AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Senin, 01 November 2010

Hujan…

Aku duduk mematung di depan sebuah iatana yang tak terurus dengan sepenuh ruh. Istana yang idhuni oleh orang-orang ynag tanpa cinta. Guyuran air membasahi terasnya. Tetesan air menerobos masuk. Kuletakkan sebuah kotak di bawahnya, agar air tak menjalar ke lantai. Ada rasa tak puas dengan apa yang terekam di mata. Ah, aku hanya bisa membatin dalam bahasa bisu tak berarti. Dan semua pergi. Tinggal aku duduk sendiri disni. Menatapi hujan yang membasahi. Sejenak aku terhibur.

Subhanallah, alangkah indah aliran air itu. Mengalir… mencari tempat yang lebih rendah. Subhanallah, Maha suci Allah yang memberikan insting bagi atom-atom air untuk terus mencari jalan ke dataran yang lebih rendah untuk selanjutnya berkumpul dan mejarut benang samudra.

Subhanallah, Maha suci Allah yang membentangkan tanah dengan lapisan-lapisan yang mempesona. Sebuah teknologi penyaringan raksasa yang dahsyat. Menghasilkan kejernihan air yang tiada duanya untuk seluruh makhluk.

Hembusan bayu membelai lembut dedaunan dan bunga-bunga hijau. Memaksa dedaunan untuk menari. Bertekuk lutut terkulai di hadapan sang bayu. Subhanallah, Maha suci Allah yang mengarahkan molekul-molekul udara bergerak berhembus dengan irama dan nuansa yang sungguh mempesona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar