- Masjid shof depan, kampung Damai jl. Nusantara 1. Depan tembok pas. Tempat merenung, berharap, beristighfar, mengadu.... hik hik.....
- Aula belakang. Duduk disana sambil baca buku terus liat pemandangan sawah nan hijau, daun pisang, pepohonan, gunung Lawu, langit bru, burung-burung terbang, petani di sawah. Hmmm..... teduh.... jadi inget kampung halaman. "Eh, bukunya oy! malah ngelamun!"
- Kubri. Kubri apa ya namanya? Tau ah! masih dengan pemandangan yang sama plus lampu-lampu di atas gunung Lawu kala langit kelam. So sweaaat.... Seumur hidup harus pernah kesana!
- Belakang Ninsia. Liat ruang tamu sama mobil-mobil lewat. "kapan ya ada yang menjenguk kesini?" sediiih.......
- Belakang Saudi. Liatin sawah and pat tani. (pak tani muluu yang dilihat)
- Kursi depan kamar Ninsia. Asiknya menatap langit biru, awan putih, hijau palem, plus teduh taman Ninsia. Tapii.... tiba-tiba ada anak yang bajunya or jilbabnya ga beres lewat, atoo.... suara siapa tu? bahasa Indonesianya lancar banget? Merusak suasana. Tegur dulu! huuhhhhh sereeeem....
AHLAN WA SAHLAN
Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.
Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)
Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.
Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)
Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.
Senin, 22 Juni 2009
Tempat-Tempat Favorit dalam Sejarah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar