AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 14 November 2010

Masuk Penjara? Ah, Siapa Takut......

Beberapa hari ini baca berita di koran harian Republika (yaah... bacaannya koran mulu, ketahuan banget gak punya buku). Indonesia dihebohkan lagi oleh Gayus, Sang Mafia pajak. Ets, ada julukan baru lagi yang ditulis do Tajuk Republika hari ini. Sang penyihir Penjara. Tajuknya keren banget bahasanya.

Lucu, ketika membaca beberapa verssi pendapat yang berbeda. Hukum dan aparat-aparatnya ternyata begitu mudah dipermainkan oleh sosok yang bernama Gayus. Dahsyat sekali kekuatan uang hingga mampu membeli kejujuran dan harga diri aparat-aparat kemanan tersebut. Sumpah yang dulu diikrarkan pun masuk ke tong sampah. Ets, ini uangnya yang dahsyat atao... harga diri mereka yang terlalu murah?

Seperti itukah potret aparat hukum di Indonesia? Hukum bisa dibeli. Gak usah takut korupsi. Gak usah takut masuk penjara. Penjara tak ubahnya seperti rumah sendiri kok. Hotel malahan. Mau jalan-jalan keluar dari penjara atau berakhir pekan di Bali juga boleh.... Tinggal bayar ongkos, selesai dah! Mau dianter ke luar negeri juga boleh..... yang penting ognkosnya ada.

Hmmm kalau aparat hukum Indonesia seperti ini? Untuk apa keberadaan mereka? Untuk apa ada POLRI jika kerjaan mereka hanya petentang-petenteng pamer seragam dan jabatan sambil kongkow-kongkow menikmati uang suap?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar