondusif.
Lingkungan memiliki pengaruh yang kuat dalam menumbuhkan motivasi. Seorang guru hendaknya mampu membangun sebuah lingkungan yang sehat bagi siswanya agar siswa terus menyalakan motivasinya.
5). Emosi merupakan kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah untuk belajar. Kondisi psikologis siswa yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan senang, kemarahan, kejengkelan, kecemasan dan lain-lain.
6). Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek pengamatan, perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa.
Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, seperti lingkungan alam, dan lingkungan sosial. Sedangkan faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumen ini antara lain: kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana, serta guru.
Menurut Didik Hermawan, siswa itu sendiri dapat dikategorikan menjadi beberapa model, yaitu:
1. Siswa seadanya
Tipe siswa seperti ini merasa puas dan cukup dengan apa yang dialaminya setiap saat. Dia sama sekali tidak punya obsesi dan keinginan untuk lebih maju.
2. Siswa mengada-ada
Siswa seperti ini biasanya banyak melamun, namun tidak merealisasikan mimpinya dalam tindakan nyata. Biasanya dia suka menyendiri dan memiliki dunia yang unik, minimal untuk dirinya sendiri. Dia selalu berhayal, namun tidak mau bergerak.
3. Siswa ada-ada saja
Yaitu siswa yang asal beda. Berpenampilan beda dengan yang lainnya. Biasanya ia menjadi pusat perhatian karena penampilannya yang aneh.
4. Siswa yang lebih dari adanya
Siswa tipe ini merupakan siswa yang sangat menyenangkan orang lain. Keberadaan dia begitu dirasakan oleh orang lain. Dia tipe siswa aktif, dinamis, dan berpengetahuan luas serta pintar bergaul, baik dengan teman-temannya, maupun dengan gurunya. Dia selalu senang terhadap kegiatan yang bisa mengembangkan dirinya, dan selalu terbuka terhadap gagasan baru. Ia juga berprestasi, baik akademik maupun non akademik.
Bagi seorang guru, yang tugas utamanya adalah mengajar, sangat penting memahami psikologi belajar. Mengabaikan aspek–aspek psikologis dalam proses pembelajaran akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :
1. Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain.
2. Memahami prinsip–prinsip dan teori pembelajaran.
3. Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran.
4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran.
5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif.
6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran.
7. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
8. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran.
9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran.
10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dsan profesi guru.
11. Membimbing perkembangan siswa.
C. PENUTUP
Proses belajar yang dilakukan seorang siswa merupakan suatu organisme dalam dirinya secara keseluruhan, dan tidak terlepas dari kondisi psikologi dalam dirinya. Oleh karena itu seorang guru harus mengetahui kondisi psikologi masing-masing anak didiknya, sehingga ia dapat memperlakukan anak didiknya dengan benar dan tepat. Tentu saja hal ini dapat memudahkan berlangsungnya proses belajar mengajar antara siswa dan guru. Aspek psikologi tersebut meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif siswa.

D. DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (PT Rineka Cipta:Jakarta), 2002.
H.C.Witherington dkk, Teknik-Teknik Belajar Dan Mengajar, (Jemmars:Bandung), 1982.
Didik Hermawan, Sekolah Gue Emang Beda, (Smart Media: Solo), 2007
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta), 1993.
www.Herlt.blogspot.com
www.blog.kenz.or.id
www.researchengines.com
www.One.indoskripsi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar