AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Kamis, 14 Oktober 2010

My Brother yang Satu ini.....

Sore ini…. Kok aku jadi inget my Brother ya? Kakakku yang berani. Yups, manusia tidak akan tahu esok apa yang terjadi, dan bagaimana nasib seseorang. Aku benar-benar tidak menyangka kalau kakakku yang satu ini masuk pondok Salaf di usianya yang sudah berkepala tiga. Dari SMK masuk jadi TNI (ada relasi sih… …) eh, ujung-ujungnya masuk pondok Salaf. “Kalau Hizbullah saya mau Pak. Tapi ini TNI…. Bukan Hizbullah.”, ujarnya ke Bapak. Hanya satu yang belum berubah. Motor Harley bututnya tetap butut. Eh, tambah butut malahan. Entah apa lagi yang akan dibongkari selanjutnya. Tapi… dalam hati ku salut sama dia. Tahajjudnya…. Dhuhanya…. Hafalannya….. ckckckkkk Subhanallah…… Ia sama sekali tidak merasa malu atau gengsi dengan gamis dan celana cingkrangnya plus sandal jepitnya. Kakakku yang sekarang benar-benar berubah. Jenggotnya jadi bikin dia kelihatan lebih kucel dan lebih tua dari usianya. “Sunnah Rasul.”, katanya. Yups, my brother yang satu ini semangat belajarnya memang luar biasa. Tapi hanya untuk ilmu agama. Kayaknya dia kurang tertarik dengan ilmu-ilmu umum. Oiya, lupa. Kemaren dia minta buku Durushul Lughoh al-Arobiyah yang dipelajari di Gontor. Kata gurunya metode pengajaran di buku Durushul Lughoh al-Arobiyah karya Gontor beda. “Bagus.”, katanya….

O iya, berita terakhir kemaren kudengar nama anaknya yang kedua dirubah dari “Yogi…..” jadi “Hasan Basri….”, hehee…. Mungkin nama Yogi gak Islami.

“Lha, Nak kalau kamu sakit terus gak bisa kerja… terus gimana istrimu?”, Tanya Bapak ke dia.

“Kok Bapak nanya gitu. Itu berarti Bapak gak yakin kepada Allah. Bapak masih meragukan Allah. Bapak masih ragu kalau Allah Maha Kaya. Allah Maha Pemberi rizki.”, jawab my brother. Hehee…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar