Seorang anak remaja mencoba menerobos hutan rimba. Hutan yang ditakuti manusia. Konon, ada satu dua penjelajah yang juga pernah memasuki hutan itu. Namun, mereka tewas terbawa arus sungai.
Anak remaja itu tetap bertekad menjelajahi hutan tersebut. Meskipun tanpa peralatan yang berarti. Hanya sebilah pisau kecil. Pisau kecil yang menjadi andalannya selama ini.
Semua orang mentertawakannya, mengejeknye, dan mencibirnya. Sanak saudaranya juga mengejeknya. Bahkan kakak yang disayanginya selama ini pun ikut-ikutan mentertawakannya. Hanya kedua orangtuanyalah penyemangat hidupnya, yang mengobarkan ruh jihad di dalam jiwanya.
Ia pun melangkah seorang diri. Ia lewati semak-semak berduri yang tingginya melebihi tinggi badannya sendiri. Ia selami sungai yang arusnya sangat deras. Hampir-hampir ia tenggelam dan terbawa arus. Namun, tampaknya keberuntungan masih memihaknya. Ia tersangkut ranting pohon.
Sempat ia menangis seorang diri di hutan. Ia kesepian. Ia merindukan orang-orang yang disayanginya. Terkadang ia ragu dengan apa yang dilakukannya. Berusaha mencari kebenaran. namun akhirnya ia semakin teguh. Ia sama sekali tidak menyesali keputusannya.
Kini, ia berhasil menaklukkan rimba itu. Dan semua orang pun menutup mulut. Namun ia sadar, perjuangannya belum selesai. Rimba itu harus dijaga
Anak remaja itu tetap bertekad menjelajahi hutan tersebut. Meskipun tanpa peralatan yang berarti. Hanya sebilah pisau kecil. Pisau kecil yang menjadi andalannya selama ini.
Semua orang mentertawakannya, mengejeknye, dan mencibirnya. Sanak saudaranya juga mengejeknya. Bahkan kakak yang disayanginya selama ini pun ikut-ikutan mentertawakannya. Hanya kedua orangtuanyalah penyemangat hidupnya, yang mengobarkan ruh jihad di dalam jiwanya.
Ia pun melangkah seorang diri. Ia lewati semak-semak berduri yang tingginya melebihi tinggi badannya sendiri. Ia selami sungai yang arusnya sangat deras. Hampir-hampir ia tenggelam dan terbawa arus. Namun, tampaknya keberuntungan masih memihaknya. Ia tersangkut ranting pohon.
Sempat ia menangis seorang diri di hutan. Ia kesepian. Ia merindukan orang-orang yang disayanginya. Terkadang ia ragu dengan apa yang dilakukannya. Berusaha mencari kebenaran. namun akhirnya ia semakin teguh. Ia sama sekali tidak menyesali keputusannya.
Kini, ia berhasil menaklukkan rimba itu. Dan semua orang pun menutup mulut. Namun ia sadar, perjuangannya belum selesai. Rimba itu harus dijaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar