Aku salut
Melihat mereka
Menyejukkan
Ceritanya gini....
Ketika aku di mini market la tansa. Nyari apa ya waktu itu? Lupa. Kulihat sosok ibu muda berjilbab lebar berbusana kaffah (perfeck! Syar'i deh!) bersama anaknya yang kira-kira dua tahunan gitu. Sang ibu tersenyum ramah kepadaku. Ya udah, ku juga balas senyum dong. Waktu mau bayar di kasiir... eh, ketemu lagi. Ya elaaaa... beliau beli buku karangan Kahlil Gibran. Dalam hati bertanya, "Buat hadiah apa buat diri sendiri ya? Suka Kahlil Gibran juga ternyata ya.... Suka puisi juga ga ya?"
Teruuuus ku juga salut waktu melihat dosenku dengan jilbab lebarnya dan gamisnya yang sempurna.Syar'i dan ga membentuk. Aktifis masa muda.
Ku juga salut sama seorang ibu waktu aku lagi jalan-jalan ke Solo. Ibu berbusana muslimah kaffah dan jijbab kaos lebarnya bersama dua anak kecilnya dan suaminya. Mereka sedang asik makan di sebuah warung makan di pinggir jalan raya. (Malam mingguan bersama keluarga kali ya). Romantis banget.
Terus salut juga sama beberapa ibu wali murid yang berjilbab kaffah dengan hijabnya.
Satu lagi, salut sama my lovely sister yang selalu setia dengan hijab kaffahnya. Heheee.... kangen nih sama dek Firda and Yogi imut! Assalamu'alaikum.
Ku salut kepada mereka. Di era yang semakin amburadul, mereka mampu menjaga filter. memegang prinsip. Tidak ikut arus yang ga jelas tujuannya. Ketika bermunculan mode-mode dan fashion-fashion yang banyak menawarkan pameran aurat, mereka mampu bertahan dengan hijabnya. Meskipun yang lain bilang "Ah, kampungan!" namun mereka tetap bangga dengan Islam. Yakin that islam is the best way of life. Sebuah prosedur yang tiada tanding. Bersumber dari sang pembuat makhluk. Gimana makhluk bisa menandinginya? Ya ga laaah.
Ketika pergaulan semakin rusak, mereka mampu kendalikan diri. Salut! Alangkah beruntungnya ...........(lanjutin sendiri)
AHLAN WA SAHLAN
Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.
Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)
Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.
Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)
Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar