AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 11 Maret 2012

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

PENDAHULUAN

Ketentuan penting dalam evaluasi adalah bahwa hasilnya harus sesuai dengan keadaan yang dievaluasi. Data evaluasi yang sesuai dengan kenyataan disebut data yang valid. Agar dapat memperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasi harus valid.

Validitas dan Reliabilitas merupakan ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik. Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi; Yaitu dari segi tes itu sendiri sebagai suatu totalitas dan dari segi itemnya sebagai bagian tak terpisahkan dari tes tersebut. Sedangkan Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama.

PEMBAHASAN

I. VALIDITAS

A. TENIK PENGUJIAN VALIDITAS TES HASIL BELAJAR

Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir secara rasional atau penganalisisan dengan menggunakan logika. Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada kenyataan empiris.

1. Pengujian Validitas Tes Secara Rasional (Validitas Logis)

Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.[1]

Tes hasil belajar yang setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata memiliki daya ketepatan mengukur, disebut tes hasil belajar yang telah memiliki validitas logika. Istilah lain untuk validitas logika adalah: validitas rasional, validitas ideal, atau validitas das sollen.

Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.[2] Dengan demikian maka suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas rasional, apabila setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil belajar itu memang dengan tepat telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi isinya, dan dari segi susunan atau kontruksinya.

a. Validitas Isi

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi tes itu sendiri sebagai alat pengukur belajar, yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan.

Jadi, pembicaraan tentang validitas isi sebenarnya identik dengan pembicaraan tentang populasi dan sample. Kalau saja keseluruhan materi pelajaran yang telah diberikan kepada peserta didik atau sudah diperintahkan untuk dipelajari oleh peserta didik kita anggap sebagai populasi, dan isi tes hasil belajar dalam mata pelajaran yang sama kita anggap sebagai sampelnya, maka tes hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut dapat dikatakan telah memiliki validitas isi, apabila isi tes tersebut dapat menjadi wakil yang representatif bagi seluruh materi pelajaran yang telah diajarkan atau telah diperintahkan untuk dipelajari.

Oleh karena materi yang diajarkan itu pada umumnya tertuang dalam Garis–Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang merupakan penjabaran dari kurikulum yang telah ditentukan, maka validitas isi yang sedang kita bicarakan ini juga sering disebut validitas kurikuler. Dalam praktek, validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar, dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing–masing pelajaran; apakah hal–hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut ataukah belum. Jika penganalisisan secara rasional itu menunjukkan hasil yang membenarkan tentang telah tercerminnya tujuan instruksional khusus itu di dalam tes hasil belajar, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas isinya itu dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki validitas isi.

Upaya lain yang dapat ditempuh dalam rangka mengetahui validitas isi dari tes hasil belajar adalah dengan jalan menyelenggarakan diskusi panel. Dalam forum diskusi tersebut, para pakar yang dipandang memiliki keahlian yang ada hubungannya dengan mata pelajaran yang diujikan, diminta pendapat dan rekomendasinya terhadap isi atau materi yang terkandung dalam tes hasil belajar yang bersangkutan. Hasil–hasil diskusi itu selanjutnya dijadikan pedoman atau bahan acuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan isi atau materi tes hasil belajar tersebut. Jadi kegiatan menganalisis validitas isi dapat dilakukan baik sesudah maupun sebelum tes hasil belajar dilaksanakan.

b. Validitas Kunstruksi.

Secara etimologis, kata “ konstrksi” mengandung arti susunan, kerangka , atau rekaan. Validitas konsruksi dapat diartikan sebagai validtas yang ditilik dari segi susunan, kerangka, atau rekaannya.

Adapun secra terminologis, suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi apabila tes hasil belajar tersebut telah dapat dengan tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis. Tentang istilah “ konstruksi dalam teori psikologis” ini perlu dijelaskan, bahwa para ahli di bidang psikologis mengemukakan teori yang menyatakan bahwa jiwa dari peserta didik itu dapat dirinci ke dalam beberapa aspek atau ranah tertentu. Benjamin S. Bloom misalnya merincinya dalam tiga aspek kejiwaan yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Yang harus selalu diingat disini adalah, bahwa dengan istilah validitas susunan bukanlah dimaksudkan bahwa tes yang bersangkutan dipandang sudah baik susunan kalimat soalnya, atau urut-urutan nomor butir soalnya sudah runtut, melainkan bahwa tes hasil belajar baru dapat dikatakan telah memiliki validitas susunan apabila butir–butir soal atau item yang membangun tes tersebut benar-benar telah dapat dengan secara tepat mengukur aspek–aspek berpikir sebagaimana telah ditentukan dalam tujuan instruksional khusus.

Validitas konstruksi dari suatu tes hasil belajar dapat dilakukan peganalisisannya dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek–aspek berpikir yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut, dengan aspek-aspek berpikir yang dikehendaki untuk diungkap oleh tujuan instruksional khusus. Dengan demikian, kegiatan menganalisis validitas konstruksi ini dilakukan secara rasional, dengan berpikir kritis atau menggunakan logika. Jika secara logis atau secara rasional hasil penganalisisan itu menunjukkan bahwa aspek-aspek berpikir yang diungkapkan melalui butir-butir soal tes hasil belajar itu sudah dengan tepat mencerminkan aspek-aspek berpikir, maka tes hasil belajar telah valid dari segi susunannya atau telah memiliki validitas konstruksi.

Seperti halnya pada penganalisisan validitas isi, maka penganalisisan validitas konstruksi juga dapat dilakukan dengan jalan menyelenggarakan diskusi panel. Pengujian validitas konstruksi tes ini pun dapat dilakukan baik sesudah maupun sebelum tes hasil belajar tersebut dilaksanakan.

2. Pengujian Validitas Tes Secara Empirik

Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik adalah validitas yang bersumber pada pengamatan di lapangan.

Bertitik tolak dari itu, maka tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas empirik apabila berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengamatan di lapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes hasil belajar tersebut.

Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas empirik ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi daya ketepatan meramalnya dan daya ketepatan bandingannya.

a. Validitas ramalan.

Setiap kali kita menyebut istilah “ ramalan”, maka di dalamnya akan terkandung pengertian mengenai sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang, atau sesuatu yang saat sekarang ini belum terjadi dan baru akan terjadi pada waktu-waktu yang akan datang. Apabila istilah ramalan itu dikaitkan dengan validitas tes, maka yang dimaksud dengan validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.

Tes seleksi penerimaan calon mahasiswa baru pada sebuah perguruan tinggi misalnya, adalah suatu tes yang diharapkan mampu meramalkan keberhasilan studi para calon mahasiswa dalam mengikuti program pendidikan di perguruan tinggi tersebut pada masa-masa yang akan datang. Berdasarkan nilai-nilai hasil tes seleksi yang tinggi yang berhasil diraih oleh para peserta tes seleksi tersebut, maka mereka dinyatakan lulus dan dapat diterima sebagai mahasiswa pada perguruan tinggi tadi. Sedangkan para peserta tes seleksi yang nilai-nilai hasil tesnya rendah dinyatakan tidak lulus, dan karenanya tidak dapat diterima sebagai calon mahasiswa baru di perguruan tinggi yang bersangkutan.

Yang menjadi pokok permasalahan sekarang adalah, bagaimana cara yang dapat ditempuh agar kita dapat sampai pada kesimpulan bahwa suatu tes telah memiliki validitas ramalan? Apabila kita perhatikan contoh yang telah dikemukakan di atas, dimana para peserta tes seleksi dengan nilai-nilai yang baik diramalkan kelak akan menjadi mahasiswa yang memiliki prestasi belajar yang baik pula, maka dalam pernyataan tersebut terkandung pengertian bahwa validitas ramalan itu ditandai dengan adanya kesejajaran, kesesuaian, atau kesamaan arah antara nilai-nilai hasil tes seleksi yang diperoleh pada masa kini denga nilai-nilai hasil belajar mereka kelak.

Apabila tes seleksi yang telah dikemukakan di atas adalah merupakan tes yang sedang dipersoalkan validitas ramalannya, sedang nilai-nilai hasil belajar para mahasiswa di perguruan tinggi itu ditetapkan sebagai kriterium, tolok ukur, atau alat pembandingnya, maka dengan kenyataan-kenyataan seperti telah dikemukakan di atas, ternyata terdapat kesesuaian antara tes yang sedang diuji validitasnya, dengan kriterium yang telah ditentukan. [3]

b. Validitas Ada Sekarang

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memilik validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “ Sesuai”, tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada.

Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan. Untuk jelasnya di bawah ini dikemukakan sebuah contoh.

Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan tahun lalu. [4]

B. TEKNIK PENGUJIAN VALIDITAS ITEM TES HASIL BELAJAR

Validitas item dari suatu tes adalah ketetapan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.

Apabila kita memperhatikan dengan cermat, maka tes-tes hasil belajar yang dibuat oleh para pengajar sebenarnya merupakan kumpulan dari sekian banyak butir-butir item. Setelah anak didik mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, pernyataan itu mengandung makna bahwa sebenarnya setiap butir item yang ada dalam setiap tes hasil belajar itu adalah merupakan bagian tak terpisahkan dari tes hasil belajar tersebut sebagai suatu totalitas.

Eratnya hubungan antara butir item dengan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dipahami dari kenyataan bahwa semakin banyak butir-butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh testee, maka skor total hasil tes tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin sedikit butir item yang dapat dijawab, maka skor hasil tes tersebut akan semakin rendah atau menurun.

Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya.[5]

II. RELIABILITAS

1. Arti Reliabilitas Bagi Semua Tes

Suatu tes dapat di katakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Untuk dapat memperoleh gambaran yang tetap memang sulit karena unsur kejiwaan manusia itu sendiri tidak tetap. Misalnya kemampuan, kecakapan, sikap dan sebagainya berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Beberapa hal yang sedikit banyak mempengaruhi hasil tes dapat dikelompokkan menjadi tiga hal:

a. Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir-butir soalnya.

Tes yang terdiri dari banyak butir, tentu saja lebih valid dibandingkan dengan tes yang hanya terdiri dari beberapa butir soal. Tinggi rendahnya validitasnya menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas tes. Dengan demikian maka semakin panjang tes, maka reliabilitasnya semakin tinggi.

b. Hal yang berhubungan dengan tercoba (testee)

Suatu tes yang dicobakan kepada kelompok yang terdiri dari banyak siswi akan mencerminkan keragaman hasil yang menggambarkan besar kecilnya reliabilitas tes. Tes yang dicobakan kepada bukan kelompok terpilih, akan menunjukkan reliabilitas yang lebih besar daripada yang dicobakan pada kelompok tertentu yang diambil secara dipilih.

c. Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes

Faktor penyelanggaraan yang bersifat adminisratif sangat menentukan hasil tes. Contoh:

1. Petunjuk yang diberikan sebelum tes dimulai

2. Pengawas yang tertib akan mempengaruhi hasil yang diberikan oleh siswa

terhadap tes.

3. Suasana lingkungan dan tempat tes.

2. Cara-Cara Mencari Besarnya Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. Kriterium yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada yang berada di luar tes dan pada tes itu sendiri.

a. Metode bentuk paralel (equivalent)

Tes paralel adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam menggunakan metode tes ini pengetes harus menyiapkan dua buah tes, dan masing- masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Tanpa adanya tenggang waktu.

b. Metode tes ulang (test-retest method)

Dalam menggunakan metode ini, pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali. Dan metode ini disebut single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya. Untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, cara ini kurang mengena karena tercoba akan masih ingat butir-butir soalnya.

c. Metode belah dua atau split-half method

Dalam metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Membelah dua adalah membelah item atau butir soal.

Cara-cara membelah butir soal :

1. Membelah item-item genap dan item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil genap

2. Membelah atas item-item awal dan item akhir, yaitu separoh jumlah pada nomor-nomor awal dan separoh pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.

PENUTUP

Validitas dan Reliabilitas adalah diantara ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik. Suatu tes dapat dikatakan valid jika tes tersebut memiliki daya ketepatan dalam mengukur. Teknik pengujian validitas tes hasil belajar sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir secara rasional, dan penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri pada kenyataan empiris. Sedangkan Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Adapun cara mencari besarnya reliabilitas suatu tes dapat dilakukan dengan metode paralel, tes ulang, dan belah dua.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007)

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996)



[1] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara), 2002, p.65

[2] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2007, p.2

[3] Prof.Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 1996, p. 163–168.

[4] Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Op Cit, p. 68.

[5] Prof. Dr. Anas Sudijono, Op Cit, p.182-184.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar