AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 03 Juni 2009

Yudisium

Kulihat mereka menangis
Namun bukan tangisan sedih
Ternyata yang hawatir bukan anaknya saja ya!
Orangtua juga tampak tegang
Menunggu nama anaknya dipanggil

Dan kala nama terpanggil
seakan beban sepuluh ton jatuh
Berbuah air mata
Saling berpelukan
Alhamdulillah lulus!
Tak peduli mumtaz, Jayyid, maqbul ataupun dhoif
Ah, yang penting lulus!

Kulihat seorang anak dipeluk ayahnya
Digendong
berputar
Dan semua pun tertawa
Menangis bahagia

ya, perjuangan mencapai garis finish
Namun, ada perjuangan baru menanti
Awas!
Yang ini lebih berat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar