AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Sabtu, 31 Maret 2012

Sekilas Tentang Ekonomi... ( eh, ekonomi apa ya?)


Satu lagi tambahan wawasan kudapat. Iseng aku membaca-baca majalah Gontor. Tentang Ekonomi Islam. Wawancara dengan Ahmad Muhajir, seorang entrepreneur. Ada beberapa wawasan menarik yang pelu kucatat. Setidaknya ini menjawab pertanyaan di benakku selama ini tentang bagaimana praktek ekonomi Islam.

Tentang bank.

Dalam akses modal, puluhan juta bahkan mungkin ratusan juta rakyat Indonesia saat ini mengumpulkan dana ke bank. Istilahnya many to few. Sekian banyak orang mengumpulkan dana di bank, tapi yang bisa mengakses hanya segelintir orang.

Praktiknya, tidak mudah pinjam dana di bank untuk usaha produktif, karena harus ada jaminan agunan dan sebagainya. Tapi kalau untuk kredit konsumtif sangat mudah. Akses capital ini harus diperbaiki sehingga tidak ada kesayangan.

Cara apa yang bisa dilakukan agar masyarakat tidak tergantung pada perbankan?

Koperasi menjadi salah satu modal, dimana sekelompok masyarakat bisa mengumpulkan capital untuk kepentingan bersama. Atau sekelompok petani jagung mengumpulkan capital untuk tanam jagung, nanti kalau panen dijual melalui koperasi dan membagi keuntungannya.

Jika koperasi BMT ini digalakkan, sebenarnya lebih dekat dengan solusi Islam. Jadi, bukan banyak orang yang mengumpulkan capital untuk digunakan segelintir orang semata. Tapi banyak orang yang mengumpulkan capital untuk digunakan bersama-sama, dengan peluang yang sama.

Konsep Islam itu simple. Orang yang memiliki modal tapi tidak memiliki kemampuan bisa bertindak sebagai shohibul mal, bekerjasama dengan orang yang tidak punya modal tapi memiliki keahlian bertindak sebagai mudharib. Prinsipnya adalah kepercayaan.

Permasalahan dalam akses nilai.

Sekarang ini, dunia telah didominasi oleh system kapitalisme, sehingga semua orang yang bekerja hasilnya dibayar dengan uang kemudian ditabung. Padahal, setiap orang yang menabung akan mengalami kerugian. Mengapa? Karena uang dipengaruhi oleh inflasi, yang selalu mengalami penurunan daya beli setiap tahunnya.

Misalnya, orang yang telah berusia 55 tahun setelah 30 tahun bekerja, apakah akan menikmati masa pensiunnya selama itu? Hasil jerih payahnya salama 30 tahun tidak ada artinya. Karena pada saat dibutuhkan, uangnya mengalami penurunan nilai. Artinya, dunia yang dikendalikan uang kertas akan merugikan orang banyak.

Apa solusi Islam untuk menghadapi penurunan akses nilai?

Nabi Yusuf telah memberi teladan tentang ketahanan ekonomi dalam surat Yusuf ayat 47 – 48. Caranya, menyimpan hasil panen selama tujuh tahun untuk menghadapi masa paceklik pada tahun-tahun berikutnya. Jika hasil panen itu disimpan dalam bentuk uang, maka dalam 4 tahun saja bisa turun nilainya.

Indonesia sudah sering menjadi korban, dimana setiap 4 tahun, rupiah mengalami penurunan nilai karena inflasi. Yang rugi disini bukan hanya Negara, tapi juga rakyat. Secara sistematik, sistem kapitalisme telah menciptakan kerugian besar bagi semua orang.

Sifat apa yang perlu ditanamkan untuk membangun kemandirian ekonomi umat?

Masyarakat perlu disadarkan akan dasar-dasar ajaran islam yang bisa menjadi modal kekuatan ekonomi. Seperti zuhud, dermawan, solidaritas, tolong-mtnolong (ta’awun) dan silaturrahim. Sifat zuhud ini bukan berarti harus miskin, tapi tidak menaruh harta di hati.

Coba lihat, berapa kali umat Islam pada zaman rasulullah melakukan perang dan membangun masjid. Program-program pendanaan tersebut bisa berjalan, karena para sahabat rela memberikan hartanya di jalan Allah. Semua bisa berjalan, meskipun belum ada lembaga keuangan seperti perbankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar