AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Jumat, 23 Oktober 2009

Ia

Ia mengayuh sepeda mininya tuk menemui gurunya. Oya, hampir saja ia lupa kalau ia belum menghafal beberapa ayat yang harus ia hafalkan hari ini. Sambil mengayuh ia mengingat-ingat kembali hafalannya. Pukul dua siang ia pulang sekolah. Pukul setengah empat sore ia harus mengaji. Namun bukan membaca Al-Qur'an yang ia pelajari. Ia belajar Nahwu, Shorof, Tafsir, Matematika, Menulis Arab indah, dan hafalan Qur'an. Gurunya mengatakan bahwa ia harus menutup mukanya karena ia sudah besar. Sudah MTS/SMP. Tapi... ia memang bandel. Ia hanya menutup mukanya kala ia telah sampai di rumah gurunya. Selain itu ia hanya mengenakan jilbab, kecuali di rumah.

Gurunya yang ini berbeda dengan guru-gurunya di sekolah. Ia berpakaian gamis putih. Ia juga tidak dibayar. Anehnya banyak yang tidak suka terhadapnya. Bahkan banyak juga yang mengatakan kalau ia gila. Hmm.... memang, al-insaanu a'dau ma jahilu.

Suatu ketika gurunya membeli singkong/ketela. Ia membelinya dengan harga Rp. 15.000. Ketela itu dioalah dan dijadikan makanan, lalu dijualnya. Ternyata ia mendapatkan uang Rp. 30.000. Alhamdulillah, ia mendapatkan untung yang cukup besar. Ia ambil Rp.10.000, dan memberikannya kepada si penjual ketela. Di jaman sekarang ini..... masih ada ga' ya yang seperti itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar