AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Jumat, 10 April 2009

Seorang Remaja di Hutan Rimba

Seorang anak remaja mencoba menerobos hutan rimba. Hutan yang ditakuti manusia. Konon, ada satu dua penjelajah yang juga pernah memasuki hutan itu. Namun, mereka tewas terbawa arus sungai.

Anak remaja itu tetap bertekad menjelajahi hutan tersebut. Meskipun tanpa peralatan yang berarti. Hanya sebilah pisau kecil. Pisau kecil yang menjadi andalannya selama ini.

Semua orang mentertawakannya, mengejeknye, dan mencibirnya. Sanak saudaranya juga mengejeknya. Bahkan kakak yang disayanginya selama ini pun ikut-ikutan mentertawakannya. Hanya kedua orangtuanyalah penyemangat hidupnya, yang mengobarkan ruh jihad di dalam jiwanya.

Ia pun melangkah seorang diri. Ia lewati semak-semak berduri yang tingginya melebihi tinggi badannya sendiri. Ia selami sungai yang arusnya sangat deras. Hampir-hampir ia tenggelam dan terbawa arus. Namun, tampaknya keberuntungan masih memihaknya. Ia tersangkut ranting pohon.

Sempat ia menangis seorang diri di hutan. Ia kesepian. Ia merindukan orang-orang yang disayanginya. Terkadang ia ragu dengan apa yang dilakukannya. Berusaha mencari kebenaran. namun akhirnya ia semakin teguh. Ia sama sekali tidak menyesali keputusannya.

Kini, ia berhasil menaklukkan rimba itu. Dan semua orang pun menutup mulut. Namun ia sadar, perjuangannya belum selesai. Rimba itu harus dijaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar