AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 17 Mei 2009

UASBN? Ah, formalitas doang tu!

Ya, ujian akhir sekolah.

Sudah menjadi rahasia umum "siswa diperbolehkan mencontek ketika ujian". Bahkan setingkat ujian akhir sekolah yang katanya siih ujian nasional. Parahnya lagiii banyak juga ternyata guru-guru yang justru malah menyuruh anak-anak didiknya untuk saling menyontek. Miris. Dunia pendidikan bener-bener hancur. Sama sekali ga sportif. Ga ada jiwa kejujuran. Bagaimana generasi Indonesia akan maju kalau sekolah yang justru diberi amanat sebagai pendidik malah dengan leluasa membiarkan anak-anaknya menyontek? Secara tidak langsung hal itu sama saja dengan mengajarkan ketidak jujuran. Dan yang pasti kenangan itu akan menjadi sejarah hidup mereka hingga dewasa kelak. Daripada ga sportif gituu.... mending ga usah ada ujian. Bukannya mengukur kemampuan siswa, tapi malah mengajarkan ketidak jujuran. Ya, ujian mengajarkan kebohongan buat siswa.

Dengan alasan inilah, itulah, mereka yang pro contekan membenarkan kebohongan itu. "Takut kehilangan muridlah, inilah, itulah". Kalau memang seperti itu ya bukan kayak gitu lah solusinya. Harusnya sekolah benar-benar berjibaku untuk mendidik dan mengajari anak didiknya. Kalau seperti ini terus, lama-lama sekolah hanya akan menjadi sebuah formalitas doang, tanpa ada ruh dan kesungguhan. hanya menjadi lembaga bisnis bagi para pencari uang. Tanpa ada niatan mendidik anak-anak bangsa. Membenarkan segala cara, meski cara tersebut salah. Yang dikejar hanya nilai dan nama, bukan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Omong kosong semua!

Diperbolehkannya anak-anak menyontek ketika ujian merupakan aib dan kecacatan besar bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan. Ini menunjukkan kalau sekolah belum berhasil mendidik dan memberikan pengetahuan bagi anak-anak didiknya.

Namun semua kegagalan itu tidak bisa dilimpahkan semuanya kepada sekolah. Kurangnya perhatian orang tua dan keluarga di rumah juga menjadi salah satu penyebabnya. Bahkan sebenarnya yang paling berpengaruh justru didikan dari rumah, baik didikan dalam akhlak maupun dalam belajar. Akan tampak jelas sekali perbedaan antara anak yang di rumah benar-benar dibimbing dan ditelateni oleh orang tuanya dibanding anak yang di rumah tidak diperhatikan orang tuanya, baik perhatian dalam bersikap maupun dalam kegiatan belajar di rumah. Sekolah hanya sebagai pendukung saja. karena di kelas, pengajar hanya satu, sedangkan anak didik jumlahnya sekelas. Tentu saja pendidikan di rumah lebih memberikan pengaruh, karena perbandingannya lebih seimbang. Kecuali bagi orang tua yang sibuk dan tidak sempat mengurus dan memberikan perhatian spiritual kepada anak-anaknya.

Namun, fenomena yang terjadi sekarang banyak anak-anak yang tidak mendengarkan orang tuanya. Mereka lebih cenderung mentaati gurunya dari pada orang tuanya. Bahkan parahnya banyak juga yang tidak mengindahkan keduanya, baik guru maupun orang tua. Ini pendidiknya apa anak didiknya yang salah? Hmmmm.....

Belum lagi media massa dan televisi yang begitu gencar menayangkan acara-acara yang banyak memberikan pengaruh negatif bagi mereka. Semuanya hanya untuk kepentingan pribadi, uang dan sifat tamak. Atauuu jangan-jangan itu memang sengaja didesain oleh orang-orang tertentu untuk merusak mental, cara berpikir, dan moral generasi kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar