AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 23 Juni 2010

Jatuh

Hari Senin minggu yang lalu. Ceritanya waktu itu aku baru saja mengambil revisi proposal skripsiku yang masih harus direvisi lagi coz memang masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Aku naiki sepeda kesayanganku dari kardos or kantor dosen. Di jalan Nusantara 1 aku baru sadar kalau malam itu lampu-lampu di seputar jalan Nusantara 1 dan 2 masih mati alias belum nyala. Aku pun berbalik arah menuju gedung Kuwait hendak menyalakan sakelar lampu. Kukayuh sepedaku dengan kencang alias ngebut. Tepat ketika aku melewati tikungan depan Khodijah aku melihat ada dua sepeda menuju ke arahku. Spontan aku mengerem sepedaku tepat di tikungan. Dan strrrrrrr brak! aku terjatuh. Aku terlalu kencang dan cepat mengerem sepeda hingga roda sepeda terpeleset. Yups, jalannya memang licin waktu itu. U.... lumayan sakit. Keranjang sepedaku juga berubah jadi berbentuk jajar genjang tak beraturan.

Tiba di gedung Kuwait, kulihat sakelar lampu. Benar saja. sakelarnya belum dinyalakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar