AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 27 Juni 2010

Bulan

Pada suatu malam seorang Ibu bersama anaknya yang masih kecil duduk di beranda rumah sambil menikmati suasana malam yang diterangi oleh bulan.

"Nak, kalau kau besar nanti, kau harus mencari ilmu sejauh mungkin.", kata sang ibu.
"Terus Ibu sama siapa di rumah?", tanya sang anak.
"Ibu akan baik-baik saja di rumah."
"Nanti kalau aku kangen ibu gimana?"
"Kalau kau rindu Ibu, tataplah bulan di langit ketika malam hari, karena ketika itu Ibu juga sedang menatap bulan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar