AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 17 Oktober 2010

Di Terminal Ngawi



Waktu itu... aku sedang duduk dalam bis. Sumber Kencono yang kunaiki berhenti cukup lama di terminal Ngawi. Aku duduk dekat jendela, jadi aku bisa menyaksikan pemandangan di luar jendela. Ya, ada pengamen, penjual asongan, kondektur-kondektur bis yang sedang kongkow melepas lelah sambil makan nasi bungkus. Sempat kulihat ada orang gila sedang duduk-duduk santai (kasihan... naudzubillah). O iya, ada anak kecil minta air untuk cuci tangan. Lalu seorang bapak-bapak yang sedang duduk menunggui makanan dan minuman yang dijual menuangkan sedikit air dari botol plastik. Seperti itu kehidupan di terminal. Ada juga nampak seorang ibu yang tergolong muda, bersama seorang anak kecil, dan seorang bapak. Sepertinya sih satu keluarga. Mereka nampak asik makan makanan yang terbungkus daun pisang.

Ya, macam-macam cara orang mengais rizki. Dalam berbagai peran.

Oiya, flashback. Cerita sebelum aku menaiki bis Sumber Kencono menuju Ngawi. Ceritanya bis yang kunaiki gak masuk terminal. Kupikir bis akan berhenti di perempatan yang pernah kulalui (ku pernah berhenti di perempatan itu karena bis gak masuk terminal). Ternyata bis berhenti di jalan yang asing bagiku. Kondektur bis menyuruhku turun di jalan tersebut. Okelah. Aku turun dari bis. Di pinggir jalan aku sempat bingung juga. Jalan ke arah mana yang akan kuambil? Kulihat seorang ibu-ibu muda duduk di pinggir jalan. Tampaknya sih sedang menunggu bis lewat juga. "Maaf bu, mau tanya, kalau mau ke Jogya naik bis ke arah mana ya bu?", tanyaku. Ternyata si ibu yang kutanya juga gak tahu. "Waduh, ke arah mana ni?", tanyaku dalam hati. "dah kayak orang ilang aja nih.", Ujarku masih dalam hati. "Tenang Luk... kalo nyasar juga paling-paling masih di sekitar daerah sini...", hiburku. akhirnya kuputuskan untuk menyeberang jalan. Kuambil arah yang berbeda. Sempat berdiri beberapa menit. Mematung di pinggir jalan seorang diri dengan keraguan dan sedikit rasa takut juga sih sebenernya. "Kok gak ada bus yang lewat ya?". Tapi Alhamdulillah, beberapa menit setelah itu aku melihat Sumber Kencono dari jauh. Yups, Yogya. aku membaca sekilas tulisan yang terpampang di kaca depan bis. Segera aku meloncat memasuki pintu belakang bis. Alhamdulillah, ada tempat duduk yang masih kosong juga. Yups, Alhamdulillah, Allah memberiku keselamatan dalam perjalananku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar