AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 02 Juni 2010

Miss Indonesia

Cerpen Fiksi
Sore itu Hayun sedang berbelanja di sebuah swalayan sambil jalan-jalan bersama kedua anaknya; Rosyad, 15 tahun, dan Risyidah, 8 tahun. Ia melihat ada keramaian di area swalayan.
"Ada apa itu mbak?", tanya Hayun kepada salah seorang penjaga stand.
"O.. itu... ada Miss Indonesia, Bu.", jawab penjaga tersebut.
"Miss Indonesia?", Hayun tak percaya.
"Iya, Bu."
"Untuk apa Miss Indonesia kesini?", tanya Hayun dalam hati. "Follow up kali ya?", tebaknya.
"Miss Indonesia, Ma?", Rosyidah yang mendengar ikutan bertanya. "Yang di TV itu?", lanjutnya.
"Mungkin... Ibu juga belum tahu pasti.", jawab Hayun.
"Ngapain ya Ma Miss Indonesia kesini?", tanya Rosyad.
"Mama ga tahu, sayang..."
"Nanya ah!", Rosyidah segera berlari menuju kerumunan orang-orang.
"Lho, dek-dek...!!", Hayun tak mampu menghentikan Rosyidah. Anak bungsunya itu memang keras kepala dan selalu ingin tahu.
"Mas, kita susul adek!", Ucap Hayun kepada Rosyad, anak sulungnya.
Sesampainya Hayun dan Rosyad di kerumunan yang dituju, Hayun hanya bisa melihat anaknya, Rosyidah berdiri tepat di dekat sang Miss Indonesia. Ternyata Rosyidah kecil berhasil menyusup di sela-sela kerumunan orang hingga sampai di tengah.
Entah kenapa sang Miss Indonesia tetap membiarkan Rosyidah di dekatnya, dan tidak menyuruh petugas keamanan untuk menjauhkannya.
Sementara itu, di balik kerumunan, Hayun hanya bisa melihat tingkah anaknya dari jauh.
"Adek namanya siapa?", tanya sang Miss Indonesia kepada Hayun.
"Rosyidah.", jawab Rosyidah. "Tante Miss Indonesia yang sering muncul di TV itu ya?", seseorang mendekatkan sebuah mikrophon ke mulut Rosyidah, dan segera dipegang sendiri oleh Rosyidah.
"Iya...", sang Miss Indonesia tersenyum. "Rosyidah suka nonton TV ya?", lanjutnya.
"Enggak tante. Kadang-kadang.", jawab Rosyidah. "tante, aku mau nanya?", lanjut Rosyidah.
" Rosyidah mau nanya apa, sayang?", ucap sang Miss Indonesia.
"Kok tante pakai bajunya kayak gitu?", tanya Rosyidah polos.
"Kayak gitu gimana sayang?", sang Miss Indonesia balik nanya.
"Itu... lengannya kelihatan, lehernya juga, dadanya juga kelihatan. Terus rambutnya juga gak ditutup. kan itu aurat tante. kata Mama aurat perempuan itu harus dijaga da ditutup, kecuali kuma sama telapak tangan.", jelas Rosyidah panjang lebar.
"Emmm... gitu ya kata mama?", ucap Miss Indonesia.
hayun yang melihat dari jauh sama sekli tidak menyangka kalau Rosyidah, putri bungsunya yang baru duduk di bangku kelas 3 MI mampu berbicara seperti itu.
"Iya, kata mama ada sebuah hadits inna nuhiina an turo awrotuna, sesungguhnya kita dilarang untuk memperlihatkan aurat kita.", jelas Rosyidah kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar