AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 31 Mei 2009

Pendidikan Mahal Banget Sih Harganya!

Pendidikan semakin lama semakin melambung harganya. Baik dari tingkat dasar apalagi perguruan tinggi. Untuk mendapatkan pendidikan, orangtua harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, bisa ratusan ribu, jutaan, bahkan ratusan juta. Jika fenomena ini terus berlanjut lama-lama sekolah bukan lagi sebagai lembaga pendidikan, namun bisa menjadi lembaga bisnis. Tempat cari uang.

Selama ini sebagian orang berasumsi bahwa kualitas lembaga pendidikan bisa dilihat dari jumlah biaya yang yang harus dibayar. Benarkah hal itu? Apakah sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang membebankan biaya yang nominalnya tinggi tersebut telah berhasil mencetak generasi seperti yang diharapkan? Sudah benarkah pemanfaatan dana yang ada dalam sekolah selama ini? -baik dana yang diambil dari wali murid maupun dana dari negara-. Atau jangan-jangan uang tersebut malah lebih banyak masuk ke kantong-kantong guru?

Menengok realita yang ada sekarang, pemerintah jelas telah memberikan dana untuk pendidikan jauh lebih besar dari sebelumnya. Baik untuk lembaga pendidikan itu sendiri ataupun untuk tenaga pengajarnya. Pemerintah memberikan dana tunjangan buat para guru, juga dana sertifikasi guru, yang pada ujungnya ternyata malah menjadi ajang untuk mendapatkan uang yang lebih. Ya, untuk kepentingan pribadi. Apakah uang yang diterima guru tersebut mampu meningkatkan etos kerja mereka dalam mendidik? Sudahkan guru-guru tersebut menyertakan ruh dan semangat mereka dalam mengajar? Sudahkan guru-guru tersebut menganggap murid-muridnya di kelas sebagai anak-anak mereka sendiri?

Memang, menjadi guru bukanlah hal yang mudah. menguras tenaga dn pikiran. Namun, di situlah tantangannya. Dan hal tersebut jangan sampai dijadikan alasan untuk mendapatkan upah yang lebih.

Pendidikan yang semakin mahal lama-lama hanya akan bisa dijangkau oleh orang-orang berkantung tebal. Kasihan sekali anak-anak yang berpotensi namun kondisi ekonomi keluarga tidak mendukungnya.

Sabtu, 30 Mei 2009

Aku Rindu

Lagi-lagi aku hampa
Aku ada di dunia hampa udara
Mana udara sejuk dulu?
Aku butuh udara itu

Canda tawa ituuuu
Ketaatan ituuuu
ketulusan.....
Meski kadang perselisihan menyesakkan
Namun itu lebih baik

Kini....
Tak kutemui ketaatan
Yang ada hanya suara-suara dunia
Tanpa arti.........

Kabut

Telepon berdering
Bangunkan raga
Kembalikan jiwa yang melayang
Aku terjaga
Coba tegakkan jasad
Di kabut fajar mempesona
Langkahkan kaki

Kubasuh muka
Tangan
Kepala
Dan kaki
Menghadap-Nya

Kamis, 28 Mei 2009

Untuk Semua Ibu di Dunia Ini

Kau begitu anggun
Batinmu indah menawan
Kau sungguh tak ternilai
Jilbabmu yang sempurna
Bajumu yang kaffah
Idealisme yang kuat
Filter yang terjaga
Tak goyah oleh glamor dunia
Tak patah oleh fashion-fashion mereka
Tahajjudmu yang tak pernah terlewat
Wawasanmu yang luas
Semangat jihadmu yang luar biasa
Kasih sayangmu tanpa pamrih
Kau sungguh lembut
Namun ada kekuatan dahsyat
Dalam kelembutanmu
Kau manager yang handal
Selalu setia temani sang pemimpin
Kau sungguh ibu yang sempurna

Mata Itu

Tatapan itu....
Indah....
Lebih indah dari bintang di langit
Tajam....
Lebih tajam dari belati
Mengikat....
Lebih kuat dari tali
Juga lem manapun
Membuat mata ini tak ingin berpaling
Terus menatap
Tajam matanya

Senin, 25 Mei 2009

My Mom Is Amazing. So does your mom

Pernahkan terjadi dalam hidupmu, kala kau berjauhan dengan ibumu, dan tiba-tiba ibumu menelponmu, menanyakan ada apa denganmu? Apa kamu sedang sakit? Dan ternyata ketika itu kamu memang sedang sakit. Padahal kamu sama sekali tidak memberitahukan kondisimu kepada ibumu dan berusaha merahasiakannya. Juga tak seorang pun yang memberitahukan keadaanmu kepada ibumu. Lalu dari mana ibumu bisa tahu? Mungkin, itulah naluri seorang ibu.

Atau... ketika tiba-tiba kau teringat ibumu dan merasakan ada yang mengganjal di hatimu. Lalu ketika kau menelpon ibumu, ternyata ibumu mengatakan kalau keadannya baik-baik saja. Barulah seminggu setelah itu ibumu berkata jujur bahwa kemarin ketika kau menelpon, sebenarnya beliau sedang sakit, namun sekarang sudah sembuh. "Ga usah hawatir" Begitu beliau bilang.

Memang, ibuku tiada duanya bagiku.
Begitu juga ibumu, tiada duanya bagimu.

Jejak Sejarah

Tujuh tahun kulewatkan hidup
Di Darussalam nan damai
Sarat tangis....
Tawa.....
Amarah.....
Terlukis indah
Merajut jejak sejarah yang mempesona
Kemana jejak ini akan membekas?

Teruntuk Zhu Zhu

Bersamamu kumengenal indah arti persahabatan
Kebersamaan dalam perjuangan
Sakit perselisihan
Bebas tawa canda
Saling beradu sok pintar
Meski aku selalu kalah

"Zhu Zhu cepat sembuh"
"Fill your empty life with smile"
"Zhu Zhu ga boleh telat makan"
"Buburnya harus dihabiskan"
"Kangen Zhu-Zhu....."
"Kutunggu di MI"
"ZHU ZHU" Most wanted girl
"Kita sayang Zhu Zhu"
"Hope you get married soon"
"Zhu Zhu ga boleh banyak mikir"
"Zhu Zhu... miss you much"
"Ahiiiiin....."
"We wait your coming soon"
"Zhu Zhu ga boleh sakit"
"Zhu Zhu.... kapan kita bisa bercanda lagi..... saling ngejek...."
Hmmmmmm.......
"Zhu Zhu cepet sembuh"
"Cepet balik ke pondok"

Kamis, 21 Mei 2009

Pejuang

Lihatlah kuda-kuda itu
Berlari menerjang
Menerobos mesiu-mesiu kejam
Dan pedang-pedang itu
Tergenggam siap menghunus peluru-peluru kerdil
Begitu pula batu-batu itu
Selalu siap terlempar
Dari genggaman mujahid-mujahid perkasa
Dan lihatlah
Bambu-bambu runcing itu
Tak mau kalah

Mereka memang bukan apa-apa
Namun ada semangat dalam kuda dan pedang-pedang itu
Ada api dalam batu-batu dan bambu-bambu itu
Ada ruh suci yang bergelora
yang tak dikenal oleh rudal-rudal
Juga asing bagi peluru-peluru kerdil itu

Hati Kasar Lelaki

by Aden juga

Apa kabar adikku sayang
Semoga kabar baik selalu membayang
Jawaban darimu kan buatku tenang
Kau adik manisku
Biarkan aku jelaskan
Biarkan aku terangkan
Biarkan aku pahamkan
Wanita itu mulia
Wanita mahal harganya
Dan tak bisa ditukar dunia
Atau diperlakukan seenaknya saja
Wanita itu mulia -menurutku-
Tak boleh dilihat
Tak boleh disentuh
Tak bileh dirasa
Sebelum halal semuanya
Kau adik manisku
Biarkan aku bicara
Biarkan aku berkata
Dengan pikirku
Dengan lisanku
Dengan hatiku
Kuingin kau selalu menjaga
Setiap mili lembut kulitmu
Setiap lekuk indah tubuhmu
Seluruh perhiasan-perhiasan mahalmu -lahir batin-
Untuk suamimu kelak
Untuk teman hidupmu
Untuk pemimpin bahtera
Dan bapak bagi anak-anakmu kelak
Bukan untukku
Tapi untuk suamimu
"Walaupun aku juga siap
untuk jadi suamimu"
Semoga Tuhan memaafkan aku
kalau selalu ingin berdekatan di sampingmu
Semoga Tuhan memaafkan aku
Kalau merasa tenang memamdang wajahmu
Tuhan
Jauhkan kami dari zina
Mata kami
Lisan kami
Mulut kami
Hati kami
tangan kami
Semua anggota tubuh kami
Tuhan
Jagalah adik
Seluruhnya
Dari siapa saja
Dan apa saja
Yang berbahaya
Seperti kau menjagaku

Kau adik manisku
Kalau nanti aku lupa
Tonjok
Tendang saja tak mengapa
Biar sadar
Biar tak liar

Ukhuwah

by Aden Iuta

Ukhuwah ibarat satu janji dalam hati
Tak dapat ditulis
Tak dapat dibaca
Namun takkan terpisah
Oleh jarak
Takkan berubah
Oleh masa
Takkan sirna oleh amarah
Sedetik di mata
Selamanya di jiwa

Minggu, 17 Mei 2009

UASBN? Ah, formalitas doang tu!

Ya, ujian akhir sekolah.

Sudah menjadi rahasia umum "siswa diperbolehkan mencontek ketika ujian". Bahkan setingkat ujian akhir sekolah yang katanya siih ujian nasional. Parahnya lagiii banyak juga ternyata guru-guru yang justru malah menyuruh anak-anak didiknya untuk saling menyontek. Miris. Dunia pendidikan bener-bener hancur. Sama sekali ga sportif. Ga ada jiwa kejujuran. Bagaimana generasi Indonesia akan maju kalau sekolah yang justru diberi amanat sebagai pendidik malah dengan leluasa membiarkan anak-anaknya menyontek? Secara tidak langsung hal itu sama saja dengan mengajarkan ketidak jujuran. Dan yang pasti kenangan itu akan menjadi sejarah hidup mereka hingga dewasa kelak. Daripada ga sportif gituu.... mending ga usah ada ujian. Bukannya mengukur kemampuan siswa, tapi malah mengajarkan ketidak jujuran. Ya, ujian mengajarkan kebohongan buat siswa.

Dengan alasan inilah, itulah, mereka yang pro contekan membenarkan kebohongan itu. "Takut kehilangan muridlah, inilah, itulah". Kalau memang seperti itu ya bukan kayak gitu lah solusinya. Harusnya sekolah benar-benar berjibaku untuk mendidik dan mengajari anak didiknya. Kalau seperti ini terus, lama-lama sekolah hanya akan menjadi sebuah formalitas doang, tanpa ada ruh dan kesungguhan. hanya menjadi lembaga bisnis bagi para pencari uang. Tanpa ada niatan mendidik anak-anak bangsa. Membenarkan segala cara, meski cara tersebut salah. Yang dikejar hanya nilai dan nama, bukan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Omong kosong semua!

Diperbolehkannya anak-anak menyontek ketika ujian merupakan aib dan kecacatan besar bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan. Ini menunjukkan kalau sekolah belum berhasil mendidik dan memberikan pengetahuan bagi anak-anak didiknya.

Namun semua kegagalan itu tidak bisa dilimpahkan semuanya kepada sekolah. Kurangnya perhatian orang tua dan keluarga di rumah juga menjadi salah satu penyebabnya. Bahkan sebenarnya yang paling berpengaruh justru didikan dari rumah, baik didikan dalam akhlak maupun dalam belajar. Akan tampak jelas sekali perbedaan antara anak yang di rumah benar-benar dibimbing dan ditelateni oleh orang tuanya dibanding anak yang di rumah tidak diperhatikan orang tuanya, baik perhatian dalam bersikap maupun dalam kegiatan belajar di rumah. Sekolah hanya sebagai pendukung saja. karena di kelas, pengajar hanya satu, sedangkan anak didik jumlahnya sekelas. Tentu saja pendidikan di rumah lebih memberikan pengaruh, karena perbandingannya lebih seimbang. Kecuali bagi orang tua yang sibuk dan tidak sempat mengurus dan memberikan perhatian spiritual kepada anak-anaknya.

Namun, fenomena yang terjadi sekarang banyak anak-anak yang tidak mendengarkan orang tuanya. Mereka lebih cenderung mentaati gurunya dari pada orang tuanya. Bahkan parahnya banyak juga yang tidak mengindahkan keduanya, baik guru maupun orang tua. Ini pendidiknya apa anak didiknya yang salah? Hmmmm.....

Belum lagi media massa dan televisi yang begitu gencar menayangkan acara-acara yang banyak memberikan pengaruh negatif bagi mereka. Semuanya hanya untuk kepentingan pribadi, uang dan sifat tamak. Atauuu jangan-jangan itu memang sengaja didesain oleh orang-orang tertentu untuk merusak mental, cara berpikir, dan moral generasi kita?

Kamis, 14 Mei 2009

PPLku.... singkat

Alhamdulillah, PPL akhirnya usai sudah. Selanjutnya tinggal laporan. PPL sebulan dibungkus dalam dua hari. Mengesankan..... Mulai dari awal hingga akhir sungguh penuh perjuangan. Ketika malam itu kita hampir 90% sepakat kalau PPL diundur coz persiapannya belum matang. Akhirnya rencana mencuci pun kuundur. Ternyata..... sepulang dari MI - waktu itu jam setengah tiga- ada pesan depan lemariku "Luk, PPL jadi sore ini". Waduh! Belum bikin RPP ni! Untung aja tadi ga jadi ke Sragen -beli catridge buat printer-. Tanpa berpikir panjang lagi, langsung kunyalakan komputer. Sambil menunggu loading.... kuambil ransel kesayanganku sama pakaian dan perlengkapan lainnya. Planning siiih jam tiga harus selesai bikin RPP. Tapiiii... ternyata baru selesai jam empat. Selesai di save.... "Klik". Oww! listrik mati! Duh! Gimana mau diprint out nih?! Lom dipindah ke flashdisk lagi! Ternyata feelingku sebelumnya tidak meleset. "Listrik bakal off". weHh kayak peramal aja nih!. Sambil nunggu listrik nyala.... aku go ke KM, terus sholat... Eeeeh lom nyala juga ternyata. Waktunya mendesak lagi! Ya udahlah! Berangkat aja!. Pas lagi jalan ngambil something...."Awww!!!!!" Mantap! Telapak kakiku tertusuk jarum. "Wallahi dalem banget!". Pelan-pelan kucabut jarumnya... daaan.... darahnya..... uuuuu.... Gini nih akibat terburu-buru sampe ga liat ada jarum di lantai. Kaos kaki putihnya jadi merah deh. Setelah berhasil menghentikan aliran darah..... aku terus pamitan sama temen-temen . Ah, baru aja keluar kamar, ada yang manggil "Luuuk... listriknya nyalaaa!" Yups, balik lagi deh. Di save dulu RPPnya. Print outnya gampanglah! Entar bisa ke rental!

Hal mengesankan lainnya... ketika aku berjuang mencari tempat rental. Jalan kaki sendiri......mencari tempat rental. Yup, ketemu! . Jauh juga ternyata. Waktu itu dah jam setengah sembilan. Padahal jam sembilan nanti harus diserahkan ke musyrif. Nunggu di tempat rental lamaaaa banget. 15 menit lebih! Sempat sebel juga sih. Terus ada mas-mas (satu orang deng!) yang mempersilahkanku duluan. "Makasih" Dalam hati doang tapi. Sori deh waktu itu lom bilang thanks. Eee... ternyata ga ada kertas A4. Ya udaaah... aku beli kertas dulu deh di tempat fotocopy seberang jalan, terus balik lagi. Selesai print out.... jilid deh! Selesai! Balik ke basecamp. jalan kaki!

Teruuuus... mengesankan juga mengajar anak-anak di luar. Asik! Ga ada yang ngantuk. Anaknya aktif-aktif. "Bagaimana pelajaran kita hari ini?" tanyaku "Asiiik...." Jawab mereka bla bla...... Ya, semoga mengesankan juga buat mereka, anak-anak kelas VII.

Yang mengesankan lagi ketika kita.... waaa.... secret nih! Heheee...

Namun ada juga hal yang kusesalkan. Banyak anak-anak setingkat SMP yang lom bisa baca Qur'an. Kasihaaaaan.......... sebenernya mereka bisa kok. Kurang bimbingan aja Tuh!

Langit dan Awan Temanku

Luas langit
Sejuk bayu
Nikmat sekali hari ini
Kusandarkan jasad pada kokoh tiang putih
Menerawang jauh
Menatap dunia
Sepuluh tahun nanti....
Mungkin aku tak disini lagi
Seperti sepuluh tahun lalu
Kini aku tak lagi melihat daun-daun bambu itu
Namun ada satu yang tetap setia
Langit dan awan putih itu...
Selalu temani sepiku
Menghiburku kala aku sesak
Menerbangkanku ke antariksa
Dimanapun aku berada

Senin, 04 Mei 2009

anak-anak 1C

Meskipun anak-anak.... tapi mereka juga kritis.
Menginginkan konsekuensi seperti orang gede
Ketika aku menegur Arsye
"Mas Arsyeee... pasti ga bawa sendal, hayooo..."
Mau tau jawabnya?
"Tuh! ustdh. juga ga pake sendal!" sambil menunjuk kakiku yang tertutup sepatu.
hmmmmmmmmmm

Atauuuuu
Ketika Zakki melihatku membuang nasi yang tak kuhabiskan (pedes banget sih......)
"Lha ustdh.... ga dihabisin ....e!"

Juga ketika anak-anak ramee... main-main di kelas
"Duduk maas.... "
Jawab mereka "Lha ustdh. juga ga duduk. Ustdh juga duduk laaah"

Anak-anak sekarang juga hafal lagu-lagu cinta orang dewasa.
Suruh ja nyanyi lagunya demasiv atau.. ST 12... Wali.....
huuuuu lancaaaar buangeeet
hafal deh!
Katanya sih liat di TV.... dengerin di tape....

Kalau acara tivi isinya anak-anak..... baca qur'an.....
bisa jadi.... mereka hafal tuh kalo sering denger.

Sabtu, 02 Mei 2009

Hamid

Sebuah cerita lucu. Kebersamaan bersama anak-anak MI Nurussalam. Bersama mas Kukuh and friends dalam karantina yang mengesankan. Untuk sebuah ideologi tegakkan kejujuran. "Ga da kata menyontek!". Sebuah kebiasaan yg langka. Lucunya Hamid bawa ayam kecil kesayangannya. Namanya "Tardi". Ndeso bangeeeet..... heheeee. lucu.

Jumat, 01 Mei 2009

kalah lagi

lelah..........
hampa.........
kosong..........
kalah.........
terlena.........
sesak........