AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Jumat, 29 Oktober 2010

Biarkan Jiwaku Menghilang


Mematung disini
Hidup dalam hampa jasad
Entah kemana jiwa sirna

Jasad masuk dalam ruang berasap
Membuat ruh tertinggal
Seakan melayang dalam ruang hampa udara

Biarkan jiwa ini terbang dan terus terbang
Membuang sesak udara
Dan temukan sebutir suci tawa di sanubari terdalam
Hingga terlukis bunga senyuman

Biarkan ruh ini melayang
Tuk sejenak raih ceria yang hilang
Agar batin ini tenang

Bukan maksud hati untuk menghilang
Namun hanya ingin sirnakan mendung yang meraja
Mencoba mengganti dengan secercah sinar senyuman di jiwa
Yang telah lama lenyap dalam aus gerakan hampa
Dan hanya bertopeng paras kepalsuan

Biarkan hati raih kembali senyuman hakiki
Tuk hapus kelabu hampa yang menyiksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar