AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Kamis, 14 Oktober 2010

Sadarkah Kita?

Sadarkah kita
Bahwa kita bukanlah apa-apa
Kita bukanlah siapa-siapa
Kita lemah di hadapan-Nya
Kita hina

Kita selalu menatap ke atas untuk kebendaan
Untuk apa yang tampak di mata
Untuk keduniaan
Untuk kefanaan
Bahkan kadang kita meremehkan yang lain
Seakan mereka lebih rendah di mata kita
Padahal bisa jadi kitalah yang lebih rendah di mata-Nya

Bukan kebendaan yang membuat kita berharga
Bukan apa yang tampak di mata yang membuat kita mulia
Semua itu bukan ukuran
Lantas untuk apa kita menatap ke atas?
Hanya untuk kepuasan duniakah?
Atau… agar mendapat pujian mereka?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar