AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Kamis, 02 April 2009

Ikhlaskah Aku?

Terseok aku berjalan
Menuruni jembatan yang curam
Melewati jalanan yang sarat nyawa
Melintasi cahaya-cahaya malam

Seakan mata ingin terpejam
Merobohkan jasad dalam lelap malam
Menikmati manisnya rasa lelah
Di alam bawah sadar

Namun amanat menantang
Tugas siap menerkam
Menanyakan eksistensi jasad dan jiwa
Memaksa mata terbuka lebar
Membuat kaki bergerak
Dan terus melangkah ke depan
Meski tanpa arah

Dan mulutpun bergetar
Bibir berucap
Menyapa ruh-ruh suci
Menegur jiwa-jiwa yang lalai
Terlelap dalam kenikmatan sesaat

Mata tak lepas dari gerak jarum jam
Menunggu menit-menit berlalu
Menyiksa diri dalam penantian
Menitku seakan seribu tahun
Ikhlaskah aku?
Atau terpaksakah aku?

Aku kalah dalam peperangan
Hingga tak kurasa nikmat perjuangan
Meski jasadku ada
Namun jiwaku lenyap
Terhanyut bujuk rayu setan-setan jahannam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar