AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Senin, 08 November 2010

Dalam Canda

"Loeksemawe, Anti tau gunung Slamet ga?", tanya Arie, my plen. (Wah, aku dapet nama baru lagi nih dari Arie. Loeksemawe. Setelah ini apa lagi ya?)
"Gunung Slamet? Gak tau. Dimana tu?", Aku balik nanya.
"Kok gak tau sih... di Jateng..."
"Gak tau. Napa emangnya?", Tanyaku.
"I... Kok gak tau sih... Ana kan maunya Anti tau...", rengek Arie.
"Ya emang gak tau i.", ujarku.
"Tapi Ana kan maunya Anti tau...", Arie masih merengek.
"Iya iya... Ana tau...", cewek-cewek... (padahal aku gak tau. Dan dia juga tau kalau aku gak tau. Baru juga kali ini aku denger.)
"Kabarnya sekarang dalam kondisi awas. Mau meletus.", lapor Arie padaku.
"Baguslah... bia cepat meletus." Gurauku. kikkkikikiii. " Tinggal tunggu... wadow!" Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Arie menimpukku dengan kipas yang dipegangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar